Banyak yang Mengira jadi Anak Tunggal Itu Melulu Soal Dimanja, tapi Kita Justru Ahli Hadapi Kesepian

Perasaan anak tunggal

Kata orang-orang, mempunyai kakak dan adik adalah nikmat yang tak terbayangkan. Tumbuh besar bersama mereka tentu menyenangkan. Namun kalau terlahir sebagai anak tunggal, kita tak bisa merasakannya. Sebab hanya kitalah satu-satunya anak dalam keluarga. Terkadang keadaan ini membuat kita sedih, tetapi terkadang rasanya menyenangkan juga.

Advertisement

Ada berbagai keuntungan dan kerugian kalau kita menjadi anak tunggal. Sebagian sudah sering dirasakan, tetapi barangkali ada yang luput disadari. Berikut inilah rasanya menjadi anak semata wayang dalam keluarga.

Menjadi anak tunggal memang enak karena tak perlu rebutan kasih sayang orang tua. Bahkan sejak kecil, kita sudah sering dimanja

Dimanja orang tua / Credit: Kelly Sikkema via unsplash.com

Betapa bahagianya ayah dan ibu saat kita dilahirkan ke dunia. Mereka pun melimpahi kita dengan kasih sayang tanpa harus dibagi dengan anak lainnya. Maka sejak kecil, kita terbiasa mendapat perlakuan yang spesial. Mau punya mainan baru? Tinggal minta ayah supaya dibelikan. Mau makan camilan kesukaan? Minta saja ibu agar dibuatkan.

Memang tak semua sih kemauan kita yang dituruti. Namun itu saja sudah membuat banyak teman merasa iri. Kita dianggap beruntung karena tak perlu berbagi mainan dengan adik, juga tak perlu memakai baju bekas punya kakak. Sebab barang-barang kita dibelikan baru oleh orang tua dan bisa dipakai sendiri sepuasnya. Kita juga tak perlu bertengkar dengan sesama saudara.

Advertisement

Namun sebenarnya, kita sering merasa kesepian. Sebab tak ada saudara untuk berbagi kesenangan dan kesedihan

Diam-diam kesepian / Credit: Remy_Loz via unsplash.com

Walau perhatian yang kita terima membuat orang-orang iri, sebenarnya ada rasa hampa di hati. Kita merasa kesepian karena tak mempunyai saudara kandung. Tentu ada sepupu dan teman dekat, tetapi tetap saja berbeda. Diam-diam kita mengingikan keberadaan kakak dan adik untuk diajak main bersama. Ah, bagaimana ya rasanya? Tentu menyenangkan punya saudara…

Sebagai anak tunggal, kita juga menjadi tumpuan orang tua satu-satunya. Dituntut melakukan ini itu adalah hal yang sudah biasa

Pusing juga / Credit: JESHOOTS.COM via unsplash.com

Ayah dan ibu berharap banyak pada kita. Mereka ingin anak semata wayangnya meraih prestasi setinggi mungkin. Tentu harapan mereka baik, tetapi terkadang menjadi beban juga. Sebab kita dituntut melakukan ini itu sejak kecil. Mulai dari les piano, belajar menggambar, sampai ikut pertandingan olahraga.

Itulah yang membuat banyak anak tunggal tampak lebih bersinar. Untuk membuat orang tua bangga, kita rela selalu belajar dan berusaha. Apalagi fasilitas memang tersedia. Rasanya bangga kalau melihat prestasi yang sudah kita raih, tetapi kadang rasanya capek juga sih.

Advertisement

Belum lagi kalau ayah dan ibu sudah menua, kitalah satu-satunya anak yang bisa menjaga mereka. Sejujurnya terasa berat juga

Bersama orang tua / Credit: Nathan Anderson via unsplash.com

Sebagai anak yang baik, tentu kita ingin ayah dan ibu hidup sehat serta bahagia. Namun tak semudah itu mewujudkannya. Sebab mereka butuh dirawat dan ditemani, terutama kalau sudah semakin tua. Sebetulnya tak apa-apa bagi kita. Namun muncul kecemasan dalam hati, bagaimana kalau orang tua jatuh sakit saat kita sedang merantau jauh? Bagaimana kalau mereka harus dirawat dalam waktu lama, sedangkan kita ingin pergi meraih cita-cita?

Kecemasan itu bisa dibagi bersama seandainya kita mempunyai saudara. Sebab orang tua bisa dijaga bergantian dengan kakak dan adik. Namun karena kita adalah anak tunggal, kewajiban menjaga orang tua menjadi tanggungan sendiri.

Namun enaknya, kita mungkin tak akan pernah dibandingkan dengan kakak dan adik. Rasanya jadi lebih percaya diri untuk meraih cita-cita

Percaya diri / Credit: Gregory Hayes via unsplash.com

Cobalah tanya teman-teman yang mempunyai kakak atau adik. Pasti terkadang mereka kesal karena dibandingkan dengan saudaranya. Mulai dari penampilan, kepintaran, prestasi, sikap, pekerjaan, dan masih banyak lagi. Tak hanya orang tua saja lo yang membanding-bandingkan. Terkadang kerabat jauh atau bahkan tetangga juga melakukannya. Bikin sebal saja!

Sebagai anak tunggal, kita tak perlu merasakannya karena tak punya pembanding dalam keluarga. Justru kita akan lebih banyak dipuji saat berhasil meraih prestasi. Enak juga ya! Kondisi ini pun membentuk kita menjadi pribadi yang lebih percaya diri untuk meraih cita-cita.

Seiring bertambahnya usia, kita semakin bersyukur karena terlahir sebagai anak tunggal. Sebab kita terbiasa untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh

Merasa bersyukur / Credit: Allef Vinicius via unsplash.com

Menjadi anak tunggal memang ada sejumlah kekurangannya. Namun kita sudah berdamai dengan kondisi itu dan cukup menjalaninya saja. Seiring bertambahnya usia, kita justru semakin bersyukur karena dilahirkan sebagai anak tunggal. Tidak adanya kakak dan adik membuat kita terbiasa berjuang sendiri sehingga menjadi lebih tangguh. Kita juga melatih diri untuk kuat agar bisa menghadapi segalanya di masa depan.

Mungkin kita pernah disebut anak manja atau anak mama karena dibesarkan sebagai anak tunggal.  Namun, ak perlu peduli pada komentar buruk yang dilontarkan orang lain. Biarkan saja mereka dan buktikan kalau kita bisa tumbuh menjadi anak yang membanggakan orang tua.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tinggal di hutan dan suka makan bambu

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE