#RemajaBicaraKespro-Inilah Suara Hati Remaja yang Wajib Orang Tua Dengar!

Mulai belajar untuk mendengarkan kebutuhan remaja

Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh perubahan. Anak remaja mengalami perubahan drastis, tidak hanya dalam penampilan fisik tetapi juga secara emosional. Masa remaja juga adalah periode pencarian jati diri dan identitas. Jadi, secara alami masa itu memunculkan masalah independensi, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan identitas diri.

Seringkali orang tua mengeluhkan anaknya yang mulai beranjak remaja. Orang tua berpikir bahwa anak remajanya itu hubungannya semakin renggang dengan orang tua. Bahkan orang tua berpendapat bahwa anak susah dibilangin atau ngeyel. Tidak jarang terjadi pertengkaran di antara keduanya yang mengakibatkan komunikasinya semakin renggang antara si anak dan orang tua. Padahal baik orangtua maupun anak sama-sama perlu berkomunikasi satu sama lain.

Sebenarnya ketika anak beranjak remaja, mereka ingin sekali mengungkapkan apa yang ia perlukan dari orang tua. Akan tetapi, terkadang sulit mengkomunikasikan dengan orang tua karena takut orang tua akan marah atau bahkan tidak menerima masukan dari si anak.

Untuk itu disini saya akan menuliskan beberapa hal yang sebenarnya remaja butuhkan atau perlukan dari orang tua, akan tetapi terkadang sulit untuk mengungkapkan kepada orang tua. 

1. Tolong dong, Mama dan Papa jangan tuntut aku untuk selalu pintar akademik. Tapi hargai juga skill aku yang lain.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Sering sekali remaja merasa tertekan karena orang tua mereka banyak menuntut untuk serba bisa di semua mata pelajaran. Padahal anak tersebut pastinya memiliki kelemahan dan kelebihan di bidang tertentu. Dan yang tidak kalah penting adalah orangtua perlu mencari potensi dan memberikan dukungan terutama pada skill yang dimiliki si anak yang berkaitan dengan non akademik.

Sadarilah bahwa kita sebagai orang dewasa terkadang juga ada hal yang tidak mudah kita pahami begitu juga yang terjadi pada anak remaja. Apalagi mereka harus banyak menyesuaikan dengan segala perubahan yang ada pada dirinya. Tentunya ini bukanlah hal yang mudah bagi mereka. 

2. Mama dan Papa dengerin penjelasan aku dulu dong, jangan langsung menyalahkan atau menghakimi.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Merupakan hal yang sangat wajar jika seorang anak mengalami masalah dan datang kepada orang tuanya. Akan tetapi yang sering terjadi ialah ketika anak datang ke orang tua dan mengadukan masalahnya kepada orang tua, orangtua bersikap defensif dan langsung menyalahkan. Bahkan terkadang karena terbawa emosi orang tua langsung marah-marah.

Tanpa disadari hal ini tentu mengikis kepercayaan si anak kepada orang tua. Karena ia merasa takut ketika akan bercerita kepada orang tua, takut disalahkan atau takut dihakimi. Sehingga ia memilih tempat lain atau orang lain yang ia bisa percaya untuk mendengarkan cerita mereka dan memberikan solusi.

Seperti halnya orang dewasa, anak remaja juga tidak melulu butuh solusi ketika mereka mengalami permasalahan, akan tetapi perlu tempat agar ia bisa bercerita atau didengarkan.

3. Ma, Pa, edukasi aku berkaitan kesehatan reproduksi dong, aku nggak ngerti.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Ini nih, masalah yang sering dialami anak remaja. Orang tua menganggap bahwa membicarakan masalah kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu, sehingga banyak sekali orangtua yang tidak memberikan edukasi yang baik terkait hal ini kepada anaknya.

“Alah nanti juga kamu bakal tahu pas udah gede!” Sering sekali saya mendengar kalimat ini dari para orang tua ketika anaknya bertanya terkait kesehatan reproduksi atau hal-hal yang privat. Padahal ketika anak beranjak remaja, sangat memerlukan edukasi ini.

Ketika orangtua menganggap hal ini adalah hal yang tabu, maka anak akan mencari informasi dari luar dan belum tentu menemukan informasi yang  tepat. Yang sering terjadi dan seringkali dikeluhkan adalah ketika anak untuk pertama kalinya mengalami menstruasi atau ketika anak laki-laki mengalami mimpi basah. Tidak jarang anak remaja merasa kebingungan bahkan takut ketika mengalami hal ini.

Bukan suatu hal yang aneh ketika anak bingung dan takut karena ini merupakan hal yang baru dan asing bagi mereka. Untuk itu sebagai orang tua, jangan lagi menganggap tabu ketika membicarakan kesehatan reproduksi. Ini sudah saatnya orang tua memberikan informasi yang tepat kepada anak. Nggak mau kan anak merasa kebingungan dan mencari sendiri informasi dari luar yang belum tentu kebenarannya? 

4. Mama dan Papa, cukup dukung aku ya jangan bandingin aku sama teman atau saudara yang lain.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya membanding-bandingkan sudah mengakar dalam masyarakat kita. Tidak terkecuali membandingkan anak. Perilaku suka membanding-bandingkan yang sudah tertanam sejak muda tidak lantas hilang begitu saja ketika menjadi orangtua.

Banyak sekali orangtua yang membanding-bandingkan anaknya. Entah dengan antar saudara kandungnya, dengan teman sebaya, sepupu, dsb. Yang dibandingkan pun beragam, dimulai dari nilai akademik, sikap anak ke orangtua, rajin atau nggaknya anak, dan masih banyak perilaku membandingkan lainnya.

Sebagian besar remaja merasa sangat sakit hati ketika ia dibanding-bandingkan dengan orang lain. Bahkan mereka seringkali merasa tidak berharga bahkan menganggap orang tuanya tidak menerima kehadiran dia apa adanya.

Alasan orangtua yang terdengar sangat klise yaitu membandingkan anak agar si anak bisa lebih baik dan termotivasi bahkan tidak jarang ada orang tua yang membandingkan anak dengan dirinya ketika seumuran dengan si anak. Sadarilah, bahwa anak dan orangtua sudah beda zaman dan generasi. Itu hanya membuat jiwa anak terguncang dan kehilangan kepercayaan diri.

Carilah cara lain agar anak termotivasi, misalnya dengan mendukung hobi atau skill yang ia miliki dan mengapresiasi apa yang sudah ia dapat atau lakukan. Maka ini akan lebih memunculkan motivasi dalam diri anak agar lebih baik lagi. 

5. Mama dan Papa jangan dikit-dikit mengkritik, hargai juga pendapat dan usahaku juga.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Sebagai orang tua tentunya boleh untuk memberikan masukan kepada anak. Tetapi kita juga harus ingat kalau dia bukan anak kecil lagi yang harus dituntun. Sekarang ia sudah jauh lebih besar dan tumbuh dewasa sehingga ia sudah bisa memiliki keputusan atau pendapat sendiri. Walaupun belum tentu sepenuhnya tepat, akan tetapi keputusan mereka juga tidak selalu salah.

Untuk itu, perlunya orang tua memberikan kepercayaan atau tanggungjawab agar ia bisa lebih eksplor dan berkembang. Hal ini akan membuat ia lebih nyaman dan mampu meningkatkan kepercayaan dirinya. Selain itu, ia juga akan belajar berkaitan dengan problem solving serta melatih tanggung jawab anak atas keputusan yang ia ambil. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

" Menulis untuk mengekspresikan, bukan untuk membuat terkesan."