Nostalgia Kios Persewaan Komik yang Kini Udah Langka. Anak 90-an Berutang Banyak sama Tempat ini

Hiburan anak zaman sekarang nggak jauh-jauh dari gadget. Ketika bosan kita bisa nonton YouTube, main gim, buka medsos, dan lain-lain. Beda banget sama dulu, hiburan yang sifatnya teknologi terbilang sedikit. Satu-satunya teknologi hiburan yang bisa diakses anak 90-an hanya gim konsol, entah itu Nintendo atau PlayStation.

Advertisement

Meski begitu, keterbatasan teknologi nggak membuat anak 90-an gagap mau ngapain. Banyak hal lain yang justru lebih menarik daripada hanya sekadar main gim. Salah satu yang berkesan yaitu menyambangi kios sewa komik. Masih pada inget nggak? Kalau udah samar-samar, Hipwee Hiburan bantu untuk mengingatkan.

Kios persewaan komik jadi tempat wajib yang dikunjungi anak 90-an. Minimal seminggu sekali lah

Rental komik / Credit: Sapamama

Anak 90-an suka banget baca komik. Bedanya dengan anak zaman sekarang adalah mediumnya. Dulu orang kalau baca komik mesti baca langsung, akses internet belum selengkap sekarang. Karena kalau beli mahal, mereka mengakalinya dengan meminjam ke kios-kios persewaan komik.

Cara pinjamnya mudah. Cukup bikin member, kita sudah bisa meminjam komik yang kita mau dengan harga yang murah. Ya, satu komik setara es JasJus lah~

Advertisement

Berkat kios sewa komik kita jatuh cinta sama cerita-cerita manga

Komik Jepang / Credit: Animanga Democracy

Kalau bukan karena kios persewaan komik, pengetahuan kita tentang manga mungkin akan sempit. Tahunya paling cuma DragonBall, KungfuBoy, sama Detective Conan doang. Tapi karena sering nongkrong di sana, kita jadi tahu kalau manga itu kaya akan cerita. Dari sini kita tahu ada manga bola berjudul Shoot, cerita tentang rugby bertajuk Eyeshield 21, Death Note, dan lain sebagainya. Bibit-bibit wibu lahir dan besar di tempat ini.

Di tempat ini pula literasi kita dalam menulis terbentuk

Ilustrasi baca komik / Credit: Mashable India

Kata, imaji, dan cerita-cerita yang lahir atas proses membaca nggak masuk dan keluar kepala begitu saja. Mereka mengendap dalam otak dan merangsang sebuah ide. Berawal dari membaca, kita jadi pengen bikin cerita sendiri.

Tulisan-tulisan kita yang sekarang nggak bisa dipisahkan dari pengalaman membacamu di masa yang lalu. Kita semua punya hutang budi sama kios persewaan komik.

Advertisement

Inget nggak sih kita dulu demen banget berjam-jam di sana karena nggak dibolehin minjem banyak buku?

Duduk, baca berjam-jam. | credit: solopos via m.solopos.com

Saking terkesannya dengan banyak cerita, kita sanggup berlama-lama dalam kios tersebut. Ambil satu buku dalam rak, baca, taruh, lalu ambil yang lain. Hal itu mesti kita lakukan lantaran ada batasan dalam meminjam komik. Kita nggak boleh pinjam banyak-banyak biar member yang lain kebagian.

Suka merasa berdosa kalau lihat rak buku rumah, masih ada komik yang belum dikembalikan 😀

Komik jadi numpuk / Credit: Reddit

Zaman komik sangat indah untuk diingat. Hiburan yang murah sekaligus membangun. Kalau bukan karena komik mungkin kita nggak sesuka itu sama aktivitas membaca. Makanya kadang suka sedih kalau lihat rak buku rumah, masih ada komik yang belum dikembalikan. Awalnya karena belum sempat membaca, lalu karena sudah terlalu lama kita jadi malas mengembalikan. Malas bayar denda. Sampai akhirnya kita akusisi kepemilikannya.

Kini, kios semacam ini sudah jarang. Satu per satu punah seiring dengan mudahnya akses manga di internet. Ketika semua orang punya koneksi, komik terbaru pun bisa dengan mudah mereka akses melalui ponsel pintarnya. Semuanya tinggal kenangan belaka.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Fiksionis senin-kamis. Pembaca di kamar mandi.

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

CLOSE