Tidak ada yang menyangka, tahun ini menjadi tahun yang buruk untukku. Bukan untukku saja, bagi orang lain mungkin juga sama. Mengapa? Sebagai anak rantau, aku merasa tahun ini adalah tahun kesendirian. Ramadan tahun lalu masih bersama dengan keluarga, dan saat ini aku harus terjebak dalam kesunyian kamar kos. Wabah ini belum berakhir, social distancing masih berlaku, kota-kota besar di lockdown, sistem PSBB masih menjulang. Ya Allah, benar-benar tahun yang menyedihkan. Ketika aku membaca laman berita “kita harus hidup berdampingan dengan virus,” sungguh itu membuatku semakin sedih. Apakah aku tidak bisa bertemu keluargaku sedemikian lamanya? Oh, jangan berpikiran negatif, kita semua pasti diberi kesempatan.
Ramadan di perantauan ini cukup membuka mata hatiku, mungkin seperti inilah rasanya menjadi orang yang tak punya keluarga, mungkin seperti inilah cara bertahan hidup dengan kesendirian. Oh tidak, aku masih hidup dengan ibu kos yang setia menemani berbuka. Terkadang aku memikirkan, bagaimana nasib anak jalanan yang tak punya keluarga? Mungkin hari-harinya sepi, lebih dariku.
Telat sahur menjadi kebiasaan ramadan tahun ini, tidak ada yang membangunkan ku, hanya alarm di tengah kesunyian ini.Ibu kos datang di waktu berbuka, berbekal nasi untuk dibagikan. Cukup senang dengan kehangatan yang diberikan, daripada tidak sama sekali. Bagaimana nasib anak jalanan? Apa mereka terjaga sepanjang malam? Atau, mereka juga tidak sahur dan berbuka? Bersyukurlah kawan-kawan perantauan, meski kita tak bersama keluarga pada ramadan tahun ini, setidaknya kita memiliki tempat tinggal yang cukup hangat untuk bisa melepas rindu. Harapan para anak jalanan. Sedangkan nasib mereka, mungkin untuk mencari tempat tinggal saja sulit apalagi berbuka dan sahur, hanya harapan yang mereka pegang.
Sama seperti anak jalanan yang memiliki harapan, aku, anak rantau, juga memiliki harapan. Harapanku…
ADVERTISEMENTS
1. Semoga wabah ini segera selesai
Kampanye untuk menyerukan agar masyarakat diam di rumah (Foto: Dok. BoredPanda/Twitter) via https://news.detik.com
Kampanye untuk menyerukan agar masyarakat diam di rumah (Foto: Dok. BoredPanda/Twitter) via https://news.detik.com
Salah satu harapan ramadan tahun ini adalah, semoga wabah mendunia ini segera selesai. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan akibat wabah ini, banyak yang kekurangan makanan, banyak perawat medis yang merelakan nyawanya. Dan banyak anak rantau kesepian.
Mungkin, salah satu cara agar pandemi ini segera berakhir yaitu di rumah saja dan untuk anak rantau, cukup di kos saja. Apalagi di bulan suci ini, bulan penuh pengabulan seluruh doa yang dipanjatkan, mudah-mudah segera berakhir cepat.
ADVERTISEMENTS
2. Semoga kita semua bisa merasakan kehangatan berbagi sesama insan
bukber lesehan via https://www.figurnews.com
bukber lesehan via https://www.figurnews.com
Melihat kondisi saat ini, harapan keduaku, semoga kita semua masih bisa berbagi kehangatan di tengah pandemi ini. Salah satunya berbagi makanan berbuka untuk orang-orang jalanan.
Akibat wabah di tengah bulan suci ini, banyak orang yang kekurangan pasokan makanan. Mungkin, dengan mengusir kesendirian di perantauan, kita bisa berbagi kehangatan sesama insan. cukup menyenangkan bukan? Apalagi jika komunitas anak rantau saling berbagi, kehangatan makin terasa walau jauh dari keluarga.
ADVERTISEMENTS
3. Semoga, anak jalanan juga merasakan kehangatan dari insan berhati malaikat
anak jalanan via https://strategi.id
anak jalanan via https://strategi.id
Ramdan di perantauan tak menghilangkan rasa empati ku terhadap anak jalanan, baru beberapa minggu yang lalu aku merasakan berbagi kehangatan bersama para anak jalanan. Menyenangkan sekali, tak jarang aku melihat pemandangan yang meluluhkan hatiku. Mereka menengadahkan tangan, berharap malaikat turun memberikannya keluarga.
Meski jauh dari keluarga, aku cukup merasakan kehangatan bersama mereka. Kini, ramadan di perantauan tak lagi buruk untukku.
Banyak hikmah yang ku ambil di ramadan kali ini. Semoga kita semua merasakannya juga :))
ADVERTISEMENTS
4. Semoga ibu kos tak bosan memberiku nasi
nasi via https://https
nasi via https://https
Telat sahur kerap kali menjadi kebiasaanku saat ramadan jauh drai keluarga. Namun, menunggu berbuka adalah hal yang ku nanti, sebab Ibu Kos tak pernah absen memberiku sepiring penuh nasi.
ibu bilang, nasi cukup mengenyangkan, kalau lauk Ibu tidak tahu seleramu. Maka, aku tetap bersyukur untuk beli lauk uang ku lebih dari cukup dan tak perlu repot-repot menanak nasi.
Harapan keempatku semoga ibu kos tak pernah bosan memberiku nasi.
ADVERTISEMENTS
5. Semoga apa yang aku semogakan tersemogakan
doa via http://https
doa via http://https
Dari sekian banyak doaku, semoga terkabulkan semua.
Harapanku, harapan anak jalanan, dan harapan semua orang terdengar alam semesta.
Aamiin.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”