Masih Sering Dianggap Lumrah, Thread soal ‘Namanya Juga Anak-Anak’ ini Bikin Warganet Buka Suara

pemakluman tentang perilaku anak-anak

Bagi sebagian orang oknum, media sosial hanyalah wadah untuk menyebarkan kebencian dan hal-hal negatif. Mungkin karena memang akhir-akhir ini banyak topik pembicaraan yang justru buruk, menjatuhkan, menjelekkan, hingga membuat rugi beberapa pihak. Hal-hal baik yang ada di media sosial sering kali tertutup oleh unggahan atau postingan yang bersifat negatif tadi.

Padahal, jika dipergunakan dengan benar, media sosial ini justru bisa dijadikan untuk menggalang dukungan atau malah menyebarkan hal-hal positif. Media sosial bisa dijadikan sebagai wadah untuk menyatukan pikiran dan membahas hal-hal yang selama ini salah tapi dianggap lumrah, diluruskan kembali secara bersama-sama.

Cukup satu orang yang memulai ulasan atau thread ini, maka para warganet akan ikut buka suara sehingga pemikiran orang banyak akan tercerahkan. Seperti yang diunggah oleh akun Twitter bernama @NitaSellya ini. Ia membahas tentang perilaku anak yang misalnya merusak barang atau menganggu orang lain yang selama ini dianggap lumrah dengan kalimat ‘namanya juga anak-anak’. Thread ini pun akhirnya turut membuat warganet lain menceritakan pengalaman yang sama dan pemikiran mereka tentang persoalan ini.

Seorang warganet membahas tentang tingkah laku anak-anak yang harusnya dipertanggungjawabkan, bukan dimaklumi dengan kalimat ‘Namanya juga anak-anak!’

tentang “namanya juga anak-anak” via twitter.com

Kebiasaan orang tua yang menyalahkan faktor luar kayak gini, sering kali bikin anak jadi nggak bertanggung jawab

menyalahkan faktor luar via twitter.com

@nitasellya pun menceritakan pengalaman yang pernah dia rasakan dulu. Orang tua malah membela anaknya meski salah. Meski ia sudah SMA~

bela anak via twitter.com

Thread ini pun ikut membuat warganet lain buka suara. Mereka memberikan contoh tentang bagaimana seharusnya membuat anak-anak bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya

butuh usaha memang via twitter.com

Bahkan nggak sedikit orang tua yang menganggap perilaku anaknya berupa kontak fisik seperti memukul, melempar, merusak, dan sejenisnya adalah hal yang lumrah karena ‘Namanya juga anak-anak!’

tugas membesarkan anak via twitter.com

Seperti kata @nitasellya, bertanggung jawab dan meminta maaf atas apa yang anak lakukan nggak bikin kita jadi manusia hina. Nggak perlu bersembunyi di balik kata-kata ‘Ya, namanya anak-anak’

kasih contoh via twitter.com

Thread positif ini juga membuka pikiran warganet kalau kita melihat anak tantrum, buka berarti orang tuanya nggak pernah berusaha mengajarkan anaknya

warganet setuju via twitter.com

Pengalaman seperti ini pasti sering terjadi. Hanya saja kita mencoba memakluminya. Karena mereka anak-anak, jadi kesalahan selalu pada orang yang lebih dewasa

ikut menceritakan via twitter.com

Semakin banyak warganet yang ikut berbagi pengalaman dan buka suara kalau anak-anak memang harus didisiplinkan sejak dini

berbagi pengalaman via twitter.com

Nggak hanya bikin anak lemah dan nggak siap menghadapi dunia, pemakluman seperti ini juga bisa mengarahkan anak-anak ke arah perundungan

salah kaprah via twitter.com

Thread yang dibuat oleh @nitasellya ini tentu saja membuka pikiran warganet lain. Selama ini mungkin kita menganggap bahwa perilaku anak-anak seperti merusak barang orang, mengganggu orang lain apalagi yang nggak dikenal, membuat tempat publik seperti supermarket jadi berantakan, adalah hal yang biasa dan perlu dimaklumi. Tapi nyatanya, hal tersebut nggak bisa dimaklumi begitu saja. Dibutuhkan pendisiplinan oleh orang tua agar anak-anaknya nggak terbiasa dan mencegah agar perilaku mereka semakin kelewatan.

Kegunaan media sosial seperti inilah yang pasti diharapkan oleh semua orang. Menjadikan hasil dari kemajuan teknologi ini untuk menyebarkan hal-hal positif. Kita juga nggak bisa memungkiri jika media sosial ini ibarat dua sisi mata uang. Ada positif dan ada negatifnya. Tapi yang perlu kita tekankan dan kita usahakan adalah bagaimana sisi positif dari media sosial ini justru yang lebih dominan dibanding hal-hal negatif. Dan tentu saja, hal negatif yang menyebar di media sosial tersebut dapat kita kendalikan dengan cara menahan diri untuk menciptakan itu atau minimal nggak ikut menyebarkan hal-hal buruk itu di media sosial.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemerhati Tanda-Tanda Sesederhana Titik Dua Tutup Kurung

CLOSE