Dear Mama dan Papa, Terlalu Sering Bilang Jangan Bisa Membuat Si Kecil Kehilangan 5 Kemampuan Luar Biasa Ini Lho!

Terkadang kita sebagai orang tua terus saja terburu-buru bilang jangan.  Padahal hal itu membuat sikecil kehilangan 5 kemampuan luar biasanya yang ia butuhkan saat dewasa kelak.

Melihat tubuh kecil dan mungil pada anak-anak membuat kita terkadang memiliki kecemasan yang berlebihan. Pola pikir bahwa anak-anak dilahirkan seperti kertas kosong atau tabula rasa yang siap ditulisi apa saja, tanpa kita sadari membuat kita berpikir bahwa anak-anak adalah robot yang bisa kita program perintah apa pun dan dapat melakukannya dengan sempurna. Ya Tuhan, bukankah anak kita terlalu luar  biasa jika kita harus menyamakannya dengan sebuah robot? Tentu saja, anak-anak kita adalah ciptaan Tuhan yang begitu spesial dan luar biasa.

Saat kita bersama anak-anak, kita akan menyadari bahwa anak lebih dari sekedar kertas kosong. Mereka memiliki bibit-bibit kecerdasannya masing-masing. Tugas kita hanya mendampingi dan mengoptimalkan tumbuh kembang bibit-bibit kecerdasan itu. Sebab, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, itulah yang  mendorong mereka untuk selalu memiliki hasrat untuk terus mecoba sesuatu.

Tapi terkadang kita sebagai orang tua terus saja terburu-buru bilang “jangan”.  Padahal hal itu membuat sikecil kehilangan 5 kemampuan luar biasanya yang ia butuhkan saat dewasa kelak.

 

Advertisement

1. Membunuh kreativitas dan daya imajinasi anak

play whith children by Sharon Willsantt

play whith children by Sharon Willsantt via http://pexels.com

Kita tak pernah menyadari bahwa setiap gerak gerik anak-anak kita adalah proses belajar baginya. Ada momen saat kita menemukan mereka sedang asik mencorat coret tembok, saat mengetahui hal itu, sontak kita akan buru-buru bilang “jangan dicoret nak, kotor!”. Padahal saat itu anak-anak sedang mecoba menggambar imajenasinya.

Respon seharusnya yang kita lakukan adalah “Wah, anak mama pintar yaa? Mau gambar apa dek? Sini mama temani menggambar dengan buku gambar ini!”. Dinding rumah bisa kita cat kembali dengan mudah tapi dengan terburu-buru melarang bisa membunuh bibit kreativitas anak kita yang sangat ia butuhkan dalam dunia kerjanya kelak

Advertisement

2. Menjadi pribadi yang rendah diri atau tidak punya rasa percaya diri

play with children by pixabay

play with children by pixabay via http://pexels.com

Memang sih anak-anak terkadang belum punya insting tentang bahaya. Rasa jngin tahu yang begitu besar mendorong mereka mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Namun, semakin banyak melarang sama halnya semakin membatasi kemampuan anak-anak.

3. Cenderung takut untuk melakukan atau mencoba hal-hal baru

pexels photo play with children by Lukas

pexels photo play with children by Lukas via http://pexels.com

Saat kita sering “nggak boleh ini dan itu”. “jangan sentuh ini dan itu” anak-anak hanya merasa nyaman dengan aktivitas yang itu-itu saja. Dia akan cenderung menjadi malas mencoba hal-hal baru yang menambah pengalaman baru yang ia butuhkan saat dewasa nanti. Jadi, selama aktivitas yang ia coba masih dirasa aman dan kita bisa mendapinginya why not?

 

Advertisement

4. Susah memecahkan masalah secara mandiri

pexels photo play with children by ViscoonPic.net

pexels photo play with children by ViscoonPic.net via http://pexels.com

Nah, poin nomor 4 ini sangat jelas kaitannya dengan poin sebelumnya. Saat anak-anak enggan mencoba hal-hal baru akan membuatnya minim pengalaman-pengalaman baru. Seperti pepatah yang mengatakan “guru terbaik kita adalah pengalaman”. Bagaimana anak-anak kita mendapat banyak pengetahuan soal solusi setiap masalah jika kita terlalu terburu-buru melarang?

 

5. Menurunkan kemampuan berpikir secara logis/ nalar

children play by pixabay

children play by pixabay via http://pexels.com

Pengalaman-pengalam yang kita hadapi cenderung membentuk pola piker kita, pengetahuan saol sebab-akibat juga kita peroleh dari segala pengalaman yang sudah kita lalui sebelumnya.

Demikian juga dengan anak-anak, terlalu sering bilang “jangan” atau melarang membuat mereka minim pengalaman, minim pengetahuan soal sebab-akibat. Inilah yang membuat anak-anak kita menjadi sulit berpikir secara logis.

Yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa anak-anak juga sama dengan kita orang dewasa, punya perasaan kecewa dan marah saat dilarang, punya rasa letih dan gampang menyerah saat terus saja gagal melakukan apa yang dilakukan. Itulah sebabnya sebelum kita merespon perilaku mereka cobalah berada pada posisi anak-anak. Melihat dari sudut pandang anak-anak akan membuat kita lebih bijaksana dalam menhadapi anak-anak kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis adalah cara terbaik untuk mendidik diri sendiri

CLOSE