We (Don’t) Talk About Love – Chapter 5

we (don't) talk about love chapter 5

“Kira, mana belanjaan kamu?”

Pertanyaan Mama tidak kujawab sebab otakku seakan macet, yang bisa kupikirkan hanya Candra dan perempuan itu. Bagaimana mereka berinteraksi, senyum Candra yang begitu kusukai ….

Dan, bukan milikku lagi.

“Sayang, kamu nggak apa-apa?” tanya Mama sambil menyodorkan segelas teh hangat. Minggu sore memang kerap dilalui Mama dengan minum teh di halaman belakang. Kedatanganku yang berisik ke dapur tanpa belanjaan yang dimintanya pasti menimbulkan kebingungan.

“Maaf, Ma, aku nggak jadi ke supermarket.” Karena setelah melihat Candra bersama perempuan itu, aku langsung ambil langkah seribu.

Mama mengibaskan tangan. “Mama bisa belanja besok. Kamu kenapa? Nggak enak badan?”

Kugelengkan kepala.

“Berantem sama Candra?”

Responsku terlambat beberapa detik dan hanya itu yang dibutuhkan Mama untuk menatapku penuh selidik.

“Kalian baik-baik aja, kan?” cecar Mama. “Kayaknya sudah lama Candra nggak ke sini. Hampir sebulan? Terakhir pas dia benerin wastafel, itu juga nggak makan malam bareng.”

Kuhirup teh, tapi hangatnya seolah tidak mengaliri tubuhku. Tiba-tiba segalanya begitu menyesakkan dan setetes air mata meluncur di pipiku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I’m an author of 21 novels under the pen name Nureesh Vhalega. Besides writing, I’m a member of the bookstagram community with account @nuifebrianti.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi