Dalam Dunia Psikologi Internalisasi Sangat Populer, Apa sih Internalisasi Itu?

Dalam dunia psikolog tentang Internalisasi (Refleksi) sangat populer oleh karena itu saya akan menjelaskan topik tersebut agar kalian juga bisa tau apa itu Internalisasi (Refleksi). Bagi sebagian masyarakat, istilah internalisasi terdengar cukup asing ditelinga, apalagi kata ini sangat jarang muncul dan biasanya terdapat dalam materi pelajaran tertentu. Lalu apa itu internalisasi?

Advertisement

1. Pengertian Internalisasi

Photo by Waldermar Brandt on Unsplash

Photo by Waldermar Brandt on Unsplash via https://unsplash.com

Internalisasi adalah suatu proses pemasukan nilai pada diri seseorang atau individu yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. Pemaknaan atas nilai yang mewarnai pemeknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan, dan kenyataan di sekelilingnya. Nilai-nilai tersebut juga bisa terjadi di berbagai aspek, baik agama, budaya, norma sosial dll. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya. Terjadinya internalisasi sangat wajar terjadi diera modern seperti sekarang ini.
Definisi lainnya, internalisasi merupakan suatu proses pemasukan norma-norma di dalam kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja, akan tetapi norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.

2. Pengertian Internalisasi Menurut Para Ahli

Photo by Mark William on Unsplash

Photo by Mark William on Unsplash via https://unsplash.com

Beberapa para ahli bahasa di dunia dan Indonesia juga mendefinisikan internalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut.

Advertisement

Menurut Chaplin (2002 : 256), internalisasi adalah penggabungan atau penyatuan sikap, standart tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian. Freud yakin bahwa superego, atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap parental (orang tua).

Menurut Kartono (2011), internalisasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang melalui prakter dengan kesadaran. Tanpa adanya paksaan, definisi ini berarti bahwa internalisasi dilakukan secara sadar yang akan membentuk adat atau kebiasaan dalam diri seseorang.

3. proses Internalisasi

Advertisement
Photo by Suzanne D. Williams on Unsplash

Photo by Suzanne D. Williams on Unsplash via https://unsplash.com

Proses internalisasi adalah suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat dari individu, yaitu mulai dari lahir hingga akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu akan terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya.

Perasaan yang pertama kali diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan bayi sering menangis. Manusia memiliki bakat yang telah terkandung dalam gen untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat , nafsu dan emosi dalam kepribadian individunya. Tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada dalam alam sekitar, lingkungan sosial maupun budayanya.

4. Macam Internalisasi

Photo by Clay Banks on Unsplash

Photo by Clay Banks on Unsplash via https://unsplash.com

Adapun macam-macam internalisasi dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Internalisasi dalam masyarakat, internalisasi masyarakat diawali dari keluarga. Dimana segala bentuk kepribadian yang dimiliki individu untuk menjalani keidupan sebagai mahluk sosial adalah hasil dari adopsi kehidupan dalam keluarga.
2. Internalisasi dalam agama, Kehidupan beragama tidak terlepas dari adanya internalisasi. Adapun internalisasi dala, agama adalah adanya perkumpulan kaijian agama, adanya bangunan-bangunan tempat ibadah, dan lain sebagainya.
3. Internalisasi dalam pendidikan, Internalisasi pendidikan merupakan perpaduan sistem pendidikan yang saat ini diterapkan dengan sistem pendidikan yang berlaku di suatu negara. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pendidikan yang berlaku pada suatu negara.
4. Internalisasi budaya, Terjadinya internalisasi budaya akibat adanya dinamika dalam unsur kebudayaan. Terlebih, saat ini pekembangan zaman semakin maju dan modern.

5. Pandangan Interlisasi Menurut Pandangan Islam

Photo by Askhan Forouzani on Unsplash

Photo by Askhan Forouzani on Unsplash via https://unsplash.com

​Internalisasi nilai-nilai Islam adalah suatu proses yang mendalam dalam menghayati nilai-nilai agama Islam yang dipergunakan seseorang dalam menyelenggarakan tata cara hidup serta mengatur hubungan dengan Tuhan (habl min Allah), sesama manusia (habl minan-nas), dan alam sekitar. Semua nilai tersebut dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh, dan sasarannya menyatu dalam kepribadian seseorang, sehingga menjadi satu perilaku yang positif.

Tahapan dan Metode Internalisasi Nilai-nilai Islam

1. Tahap transformasi nilai. Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada anak didik, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal. 

2. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara anak didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini tidak hanya menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan yang buruk, tetapi juga terlibat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan anak didik diminta memberikan respon yang sama, yakni menerima dan mengamalkan nilai itu. 

3. Tahap transinternalisasi, yakni tahap ini lebih dari sekedar transaksi. Dalam tahap ini, penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisik, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Demikian juga anak didik merespon kepada guru bukan hanya gerakan atau penampilan fisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya. 

 

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam internalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara aktif.

