Review Film Sesat: yang Namanya Setan itu Nggak Ada yang Gratisan

Review film "Sesat" karya Sammaria Simanjuntak

7/10

Karya horor pertama dari sutradara Sammaria Simanjuntak ini berkisah tentang teror pemujaan setan dan bagaimana sebuah keluarga memerangi kehilangan atas kematian. Garis besar cerita ini memang sedang populer. Setan datang sebagai peran antagonis yang dianggap sebagai jalan pintas permasalahan hidup manusia, namun ujungnya bikin repot juga. Meski nggak terlalu meneror dan terbilang gagal 'menghantui' penonton, setidaknya film ini menarik untuk diikuti. Cerita dan alur yang runtut membuat film ini selamat. Penonton kini bisa makin optimis kalau horor sudah nggak identik dengan cewek seksi yang menampilkan paha dan dada mirip ayam K*C.

Sesat merupakan sebuah film yang saya antisipasi jauh-jauh hari. Tentu selain karena saya mengikuti sang sutradara di media sosial, film ini adalah sebuah karya horor pertama dari Sammaria Simanjuntak. Sayang, ekspektasi yang diharapkan memang nggak selalu berakhir sama dengan kenyataan. Ada beberapa elemen yang gagal meneror penonton.

Advertisement

Meski begitu, jalan cerita yang dikemas sederhana, justru membuat film ini terkesan jelas dan runtut. Selebihnya, cerita tentang pemujaan setan, setan sebagai peran antagonis, hingga pengorbanan juga tetap ditampilkan layaknya film horor lainnya. Secara singkat nggak ada elemen baru yang berusaha diusulkan Sammaria terhadap genre horor yang menghantui Indonesia belakangan ini. Review lengkapnya, simak uraian Hipwee Hiburan berikut ini, ya!

Berbeda dengan film horor lainnya, Sammaria mencoba menampilkan tokoh remaja yang sedang kalut atas kematian ayahnya. Labilnya anak muda itu kadang bikin bahaya~

Latar belakang cerita dalam film merupakan senjata sutradara untuk mengemas film horor yang nggak hanya sekadar teror dan penampakan. Kehidupan keluarga sederhana dengan konflik yang juga sederhana mengawali babak pertama film. Sosok ayah yang lucu, penyayang, sabar, dan jadi idola anak-anak ditampilkan dengan begitu baik oleh Willem Bevers. Hingga sang ayah yang meninggal secara mendadak membuat Amara kedua anak perempuannya (Laura Theux), Kasih (Rebecca Klopper), dan sang ibu (Vonny Cornelia) merasa sangat kehilangan. Untuk memulai sesuatu yang baru, sang ibu pun mengajak anak-anaknya untuk pindah ke desa dan tinggal bersama sang kakek demi memulai sesuatu yang baru.

Turut tampil, Jajang C. Noer. via id.bookmyshow.com

Konflik film Sesat dimulai dari Amara yang sangat ingin kembali ngobrol dengan sang ayah. Hingga akhirnya dia menemukan cara untuk memanggil hantu Beremanyan, hantu rekaan Sammaria yang kabarnya bisa mengabulkan permintaan. Sayangnya, yang namanya setan memang nggak ada yang gratisan.

Advertisement

Scene meja makan jadi kunci untuk menampilkan kondisi psikologis tiap tokoh. Teknik ini dimainkan dengan cukup baik

Di meja makan pula hal misterius muncul. via id.bookmyshow.com

Sudah mafhum di kalangan sineas kalau scene meja makan memang jadi sebuah momen untuk merangkum kembali apa yang terjadi. Kondisi psikologis tokoh tampak terang benderang di sini. Amara yang paling larut dalam kesedihan, adiknya yang berusaha membuat situasi lebih baik, dan seorang ibu yang juga sangat kehilangan namun gagal dalam usahanya membahagiakan anak-anak. Sedangkan sang kakek justru jadi karakter abu-abu yang ketahuan ‘belangnya’ di akhir cerita. Sayangnya penempatan scene ini justru ada di babak awal film, sebelum ada penanjakan konflik atau setelah Beremanyan dipanggil.

Jump scare yang nggak mendominasi bikin film ini jauh dari kesan ‘kerupuk’ yang hanya renyah di bagian penampakan. Tapi akhirnya, berakhir kurang seram

Terjebak pada penyesalan memanggil Beremanyan. via m.liputan6.com

Bisa dibilang elemen jump scare atau momen ngaget-ngagetin adalah senjata yang terlalu umum dalam film horor. Beberapa sineas horor belakangan ini justru mencoba bereksperimen tanpa adanya jump scare namun tetap menjanjikan kamu nggak bisa tidur semalaman. Bisa jadi, film Sesat mencoba menghindari sensasi kerupuknya film horor, namun sayangnya, berakhir dengan eksekusi yang kurang memberikan teror di kepala penonton. Tentu hal ini bikin banyak pihak agak kecewa dengan ekspektasi seram yang terlalu tinggi. Maklum, set dan sinematografinya sudah cukup mendukung banget buat teriak-teriak lo.

Untungnya, penampilan banyak bintang baru di film ini sama sekali nggak mengecewakan. Laura Theux tampil brilian!

Advertisement

Kakak beradik yang saling menyayangi. via www.youtube.com

Belum banyak publik yang mengetahui nama-nama pemain film Sesat, kecuali Vonny Cornelia yang memang sudah senior dan mondar mandir juga di televisi Indonesia. Laura Theux yang berperan sebagai tokoh utama menunjukan kebolehan beraktingnya di layar lebar. Bahkan penampilan Willem Bevers dan Rebbeca Koppler juga sama sekali nggak mengecewakan. Andai pemeran nggak bekerja maksimal, tentu film ini bisa nggak selamat.

Meski nggak menampilkan hal baru dan menciptakan formulasi mutakhir dalam menciptakan teror, film Sesat bisa jadi rekomendasi tayangan horor ramah bagi semua umur. Apalagi bagi mereka yang pernah merasakan kehilangan orang paling disayangi dalam hidup, tentu akan sangat terhubung dengan cerita tentang kerinduan yang nggak terobati.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE