6 Langkah Untuk Membantu Korban Bullying

Tak ada pembenaran apapun dari tindakan bullying, melihat aksi bullying jangan hanya diam dan menjadi bystander effect.

Melansir dari kemenppa.go.id bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan terus menerus.

Maka jika melihat aksi bullying jangan hanya diam dan menjadi bystander effect, dikutip dalam quipper.com bystander effect  adalah suatu hal yang terjadi saat kehadiran orang lain membuat seseorang mengurungkan niat untuk membantu orang lain dalam kondisi yang membutuhkan pertolongan, karena bullying dapat berdampak secara psikis untuk para korban yang mengalaminya, diperlukan dukungan dari orang terdekat dengan langkah berikut ini:

Advertisement

1. Menemukan Sumber Masalah

Boleh cerita masalahmu ?

Boleh cerita masalahmu ? via https://www.pexels.com

Menemukan sumber masalah, dengan mencari tahu penyebab terjadinya tindak bullying, hal ini merupakan langkah awal untuk memudahkan kita dalam memberikan solusi dari permasalah tersebut serta mengri kesalahpahaman yang mungkin terjadi pada kemudian hari.

2. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Jangan biarkan diri sendiri

Jangan biarkan diri sendiri via https://www.pexels.com

Setelah menemukan penyebab tindakan bullying, tidak jarang perasaan para korban bullying akan terpuruk maka dibutuhkan dukungan untuk mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka.

Advertisement

Dengan menjadi teman bercerita dan sharing untuk mereka.  Salah satu contoh mereka mendapatkan cyberbullying dari orang tidak yang dikenal dalam akun media sosial yang menyinggung bentuk fisik ataupun lainnya, yang perlu dilakukan adalah  menyadarkan bahwa mereka tidak seburuk apa yang dinyatakan oleh orang tersebut.

Dan mencoba menyarankan untuk mengabaikannya, serta meyakinkan diri mereka memiliki lebih banyak prestasi lainnya yang layak untuk dibanggakan.

3. Menyarankan Untuk Berani Bertindak

Advertisement
Berani Lawan!

Berani Lawan! via https://www.pexels.com

Menyarankan mereka untuk berani melawan dari tindakan bullying, salah satunya berani untuk speak up ke seseorang yang mampu menyelasaikan masalah tindakan bullying antara lain guru, orang tua ataupun pihak berwajib dengan mempertimbangkan seberapa besar dampak atas tindakan bullying tersebut.

Jika yang dialaminya adalah cyberbullying maka dapat merespon kembali pernyataan tersebut dengan kalimat yang lebih bijak atau melakukan block hingga report akun tersebut.

4. Keluar Dari Lingkungan Toxic

Lingkungan Toxic

Lingkungan Toxic via https://www.pexels.com

Membawa mereka untuk keluar dari lingkungan bullying, mungkin hal ini tidak mudah jika tindakan bullying ternyata berada dalam lingkungan terdekatnya salah satunya lingkungan sekolah atau bahkan lingkungan keluarga yang tidak memungkinkan untuk keluar dari zona tersebut. 

Namun dapat melalui berbagai pendekatan dengan bantuan pihak ketiga seperti guru dengan memberikan hukuman bagi yang melakukan tindakan bullying untuk memberikan efek jera dan bertujuan untuk tidak kembali melakukan hal tersebut ataupun bantuan sanak keluarga lainnya untuk menyelesaikan permasalahan  secara kekeluargaan atas tindak bullying yang harusnya tidak terjadi dalam keluarga.

5. Menemukan Lingkungan Baru

Stay or Leave

Stay or Leave via https://www.pexels.com

Mengajak kedalam lingkungan baru, bukan berarti dengan sekolah baru ataupun meninggalkan sanak keluarga, akan tetapi mengarahkan ke lingkaran pertemanan yang lain yang lebih suportif antara satu dan lainnya.

Di mana lingkungan baru yang lebih sehat serta dapat meningkatkan produktivitas dan kenyamanan dalam bersosialisasi.

6. Butuh Psikolog? Jangan Ragu!

Psikolog membantumu

Psikolog membantumu via https://www.pexels.com

Jika kita melihat ada trauma mendalam dari dampak bullying yang dialami para korban yang tidak dapat diselesaikan dengan mudah, kita wajib menyarankan untuk mendatangi psikolog atau psikiater, yang bertujuan meningkatkan kembali kesehatan mentalnya.

Dan jika mereka menolak kita perlu mengingatkan bahwa datang ke psikolog bukanlah hal yang memalukan akan tetapi suatu bentuk kesadaran untuk menyelamatkan diri sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

nurichfanioktoria.blogspot.com

CLOSE