Kakiku Melangkah Hampa

Ku langkahkan kakiku dengan tegas dan pasti. Ku mulai dengan keyakinan dan percaya bahwa hari indah sudah menantiku dengan senyuman mentari yang merah merekah.

1. Awal yang tidak pernah ku duga dalam hidupku

Boncel Foto's

Boncel Foto's via https://www.facebook.com

Advertisement

Bermimpi dengan indah saat menjadi pemenang untuk menjadi calon mahasiswa Institut Teknologi Del. Menjadi bagain yang paling berpengaruh untuk masa depanku kelak. Harapan dan Cita-cita ku gantungakan dengan pasti pada menara Institut Teknologi Del yaitu Martuhan, Marroha dan Marbisuk. Ketiga Pilar itu menjadi alasan utama setiap orang ingin kuliah di tempat ini. Nah, Saya sekarang mahasiswa IT Del yang status lulusnya masih di ambang pintu. Salah satu mahasiswa yang tidak pernah akan wisuda dari Institut Teknologi Del ini. Banyak faktor yang membuatnya.

2. Langkah demi langkah pun ku mulai

Boncel Foto's

Boncel Foto's via https://www.facebook.com

Perjalanannya pun dimulai. Kuliah segera berlangsung, kesibukan dan Keterpaksaan menjadi satu yang berada di pundak setiap orang. Pohon, batu, rumput dan gedung menjadi saksi utama perjalanan hidupku. Tangis dan tawaku menjadi hiburan yang indah bagi mereka. Setiap pancaran senyuman hanyalah topeng kehidupan sehari-harinya untuk menjalankan aktivitasnya. Pada tanggal 05 September 2014 aku pun mendapatkan gelar baru yaitu Mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki tugas untuk belajar dan belajar. Karena pendidikan tinggi merupakan penentu bagi masa depanku. Suatu masa depan yang kami sangat impikan ketika masih kanak-kanak dimana semuanya terasa bebas untuk memilih. Mahasiswa yang dulu pernah mereka ceritakan hanya kuliah 2 jam paling lama dan akan menjalani hidup dengan pilihan sendiri. Kini semakin lama masa-masa itu membawa semakin jauh, ternyata itu hanyalah mimpi yang tidak akan pernah tercapai, batin yang semakin di tekan dengan beban yang selalu bertambah. Pernah berpikir untuk mundur, tapi sudah melangkah terlalu jauh. Perlahan-lahan ku coba terima kenyataan ini. Mulai belajar, beradaptasi dan memulai persahabatan bagi mereka yang menerimaku. Kemudian kehidupanku mulai tergambarkan walaupun melangkah tanpa pasti menjadi kebodohanku.

3. Harapanku mulai terbayang

Harapanku pun mulai terlintas dipikiranku. Sangat indah dan luar biasa dasyat. Memiliki apa yang kuinginkan dan melakukan hal yang paling aku suka dalam hidupku. Tetapi itu hanyalah khayalanku ketika memandang indahnya danau. Harapan itu telah pupus kembali, ibarat seekor ikan yang terdampar ke darat. Ibarat hati yang ditutup dengan sekat-sekat rasa sakit hati dan dendam (Katanya temanku). Kini aku sungguh terjebak dan penuh dengan kebuntuan yang tak berujung. Teriakan, tawa dan tangisan menjadi hampa di telan ribuan kemunafikan yang melatarbelakangi. Mencari solusi yang pasti dengan menanyakan orang tua dan teman-teman, tetapi hanya omong kosong yang tak akan terlaksana. Setiap masalah menjadi alasan yang tak pernah terselesaikan. Sehingga otakpun buntu dan tak berbuat apa-apa.

Advertisement

4. Pemimpin yang tak pernah terwujud

Setelah dua tahun masa pendidikan semuanya terasa. Kami di didik bukan untuk menjadi pemimpin tetapi hanya menjadi robot-robot. Robot yang hanya berani bertindak ketika di perintah dan jika dengan waktu yang sesingkat mungkin. Robot yang tidak mampu membuat solusi, yang tidak dapat musyawarah, yang tidak bisa lapang dada dan hanya menunggu perintah bahkan saat rintangan menghadang, hanya bisa menunggu perintah sampai datang. Robot yang begitu taat, patuh, setia pada atasannya sekalipun itu SALAH. Kami hidup di bawah ribuan bahkan milyaran aturan yang bisa muncul aturan itu kapan saja. Aturan yang berfungsi untuk menempa jiwa kami masing-masing. Aturan disini ada yang tertulis dan ada juga lisan. Jika aku orang baru, maka peraturanku baru. Kasarnya seperti itu. Satu demi satupun tidak bertahan dan memilih tempat lain. Diakibatkan melawan aturan yang sangat indah. Melawan hanyalah sebuah kebodohan saja yang menjerumuskan ke dalam lubang yang tak pernah kelihatan dimana. Terkadang aku berpikir, mengapa nasibku begitu buruk?. Padahal aku sudah berusaha untuk tidak pernah melanggar peraturan yang ada. Tidak pernah mencari masalah. Menjalaninya dengan ikhlas dan tetap dalam tujuan.

5. Kini nyata bahwa ini yang terjadi dalam hidupku.

Setiap tekanan terkapar dalam pikiran ini, tuntutan dan masalah yang membuat otak tak kunjung berkembang. Keberanian yang selalu di tahan untuk bertindak, mulut yang hanya mengunyah makanan yang tersedia, kepala yang berfungsi untuk iya dan iya, kaki yang hanya melangkah bolak-balik kesana-kemari, mata yang hanya ditutup dan dibuka, handphone menjadi alat yang paling disukai, tangan yang hanya menulis dan parahnya headset yang terus ditutup oleh benda bulat dan lonjong. Sungguh ini adalah jalan hidup yang begitu menyakitkan bagiku, pikiranku masih terlalu dangkal dalam meraih kesuksesan. Sukses yang selama ini banyak hal, memiliki pacar, mempunyai HP IPhone dan lain-lain. Tiba di titik akhirnya, Akupun mendapatkan kekecewaan yang paling sakit dalam hidupku. Aku tidak bisa mengikuti wisuda bersama dengan teman-temanku. Penyebabnya banyak dan kesalahan terbesar adalah diriku sendiri. Yahh.. apa boleh dibuat, ini sudah menjadi garisan tanganku. Toh penjalanan masih panjang, walaupun aku belum tahu harus berbuat apa saat ini. Mungkin waktu yang akan menjelaskannya. Sakit dan kecewa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE