Kenapa Sih Tiap Ada Diskon Orang-orang Berubah Jadi Begitu Barbar? Pengen Gaya, Tapi Malah Meresahkan

Memenuhi fashion saat ini seakan sama pentingnya dengan kebutuhan pokok lain. Ketika sedang musim model baju baru, maka kita juga akan ikut-ikutan untuk menggunakan model yang sama. Pun merek pakaian atau sepatu terkenal yang harganya bisa selangit. Sebisa mungkin kita memiliki salah satunya, meskipun hanya sekadar untuk pamer di media sosial belaka.

Advertisement

Namun apa daya, terkadang kantong nggak sesuai dengan kemajuan fashion yang populer saat ini. Intinya, keinginan kita untuk mengikuti fashion berbanding terbalik dengan modal yang kita punya. Tapi, biar dicap kekinian, banyak yang nggak menyesuaikan fashion-nya dengan bujet yang ada. Alhasil, kalau nggak beli yang KW, ya, nunggu barangnya diskon dulu. Makanya, kalau sudah ada diskon di sebuah toko ternama—apalagi diskonnya besar—nggak heran manusia akan berbondong-bondong ke sana.

Beberapa waktu lalu, sebuah departement store mengadakan diskon besar-besaran karena gerai mereka akan tutup

Pemburu Diskon. via twitter.com

Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Dua gerai Matahari Departemen Store yang ada di kawasan Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai akan ditutup. Hal ini bukan lain karena lesunya jual beli di gerai itu. Akhirnya, agar barang mereka laku terjual, pihak toko mengadakan diskon besar-besaran. Mulai dari 25 persen hingga 75 persen. Ajaib! Di waktu berlakunya diskon tersebut, kedua gerai itu sontak dipenuhi ratusan orang yang pengen berbelanja. Ya, wajar saja, diskonnya sangat menggiurkan. Kendati pun uang sedang pas-pasan, pasti akan diusahakan untuk mengarungi barang di gerai ini. Mana tahu bisa dapat barang bagus dengan harga murah atau mungkin nanti bisa dijual lagi dan dapat untung.

Yang terjadi tentu saja bisa dibayangkan; semua barang diawur-awur, berebut dengan pemburu diskon lain, dan antrean panjang di muka kasir

Korban pemburu diskon. via twitter.com

Mendengar barang yang diskon 75 persen, tentu saja bisa dibayangkan apa yang terjadi setelah itu: lautan manusia yang berdesak-desakan, berebut barang yang diidam-idamkan, awur sana awur sini, hingga antrean di kasir yang mengular karena saking riuhnya. Namun yang lebih menarik perhatian adalah barang-barang yang dijual, letaknya semrawut, bahkan yang di lantai pun dibiarkan begitu saja, alas kaki yang entah ke mana bagian kiri dan kanannya. Sekalap inikah pemburu diskon kalau ada barang yang dijual dengan harga miring? Kayak habis dijarah deh tokonya.

Advertisement

Nggak ada larangan untuk memburu diskon besar-besaran seperti ini, tapi ya mbok bertanggung jawab dan nggak usah ‘barbar’ gitu!

Pemburu Diskon via www.detik.com

Hal ini nggak cuma terjadi sekali saja. Beberapa waktu sebelumnya, sebuah toko sepatu bermerek, juga dipenuhi oleh pemburu diskon. Bahkan, belum juga tokonya dibuka, antrean sudah panjang di luar. Dan saat toko dibuka, ratusan orang berlari ke dalam, mencari sepatu yang sesuai dengan mereka, mengobrak-abrik kotak sepatu, melemparkan kembali sepatu tersebut jika nggak sesuai, dan lainnya.

Potret toko setelah diskon berakhir pun mengenaskan; sepatu bertebaran di mana-mana, sepatu kanan dan kiri entah ke mana, dan kotak-kotak sepatu yang hancur karena terinjak-injak pemburu diskon berserakan di sana sini.

Advertisement

“Apa salahnya memang kalau ada diskon terus berbondong-bondong? Nggak usah munafik, kamu pasti juga pengen ikutan kalau ada diskon sebesar itu!”
atau
“Ya, wajarlah diskon besar-besaran gitu banyak yang memburu. Kapan lagi bisa dapat barang bagus semurah itu!”

Memang benar, nggak ada yang menyalahkan orang-orang yang pengen berburu diskon. Mereka nggak berdosa kok kalau beli barang dari hasil diskonan. Tapi, yang disayangkan di sini adalah perilaku ‘barbar’. Masa iya semua barang dibuka, diawur-awur, dicoba, terus kalau nggak cocok ditinggalkan begitu saja? Kenapa nggak mencoba jadi pemburu diskon yang bertanggung jawab? Belanja sesuai kebutuhan, jika cocok ambil, jika nggak taruh kembali seperti sediakala. Sesusah itukah? Atau takut kalau nggak gercep (gerak cepat) barangnya bakal diambil orang lain? Lalu, demi diskonan itu kita rela menurunkan harkat diri dengan bersikap seenaknya dan nggak bertanggung jawab?

Kalau orang yang mampu sih mungkin nggak akan tergoda dengan diskon seperti ini. Justru mereka yang pengen terlihat fashionable tapi nggak punya cukup uanglah yang rela menjadi pemburu diskon yang miris seperti ini. Ketika orang mampu cukup beli satu saja, yang memburu diskon justru pengen dapat tiga, tapi dengan harga yang sama. Yuk, ah jadi pemburu diskon yang bertanggung jawab dari sekarang. Memang harus dimulai dari diri sendiri sih. Kalau nunggu orang lain sih nggak akan terjadi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemerhati Tanda-Tanda Sesederhana Titik Dua Tutup Kurung

CLOSE