6 Langkah Berdamai dengan Kagagalan. Semata Demi Menjemput Sebuah Keberhasilan

berdamai dengan kegagalan

Apa sih definisi gagal menurut kalian? Menurutku, gagal itu ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan. Setiap dari kalian pasti pernah mengalami kegagalan bukan? Aku sendiri pun tidak tau pasti berapa kali terjatuh pada sebuah kegagalan. Baik itu dari semesta ataupun akibat dari salah atau terlambat dalam mengambil keputusan. Sampai sekarang pun aku masih merasa gagal. 

Pada fase-fase awal kegagalan kita mungkin seolah tak mampu menghadapinya, bingung, dengan bagaimana kita bisa bangkit lagi. Itu sangatlah wajar. Semakin dewasa, aku mengerti bahwa perjalanan hidup memang tidak mudah. Aku akhirnya sadar bahwa jika membiarkan diri sendiri terpuruk sangatlah melelahkan.

Seburuk apapun keadaannya, kita sendirilah yang mempunyai tanggung jawab menjalaninya, bukan orang lain. Kita harus menghadapi dan tetap optimis bahwa ada keberhasilan yang ditawarkan jika kita mampu melewatinya. Tidak ada yang ingin mengalami kegagalan, tetapi kalau kita tidak pernah gagal apakah ada kata keberhasilan? Kalaupun ada, apalah arti dari sebuah keberhasilan itu? Nah, apa yang bisa kita terapkan agar bisa menerima kegagalan?

Advertisement

1. Mengubah mindset tentang kegagalan

Photo by Thought Catalog on Unsplash

Photo by Thought Catalog on Unsplash via https://unsplash.com

Di awal tadi aku hanya menyebut bahwa definisi kegagalan adalah ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi.

Semakin ke sini, aku memaknai kegagalan sebagai sebuah proses, yaitu dengan kegagalan aku menjadi lebih kuat, lebih sabar, dan lebih berani.

Advertisement

 

2. Tidak memperdulikan stigma

Photo by Eli DeFaria on Unsplash

Photo by Eli DeFaria on Unsplash via https://unsplash.com

Aku pernah gagal masuk PTN dan memutuskan untuk berkuliah di perguruan tinggi swasta. Banyak stigma negatif dari orang lain terhadap keputusanku. Fase-fase awal tentu memikirkan omongan orang itu ada. Namun, aku berpikir bahwa jika terus memperdulikan stigma orang lain, aku sendiri yang merasa sedih dan bersalah. Akan terus timbul pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri “kenapa” dan “kenapa”.

3. Beradaptasi jika salah mengambil keputusan

Advertisement
Photo by Allef Vinicius on Unsplash

Photo by Allef Vinicius on Unsplash via https://unsplash.com

Apakah ada dari kalian yang merasa salah jurusan? Atau punya kenangan masa lalu yang harusnya tidak kalian lakukan tetapi dulu kalian lakukan? Aku sendiri pun pernah merasa salah jurusan tetapi setelah baca-baca, dalam sebuah survei 70 persen mahasiswa juga merasakan hal yang sama lho.

Kita harus menempatkan diri dalam sudut pandang yang berbeda. Bisa saja pilihan yang kita ambil memang yang terbaik hanya saja kita belum merasakan hikmahnya. Solusinya ya nikmati saja prosesnya dan beradaptasi dengan kenyataan yang ada.

4. Berteman dengan orang-orang tulus

Photo by Duy Pham on Unsplash

Photo by Duy Pham on Unsplash via https://unsplash.com

“Temenan tuh sama siapa aja, jangan pilih-pilih” iya anggapan itu memang baik dan benar. Namun, pernahkah kalian merasa punya teman yang hanya datang saat ada kebutuhan saja? Tunggu, kalau itu mungkin wajar. Berbeda kalau kalimatnya begini “pernahkah punya teman yang saat kalian sedang gagal dan butuh pendorong tapi dia tidak ada untuk kalian? padahal saat dia sedang butuh, kita selalu berusaha memberi solusi terbaik.”

Berteman itu boleh memilih kok, tetapi kita harus tetap baik kepada siapapun. Aku percaya jika berteman dengan orang-orang yang tulus, sewaktu aku gagal mereka bersedia datang tanpa diminta dan walaupun hanya sebatas dukungan, itu sangat berarti bagiku.

5. Berdamai dengan diri sendiri

Photo by Raychan on Unsplash

Photo by Raychan on Unsplash via https://unsplash.com

Seringkali kita merasa bersalah saat merasa gagal. Kita merasa lambat mengambil keputusan dalam hidup. Kita merasa tidak berguna karena belum mampu menyenangkan orang lain bahkan orangtua kita sendiri. Namun, terus memikirkan itu hanya membuat kita semakin susah berkembang.

Kita perlu berdamai dengan diri sendiri. Mengakui bahwa kita hanya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Itu bukan berarti mengakui kita kalah atau lemah. Justru bisa menjadi jalan mencari solusi terbaik untuk mengatasi kekurangan kita.

Poin ini menjadi poin paling penting tetapi sulit dijalani. Misalnya saja merasa kurang dalam kemampuan berbicara dengan orang banyak, cara berdamai bukanlah dengan berdiam diri tetapi lawan kekurangan kita. Bisa dengan mengikuti kursus, berorganisasi, atau bergabung di komunitas-komunitas kecil.

6. Berdamai dengan ketidakadilan

Photo by Larm Rmah on Unsplash

Photo by Larm Rmah on Unsplash via https://unsplash.com

Iya, poinnya sama-sama berdamai. Seringkali saat aku merasa gagal, tiba-tiba datang perasaan bahwa hidup tidak adil. Merasa bahwa aku sudah bersusah payah mendapatkan sesuatu yang aku impikan, tetapi dihajar oleh realita atau keadaan. Iri melihat oranglain yang sukses terlebih dulu.

Ujung-ujungnya harus berdamai dan meredam keirian karena nggak ada gunanya.

Hadapi, resapi, nikmati. Itulah mengapa aku akan tetap optimis dan tidak boleh berhenti meskipun nantinya akan bertemu dengan kata gagal lagi, toh aku sudah biasa gagal. Jadi, buat apa takut? Semoga bermanfaat!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kata

Editor

une femme libre

CLOSE