Jadi, internalisasi nilai sangatlah penting dilakukan di sekolah melalui pengajaran bidang studi PAI (Pendidikan Agama Islam). Karena PAI merupakan pendidikan nilai, sehingga nilainilai tersebut dapat tertanam pada diri anak didik. Dengan pengembangan yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai ajaran Islam merupakan tahap manifestasi manusia religius. Sebab, tantangan arus globalisasi dan transformasi budaya bagi anak didik dan bagi manusia pada umumnya adalah difungsikannya nilai-nilai moral agama.

Pada tahap ini, internalisasi diupayakan dengan langkahlangkah sebagai berikut :

1. Menyimak, yakni pendidikan memberi stimulus kepada anak didik, dan anak didik menangkap stimulus yang diberikan. 

2. Responding, yaitu anak didik mulai ditanamkan pengertian dan kecintaan terhadap tata nilai tertentu sehingga memiliki latar belakang teoritik tentang sistem nilai, mampu memberikan argumentasi rasional, dan selanjutnya, peserta didik dapat memiliki komitmen tinggi terhadap nilai tersebut.

3. Organization, anak didik mulai dilatih mengatur sistem kepribadiannya disesuaikan dengan nilai yang ada. 

4. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur disesuaikan dengan sistem nilai tertentu, dan dilaksanakan berturut-turut, akan terbentuk kepribadian yang bersifat satunya hati, kata, dan perbuatan.

Teknik internalisasi sesuai dengan tujuan pendidikan agama, khususnya pendidikan yang berkaitan dengan masalah akidah, ibadah, dan akhlak karimah.

Proses internalisasi nilai-nilai Islam menjadi sangat penting bagi anak didik untuk dapat mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam kehidupannya, sehingga tujuan pendidikan agama Islam tercapai. Upaya dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai-nilai Islam kepada diri anak didik menjadi sangat penting. 

Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai. Karena lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan, yang hendak ditanamkan atau ditumbuh kembangkan ke dalam diri anak didik sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya (being).

Dengan demikian, anak didik diharapkan dapat bertindak, bergerak, dan berkreasi dengan nilai-nilai tersebut.

Sistem nilai-nilai Islam adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi dan mempunyai keterpaduan yang bulat yang berorientasi pada nilai Islam. Jadi, sistem nilai tersebut bersifat menyeluruh, bulat, dan terpadu.

Pendidikan tidak hanya membekali anak dengan pengetahuan agama saja, tetapi menyangkut keseluruhan diri pribadi anak, mulai dari latihan-latihan (amaliah) sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dan tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. 

Pembiasaan sebagai salah satu teknik internalisasi nilai ajaran Islam terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan. Dengan demikian, kebiasaan dapat diartikan sebagai perbuatan atau keterampilan secara terus menerus, konsisten untuk waktu yang lama. Perbuatan dan kterampilan itu benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dengan demikian, sangatlah penting pengajaran pendidikan agama Islam sebagai pendidikan nilai yang ditanamkan sejak dini sehingga nilai-nilai ajaran Islam dapat terinternalisasi dalam diri anak didik, yang akhirnya akan dapat membentuk karakter yang islami. Nilai-nilai ajaran Islam yang menjadi karakter merupakan perpaduan yang bagus (sinergis) dalam membentuk anak didik yang berkualitas.

6. Contoh internalisasi di masyarakat

Photo by Zeyn Afuang on Unsplash

Photo by Zeyn Afuang on Unsplash via https://unsplash.com

Adapun untuk beragam contoh internalisasi di masyarakat yang biasanya mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Masuknya budaya K-Pop dalam budaya masyarakat Indonesia.
2. Mengajarkan perilaku budi pekerti kepada anak sejak dini.
3. Penggunaan teknologi dalam berbagai sektor industri untuk meningkatkan hasil produksi.
4. Mengajarkan kepada anak untuk selalu beribadah kepada Tuhan YME.
5. Masuknya budaya mengonsumsi makanan cepat saji dalam kebudayaan masyarakat Indonesia.
6. Masuknya budaya kebarat-baratan pada masyarakat Indonesia, seperti penggunaan celana jeans, memanjangkan rambut sebagai model rambut, dan lain sebagainya.
7. Menanamkan sikap tekun dan tepat waktu pada siswa sejak pendidikan usia dini.
8. Mengikuti kegiatan pengajian di masjid untuk mendalami pengetahuan agama serta meningkatkan kimanan pada diri.
9. Mengikuti kegiatan ospek di awal memasuki kehidupan kampus, dengan tujuan untuk mengetahui dan membiasakan diri dengan aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan kampus.
10. Menanamkan kebiasaan sejak dini menghormati orang yang lebih tua dari kita.

Demikianlah penjelasan mengenai internalisasi di masyarakat secara umum. Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menambah wawasan, juga menambah pengetahuan bagi segenap pembaca yang sedang mendalami serta mencari referensi mengenai ‘internalisasi’. Terima kasih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE