Ini Rasanya Menjadi Korban Toxic Parents. Berat, tapi Aku Yakin Mampu Melewatinya

Tidak ada yang membantumu selain dirimu sendiri, maka itu self-healing sangatlah penting :)

Siapa yang tidak mau sebuah keluarga yang harmonis? Yang penuh kasih sayang? Yang sejahtera? Tapi kami tidak memilikinya, justru yang kami merasa orang paling dekat dengan kami, itulah yang melukai kami paling dalam.

Rumah yang seharusnya jadi tempat perlindungan, tempat kita merasa aman, kini membuatku merasa gelisah, terhina, tersakiti dan perasaan yang tak terungkapkan.

Advertisement

1. Saya ingin memiliki sebuah RUMAH

Pernahkah kalian merasakan tidak damai, tidak tenang, gelisah, sedih, lelah ketika berada di dalam rumah?

Mungkin saja karena orang tua yang terus bertengkar, saudara yang tidak pernah akur, kasus KDRT yang berulang kali di dalam rumah tangga, tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang tua, diabaikan, dll.

Advertisement

Rumah yang seharusnya menjadi tempat kita bersandar, tempat kita berlindung, tempat kita beristirahat, tempat kita merasa kasih sayang, tetapi malah membuat kita semakin tidak berdaya, lelah, merana dan tersiksa.

2. Saya tidak memilih kalian jadi orang tuaku

orangtua toxic

orangtua toxic via https://m.ayobogor.com

Siapapun pasti menginginkan hubungan keluarga yang akrab, harmonis, penuh dengan kasih sayang dan kadang saya iri, ketika melihat orang tua lain yang sangat sayang, peduli kepada anaknya, karena saya tidak pernah merasakannya.

Advertisement

Lidah itu tidak bertulang, ada baiknya jika kita berpikir sebelum kita mengucapkan, mungkin saja karena sebuah kalimat, kamu membuat seseorang menjadi down, menjadi batu sandungan dalam hidupnya dan menjadi TOXIC di dalam hidupnya.

dan ketika saya bercerita kepada teman saya atau menanyakan pendapat orang lain, saya paling benci mendengar kata demikian :

“Bagaimana pun dia orang tuamu kan ? Seburuk apapun dia tetap ayahmu, tetap ibumu, tetap orang tua yang harus kamu kasihi dan hormati.”

Itu bukan kata-kata penghiburan, itu justru mengingatkan dan mengejudge secara tak langsung bahwa kami adalah anak yang durhaka dan wajar jika kita mendapatkan perlakuan seperti ini.

Tapi pernahkah kalian menempatkan posisi kalian di tempatku ? Pernahkah kalian merasa seperti yang saya rasakan ?

Kami tidak bisa memilih siapakah yang jadi kedua orang tua kita, cara sayang orang tua itu berbeda-beda, dan ada kalanya bagi orang tua itulah cara sayang mereka kepada anaknya, tetapi malah menyakiti jiwa dan jasmani serta menjadi beban yang sangat berat bagi kami.

Dan memang ada beberapa orang tua yang bahkan sama sekali tidak sayang, tidak peduli kepada anaknya dan menggangap mereka itu beban, pengkhianat, pencuri harta mereka.

So, jangan karena kata-kata yang kelihatannya sepele, sok bijak ini, bukan saja tidak menghibur, malah mengakibatkan korban ” toxic parent ” merasa alone, tidak ada yang menopang dia dan terakhir mengambil jalan pintas (berpikir pendek) karena tidak sanggup lagi menjalani hidupnya.

Karena kami juga butuh manusia, kami juga anak yang butuh akan kasih sayang, kami juga butuh perlindungan. Kami juga sadar orang tua harus disayangi, dihormati tapi biarkanlah kami sadar sendiri dan menerima hal tersebut dengan ikhlas dan rela bukan suatu paksaan dari kalian. 

Jika tidak bisa membantu, menghibur setidaknya jangan menambah beban kami, KAMI SUDAH CUKUP LELAH.

3. Toxic family tidak bisa berubah, tapi kita bisa menghindari dan betapa pentingnya self healing

toxic family

toxic family via https://id.pinterest.com

Pepatah mengatakan : “Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuanmu.”

Tetapi yang saya rasakan iya memang Tuhan tidak memberikan cobaan ini, tapi manusia toxic iya.

Pernahkah kalian merasakan KDRT di masa kecil? Dilempar kaca, dilempar piring, dilempar asbak rokok?

Pernahkah kalian merasa tidak disayangi, diabaikan sama orang tua yang seharusnya menjaga, mendidik, membimbing kita?

Pernahkah kalian lagi tidur, terus tiba-tiba ada suara teriakan yang mengejutkan kamu di tengah malam dan dapat ancaman mau menghabiskan nyawamu?

Pernahkah kalian menderita penyakit depresi dan bahkan orang di dalam rumah pun tidak tahu, tidak peduli akan hidup matimu?

Jika iya, what should we do?

1. Berserah kepada sang Pencipta, doa 

Doa agar kita senantiasa diberi hikmat kebijaksaan dan kekuatan dalam menjalani hidup kita, agar kita bisa bersyukur dan menyadari rahmat yang Tuhan berikan setiap hari walaupun di dalam kesengsaraan.

2. Coba berbicara secara logika dan dengan damai terlebih dahulu

Tidak ada salahnya kita mencoba memperbaiki keadaan terlebih dahulu, apakah bisa berkomunikasi dengan baik atau tidak. Jika memang tidak bisa, jangan paksakan diri, mencobalah menjauh, bukan tidak sopan atau apa, karena harga diri, jiwa batin kita, perasaan kita juga butuh dijaga bukan? Yang paling penting adalah supaya tidak lost control.

3. Carilah teman/ pasangan yang benar-benar bisa sharing serta membimbing kita ke arah yang benar

Saya pernah mengalami depresi, di mana orang tua tidak pernah akur, mama saya sakit keras dan yang terakhir meninggalkanku, masalah keluarga, masalah merebut harta datang bertubi-tubi yang membuat aku merasa sangat sesak, tidak bernafas, tidak berdaya dan hampir menyerahkan hidup saya.

Saya salah, karena saya sempat berpikir mengambil jalan pintas, untuk anak berumur 16 tahun, anak yang seharusnya masih perlu perhatian orang tua, masa kenakalan remaja dan saya benar-benar HAMPIR tidak sanggup menghadapinya.

Jika bukan karena dukungan teman, yang selama ini mendengarkan curhatanku, menghibur dan menguatkanku, saya tidak akan pernah jalan keluar dari lembah kegelapan ini dan pastinya karena anugerah, pertolongan dan kekuatan dari sang Pencipta, sehingga saya bisa tegar, bisa kuat sampai sekarang,

Toxic family will always be a toxic family, they will not change, yang bisa kamu ubah hanya mindsetmu sendiri. 

Tidak ada salahnya menghindar dari mereka, sekedar basa basi dengan mereka, yang paling penting, jangan MENDENDAM, ikhlaskan, belajar memaafkan dan belajarlah self-healing, selain menyembuhkan luka batin, juga sangat membantu untuk mengurangi beban di pikiran kita.

Kita tidak sendirian, walapun sekarang kita bertemu dengan orang yang tidak bisa menghargai kita, tapi akan suatu saat kita bertemu dengan orang yang sepenuh hati menyayangi kita entah itu pasangan ataupun teman lain.

Dan belajarlah dari pengalaman, jangan MENERUSKAN TOXIC, jangan karena kita diperlakukan tidak baik, maka kita berhak juga meneruskan kepada orang lain. Jangan karena orang lain menyimpang, kita juga ikut menyimpang dan pembalasan untuk orang yang menyakiti kita adalah JADILAH ORANG YANG LEBIH BAIK, BIJAKSANA untuk menunjukkan bahwa merekalah manusia toxic dan kita tidak akan jadi serupa dengan mereka.

NB : ibarat bunga lotus yang bertumbuh di sekitar lumpur, tetapi dia sendiri tidak tercemar 🙂

4. Tanggung jawab sebagai orang tua bukan hanya sanggup memberi makan anaknya.

Tanggung jawab sebagai orang tua bukan hanya sanggup memberi makan anaknya tapi bagaimana memberikan kasih sayang, perhatian, mendidik anak, menjadi teladan bagi anak itu yang paling penting.

Jangan jadikan anak sebagai pelampiasan kekesalan Anda, itu anak bukan boneka, anak tidak seharusnya menerima TOXIC dari orang tua.

Jika BELUM SIAP jadi orang tua, tolong jangan paksakan diri jadi orang tua, jangan karena desakan umur, tapi persiapan mental orang tua untuk menyambut anak itu yang paling terpenting.

Berilah rumah yang hangat, yang mendidik dengan tanggung jawab, penuh dengan kasih sayang, contoh teladan yang baik untuk anak Anda.

5. Kamu pantas mendapatkan kasih sayang

you deserve to be loved

you deserve to be loved via https://www.facebook.com

Kamu pantas dicintai, kamu pantas bahagia, kamu pantas mendapatkan umur panjang, apapun dan seberat apapun bebanmu jangan pernah menyerah 🙂 

Semua akan indah pada waktu-Nya, tolong bersabarlah sebentar lagi, kamu akan tersenyum dan merasa bahagia lagi, akan ada pelangi sehabis hujan badai.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm waiting for my own happiness.

CLOSE