7 Hal yang Tidak Kamu Ketahui dari Seorang Ayah, Cinta Pertama Anak Perempuannya

Ayah mencintaimu dalam diam

Drama Korea 18 Again mampu menggambarkan bagaimana sebenarnya cinta seorang ayah pada anak-anaknya. Caranya berkorban, melindungi dan menjaga anak-anaknya, juga memastikan dirinya selalu dapat diandalkan meski keadaan tidak selalu mendukung. Ayah adalah sosok yang rela berkorban, terkadang rela mengubur impiannya demi kecukupan anak-anaknya. Ayah, sesosok pria yang tidak tega menyakiti dirimu apalagi melukai. Itulah hakikat cinta pertama yang sejati, mencintai tanpa syarat, mencintai tanpa mengenal kondisi, mencintai tanpa pamrih.

Seiring dengan waktu, anak-anak tumbuh dewasa, mulai mengenal kesibukan dan sering melupakan rumah. Ayah senantiasa menunggu kapan anaknya pulang, menunggu di depan gerbang memastikan kamu disambut penuh kehangatan. Sejalan dengan waktu yang terus berputar, ayah telah ringkih dan kamu menganggapnya beban melupakan bagaimana cinta pertamamu berkorban dan kesakitan. Ayah tidak pernah keberatan jika kamu berpikir demikian karena cintanya yang tulus. Ada 7 hal yang sering tidak kita ketahui dari seorang cinta pertama, Ayah.

Advertisement

1. Mencintaimu dalam diam

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Cara Ayah menyatakan cinta berbeda dengan cara seorang ibu yang lebih jago mengekpresikan perasaannya padamu. Ayah selalu mengatakan cinta dari tindakannya melindungi, menjaga dan memastikan kamu baik-baik saja. Meskipun kamu marah padanya, dia akan selalu memberimu cinta, tidak pernah melepaskan tanggung jawabnya, tidak pernah mengeluh, tapi cintanya selalu menguatkan hati, menetramkan jiwa.

Ayah, sosok pria yang segan mengutarakan kalimatnya, karena baginya anak-anaknya hanya butuh kasih sayang berbentuk tindakan bukan kata-kata yang belum tentu dipahami. Begitulah cinta yang sejati.

Advertisement

2. Selalu mengkhawatirkanmu tapi tidak pernah bisa bertanya kapan pulang karena takut mengganggumu

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Diam-diam, Ayah adalah seorang pria yang paling mengkhawatirkan anak-anaknya selain ibu. Dia khawatir bila kamu jauh darinya dia tidak bisa memberimu perlindungan. Meski zaman selalu berganti, teknologi semakin canggih, Ayah selalu menginginkan anak-anak perempuannya ada di dekatnya. Berkelahi saban hari tak masalah baginya, asalkan anak-anak perempuannya tidak terluka oleh laki-laki lain.

Ketika kamu memilih merantau, pernahkah kamu memikirkan apa yang Ayahmu rasakan? Sedih, khawatir dan takut menjadi satu. Terkadang, ingin sekali lisannya bertanya kapan Ayuk pulang? Tapi selalu terganjal di ujung lidah karena cemas kamu akan terbebani pertanyaan itu.

3. Pundak dan punggungnya yang bidang, tempat kita bersandar kala kanak-kanak

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Kamu selalu memimpikan dipeluk dan digendong oleh laki-laki yang kamu cintai. Kamu lupa, bahwa dulu sewaktu kecil betapa sering ayahmu memelukmu ketika kamu merasa takut, menggendongmu saat kamu terlelap tidur di ruang tv. Beranjak dewasa, kamu hanya fokus pada laki-laki yang kamu cintai saja, tapi ayah tidak pernah memintamu mencintainya, sebab cinta sejati akan selalu mencurahkan cintanya tanpa berharap pamrih.

Advertisement

4. Rela berkorban pagi, siang, petang, demi membelikanmu sesuap makanan enak

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Satu hal yang sering kita lupakan sebagai anak perempuan, pengorbanan seorang ayah memenuhi kebutuhan anaknya pagi, siang, petang mengais rezeki, panas hujan juga tidak jadi halangan. Asalkan pulang bisa membawa uang untuk sekadar membeli makanan enak. Hanya orangtua yang dapat melakukan hal itu padamu, sedangkan yang lain belum tentu.

Cinta kasih yang begitu luar biasa besar, ayah mengorbankan segenap jiwa raganya agar anaknya serba kecukupan. Lantas ketika dewasa, sang anak menganggap ayahnya sebuah beban. Itu lebih menyedihkan, bagaimana bisa seorang ayah yang memberimu cinta seluas samudera, dianggap beban.

5. Marahnya demi kebaikanmu

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Dibandingkan ibu, ayah adalah sosok yang jarang marah. Namun, sekali dia marah, emosinya meluap-luap tapi tidak pernah bermaksud menyakiti hatimu. Marahnya seorang ayah karena dirinya khawatir pada anak-anaknya. Khawatir, jika suatu hari kamu tidak tumbuh menjadi anak yang baik, mencemaskan dirimu terbawa arus keburukan.

Bukan maksud seorang ayah mengekangmu, ayah hanya ingin yang terbaik. Begitupula tentang jodoh, ayah menginginkan putrinya mendapatkan laki-laki yang bisa bertanggung jawab dan mencintaimu setulus yang diberikan ayah padamu. Kadang, kita tidak dapat mengerti pikiran seorang ayah, tapi itulah realitanya—sederhana.

6. Genggaman tangannya selalu terasa hangat

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Jika kamu mencari seseorang yang tidak akan melepaskan kamu di saat kamu terjatuh dan tersungkur, dia adalah ayah. 

Ayah adalah pria yang akan dan selalu menggenggam tanganmu erat kapanpun kamu butuh, tanpa melepasmu bila kamu belum benar-benar bangkit. Ayah tidak pernah sanggup melihat anak-anaknya terjatuh lalu terluka, bahkan ayah selalu berpikir, “aku mampu bekerja seribu tahun lamanya asal anak-anakku tidak terjatuh”.

Genggamannya yang hangat, memberikanmu semangat.

7. Selalu berharap anak-anaknya tidak bernasib sama seperti dirinya

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Di balik doa yang selalu dia panjatkan, terselip permohonan agar kamu tidak merasakan hidup susah seperti dirinya. Berharap kamu selalu dilimpahkan kemakmuran tanpa harus banting tulang dan mandi keringat agar mendapatkan uang. Maka dari itu, ayah mendidikmu secara tegas, bijak dan kuat. Jika suatu hari ayah telah tiada, kamu tidak akan merasa kesusahan karena bekal yang diberikan ayah membentukmu menjadi pribadi yang selalu bisa bertahan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE