Diskusi Mocosik: Musisi yang Menulis, dan Penulis yang Bermusik

diskusi musik mocosik

Acara tahunan Mocosik Festival 2019 yang diselenggarakan di Jogja tahun ini oleh Rajawali Indonesia telah sukses menarik para pengunjung dan menggabungkan dua unsur hal penting, yaitu musik dan literasi. Dalam festival tahunan yang diselenggarakan di JEC ini berbagai macam rangkaian acara telah dilaksanakan, salah satunya adalah diskusi harian yang dilakukan setiap harinya untuk membahas hal-hal menarik dan tentunya juga menghadirkan para narasumber yang tak kalah menarik juga.

Advertisement

Beberapa narasumber yang hadir di antaranya adalah Man Angga, salah satu anggota band Nosstress yang berasal dari Bali, dan juga Kharis Junandharu, penggawa Silampukau, serta dimoderatori oleh Tomi Wibisono dari Warning Magazine. Dalam kesempatan ini, mereka mengusung tema musisi yang menulis dan juga penulis yang bermusik untuk diangkat menjadi bahan diskusi. Pemilihan topik ini pun rupanya sukses mengundang perhatian dari para pengunjung.

Perjuangan itu berarti luas, dalam hal ini pemusik dan juga penulis sebenarnya merupakan dua hal yang harusnya memiliki kedekatan

Diskusi tentang penulis dan pemusik via www.hipwee.com

Berbicara tentang perjuangan, ternyata memiliki definisi yang luas banget lo, mulai dari permasalahan pribadi sendiri hingga isu-isu yang terjadi di luar sana. Meskipun tak semua musisi merupakan seorang penulis, begitu juga sebaliknya, tapi ternyata banyak juga para grup-grup musik yang memiliki reputasi sebagai kelompok yang memperjuangkan sesuatu. Salah satunya adalah Nosstress yang digawangi oleh Man Angga asal Bali ini. Seperti yang kita tahu, banyak sekali permasalahan sosial yang terjadi di Bali, beberapa di antaranya adalah Reklamasi yang isunya beredar panas hingga saat ini. Kehadiran Nosstress dalam mendukung gerakan masyarakat untuk menolak reklamasi di Bali melalui lagu-lagunya bagi masyarakat sendiri menjadi teladan bagaimana seseorang memperjuangkan sesuatu melalui musik.

Angga mengakui bahwa dirinya memang tak pernah secara langsung terjun dalam dunia literasi. Namun, ia tetap meyakinkan bahwa dunia literasi memang secara langsung berpengaruh besar terhadap jalan seorang musisi dalam dunia permusikan.

Advertisement

Zaman sekarang, musik juga digunakan sebagai jalan kampanye pergerakan untuk menumbuhkan hasrat membaca seseorang. Meski di Indonesia sendiri belum banyak yang menggunakan cara tersebut secara langsung, namun baginya lirik-lirik lagu yang bagus dapat lahir dari pengalaman dan seberapa banyaknya buku yang pernah dibaca selama hidupnya.

Kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri untuk memperjuangkan sesuatu, tak perlu menjadi orang lain

Diskusi tentang musik dan literasi saat Mocosik Festival via www.hipwee.com

“Nggak perlulah macem-macem, ya lakuin aja seberapa porsimu. Bagi musisi termasuk saya pun kalau bikin lagu-lagu yang menyuarakan sesuatu juga nggak perlu yang “ndakik-ndakik”, yang penting bisa dipahami semua orang”, kata Kharis saat mengungkapkan pendapatnya.

Advertisement

Sama halnya dengan Kharis dari Silampukau, meskipun ia tak suka jika disebut sebagai musisi aktivis–karena memanggul nama aktivis baginya merupakan sesuatu yang berat–namun ia memiliki jalan tersendiri dalam dunia musik guna menyuarakan sesuatu yang membuatnya resah.

Baginya, lirik-lirik lagu fenomenal yang begitu membekas di hati dan juga telinga para pendengarnya seperti “Puan Kelana” dan juga “Malam Jatuh di Surabaya” bukan secara eksplisit ditujukan untuk menyuarakan isu-isu sosial. Namun, itu adalah suara keresahannya akan realitas yang ia temui sehari-hari, dan seringkali kebetulan memang merupakan isu sosial.

Sebagai seorang musisi pun, ia juga mengatakan bahwa penulisan lirik dalam lagu yang berorientasi pada kritik sosial tak perlu ndakik-ndakik. Sesederhana penulisan lirik pun ia soroti. Sebanyak apapun buku yang pernah dibaca oleh seorang musisi, namun hal tersebut tak bisa untuk menyamaratakan pengetahuan seluruh pendengarnya. Itulah mengapa pentingnya sebagai seorang musisi untuk membuat lirik lagu yang gampang untuk dipahami para pendengarnya, apalagi untuk tujuan tertentu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

ecrasez l'infame

CLOSE