The Love Case – Chapter 7

The Love Case Anothermissjo

Diam-diam menjadi mak comblang untuk dua bos memang berisiko. Selain risiko gagal, juga ada risiko ketahuan. Profesionalitas dan pekerjaan bisa jadi taruhan. Bagaimana Muara harus bersikap saat Joval mulai menunjukkan kecurigaannya?
***

Muara dan teman-temannya membuat lingkaran seperti meja bundar. Mereka saling merangkul pundak saat berada di atas rooftop

“Rencana kita selanjutnya apa, nih? Udah lama libur dari rencana-rencana mak comblang,” tanya Karmen. 

Yayan mengeluarkan dua tiket konser Ed Sheeran yang didapat dari kakak sepupunya. “Nih, kita bikin mereka nonton konser. Kakak sepupu gue batal nonton sama pacarnya karena keburu putus.” 

“Konser Ed Sheeran? Gue mau!” seru Tyas semangat. 

Amal menyela, “Bentar. Maksud lo, nih, kita nyatuin mereka buat nonton konser Ed Sheeran? Gimana caranya? Memangnya mau datang cuma-cuma ke konser?” 

Karmen memutar bola matanya gemas. “Duh, Amal Hidatu. Jangan bikin gue pengin noyor lo, ya. Kalau begini harus dibujuk biar mau. Lo bujuk Bu Amini kayak biasa, sedangkan Muara bujuk Pak Joval. Masa perlu dijelasin terus tiap bikin rencana? Nggak pinter-pinter.” 

Amal menarik diri, memperhatikan teman-temannya satu per satu. “Gue lagi yang bujuk Bu Ami? Gue?” 

Karmen menyugar rambutnya, sambil menjawab, “Mau siapa lagi? Gue? Nanti dikira gue naksir sama dia. Kan, repot.”

“Kenapa nggak Yayan aja? Dia belum pernah bujuk-bujuk Bu Ami. Gue kena semprot mulu,” tolak Amal.

Tyas nyeletuk, “Secara nggak langsung lo kesayangan Bu Ami. Lo aja, deh. Kalau Yayan yang ngomong pasti bakal ditolak. Kalau lihat muka lo yang sebelas dua belas sama Song Kang, ya, pasti mau.”

“Terus kita ikut nonton?” tanya Amal. 

“Nggak, sih. Gue ada tiket dua lagi. Kalian suit Jepang, deh, nanti. Tapi yang pasti Amal sama Muara nggak boleh ikutan biar Pak Joval sama Bu Amini kencan,” jelas Yayan. 

“Gue nggak demen Ed Sheeran. Lo aja, deh, Yas. Gue bisa balik sama Amal kalau mereka udah masuk buat nonton,” ucap Karmen. 

“Asyik! Akhirnya gue bisa nonton Bebeb!” Tyas melompat girang dengan senyum lebar di wajahnya. 

Selagi yang lain membahas konser, Muara menimbang-nimbang ucapan Karmen. Kemarin malam dia mengobrol dengan Joval sebelum diantar ke rumah. Ada banyak obrolan menyenangkan. Dia merasa mengkhianati kebaikan Joval kalau nanti ternyata Joval tidak berkenan dengan rencana ini. Ada perasaan tidak rela, yang entah mengapa semakin besar menyelimuti hatinya. 

Tyas sadar Muara diam tak menanggapi. Dia merangkul pundak temannya itu. “Kenapa lo? Mikirin Pak Joval, ya?” bisiknya iseng. 

“Apaan, deh. Gue mikirin kerjaan numpuk tahu.” Muara menyingkirkan tangan Tyas dari pundaknya. “Gue mau turun duluan, ya. Gue perlu nunjukkin tiketnya nggak, nih, pas ngebujuk?” 

“Boleh, lo bawa dulu. Nanti kasih gue buat gantian Amal bujuk Bu Ami.” Yayan menyerahkan dua tiket konser kepada Muara. “Ingat, ya, bilangnya pergi berdua aja. Kalau lo takut dikira ngajak kencan, bilang ada teman lain di sana.” 

“Iya, iya.” Muara mengacungkan ibu jarinya setuju. Kemudian, dia bergegas meninggalkan rooftop

Baru menuruni beberapa anak tangga, dia melihat Joval hendak naik ke atas rooftop bersama Dalamm. Dia menyapa dengan senyum dan menunduk pelan sebelum akhirnya melewati Joval dan Dalamm. Namun, dia akhirnya menoleh ke belakang. 

“Pak Joval,” panggilnya. 

Joval berhenti dan menoleh ke belakang. “Ya, Muara?” 

Muara ragu-ragu saat melihat Dalamm. Untung saja bosnya yang satu itu langsung sadar dia ingin bicara berdua dan pergi meninggalkan mereka setelah menepuk pundak Joval. 

“Kenapa kamu manggil saya?” 

“Uhm … Bapak mau nonton konser bareng saya?” 

“Ini ajakan kencan?” 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jo si pecinta cerita Misteri dan Thriller yang senang menulis Romcom. Hobinya menonton drakor dan lakorn Thailand. Jo telah menerbitkan beberapa buku di antaranya My Boss's Baby dan Main Squeeze. Karyanya yang lain bisa dilihat di IG @anothermissjo

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi