4 Alasan Kamu Tak Harus Memaksa Tetap Bersahabat Setelah Disakiti Teman, Meski Sudah Memaafkan

Dikhianati Teman

Dikhianati sahabat sendiri bisa jadi mimpi buruk setiap orang dan bisa menimbulkan trauma besar. Walau mungkin sang teman memiliki alasan, dan bisa jadi sikap kita selama ini turut andil atas perbuatannya yang menyakiti hati. Sebenarnya, pertengkaran dengan sahabat bisa menjadi sebuah sarana pendewasaan. Kamu bisa introspeksi diri untuk lebih baik ke depannya. Tapi apakah kamu harus tetap berteman dengannya setelah disakiti sebegitunya?

Meskipun sudah memaafkan, terkadang hal ini sangat berat untuk dilakukan. Tapi kamu juga takut dianggap nggak dewasa. Kesannya, kok, pendendam banget. Tenang saja, kamu nggak harus memaksakan diri, kok. Ukuran sepatu yang tak tepat saja bisa menyiksa jika dipaksa, apalagi pertemanan. Ini beberapa alasan kamu nggak harus memaksakan diri tetap berteman setelah disakiti oleh temanmu sendiri.

1. Beberapa hal memang tidak bisa diperbaiki. Tak apa bila kamu tak sanggup kembali seperti semula lagi

Nggak semua hal bisa kembali (Photo by teksomolika) via www.freepik.com

Kepercayaan seseorang itu nggak seperti baju lecek yang bisa disetrika agar kembali mulus dan licin. Kepercayaan seseorang itu lebih mirip barang pecah belah. Ketika retak atau pecah, mungkin bisa direkatkan lagi, tapi nggak akan benar-benar kembali seperti sediakala.

Sekali kepercayaan itu dikhianati, akan sulit untuk mempercayai orang yang sama. Meski orang itu sudah minta maaf dan kita pun sudah berlapang dada untuk memaafkannya. Kamu bukannya nggak dewasa, tapi itu fakta, bahwa ada banyak hal yang nggak bisa kembali seperti semula meski mau dipaksa seperti apa juga.

2. Sakit hatimu, hanya kamu yang tahu rasanya. Wajar bila kamu lebih berhati-hati dan tak ingin hal yang sama terjadi lagi

hanya kamu yang tahu sakitnya (Photo by Lukas Rychvalsky) via www.pexels.com

“Kan dia juga udah sadar sama kesalahannya dan minta maaf? Kenapa kalian masih nggak bisa berteman? Sayang banget, udah sahabatan lama. Mbok ya yang ikhlas, biar bisa balik sahabatan.”

Mungkin kamu akan menemui komentar demikian saat memutuskan untuk nggak lagi berteman setelah dikhianati. Tapi jangan lupa bahwa hanya kamu yang tahu rasa sakitnya dikhianati. Kamu adalah saksi hidup atas kacaunya dan sakitnya dirimu kemarin. Wajar bila kamu ingin bersikap lebih hati-hati karena nggak merasa nggak sanggup merasakan sakit lagi. Bukannya berprasangka buruk, tapi nggak ada jaminan dia nggak akan mengulangi kesalahan yang sama.

3. Tak semua orang bisa diberi kesempatan berdua. Tentang hal ini, tergantung padamu sepenuhnya

nggak semua orang berhak diberi kesempatan kedua via pixabay.com

Sebenarnya mudah untuk menyelesaikan kebimbangan ini. Semuanya kembali pada pribadi masing-masing. Bila orang lain bisa kembali berteman dengan sahabat yang mengkhianatinya, kamu nggak harus melakukan hal yang sama. Karena, ketahanan diri setiap orang berbeda. Selamanya, nggak ada orang yang benar-benar berdiri di posisi orang lain.

Jika kesalahan yang dia lakukan berdampak sedemikian besar padamu, jika melihatnya saja sudah membuatmu kembali mengingat hal-hal buruk, jika setiap kata-katanya membuatmu berpikir negatif karena kamu mulai bermasalah dengan trust issue, bagaimana kamu bisa memaksa tetap berteman tanpa menghancurkan dirimu sendiri?

4. Kamu berhak untuk memutuskan dengan siapa kamu berteman. Termasuk melepaskan dia yang memberi pengaruh buruk bagimu

kalau memang merugikan, kenapa tetap dipertahankan (Photo by Karabo Lengwadi) via www.pexels.com

Memang sebaiknya kamu berpikir matang-matang terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk tetap berteman atau nggak. Ini juga bisa menjadi bahan evaluasi untuk hidupmu sendiri, karena memang ada teman-teman yang sebenarnya toxic tapi nggak terdeteksi karena kamu terlalu nyaman. Padahal kehadirannya justru memberi efek yang buruk bagimu.

Nah, soal ini, kamu memang berhak menentukan sendiri, kok. Bukannya pilih-pilih teman, tapi, di usia dewasa, kita memang harus bisa memilah teman yang baik dan teman yang buruk. Karena kebahagiaan dan kesuksesanmu cukup dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarmu, lho. Jadi, jangan ragu untuk menyeleksi temanmu, ya.

Kehilangan sahabat itu nggak kurang menyakitkan dibandingkan kehilangan pacar. Kamu juga akan patah hati dan butuh upaya untuk move on. Memaafkan sahabat yang melakukan kesalahan itu perlu. Sebab, dengan begitu perasaanmu lebih tenang dan kamu pun bisa melangkah ke depan dengan lebih baik. Namun, kembali berteman atau nggak, itu persoalan lain yang perlu dipikirkan masak-masak. Hanya kamu sendiri yang bisa memutuskan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi