Lima Fakta Unik PLTS Atap Di Gedung Balai Kota Surabaya

Tahu kah kamu, tahun 2017 Pemerintah Kota Surabaya mendapatkan penghargaan penghargaan Global Green City yang diraih tahun 2017, bersanding dengan kota Maanheim (Jerman) dan Zheijang Province (China). Sebagai kota berkelanjutan, Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya mendorong warganya memanfa’atkan energi terbarukan, misalnya energi matahari. Hal ini dibuktikan dengan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas atap gedung Balai Kota Surabaya untuk memberikan contoh baik dalam memulai langkah konkrit beralih ke energi bersih.

1. Memakai model on-grid yang cocok untuk skala rumah tangga

Model on-grid via https://surabaya.tribunnews.com

Kamu wajib tahu, dalam mengintalasi PLTS Atap, ada 3 model yang dikenal On-Grid, Off-Grid, dan Hybrid. Perbedaan paling mendasar dari ketiga model ini adalah penggunaan baterai sebagai media penyimpanan energi. Model on-grid diyakini paling cocok digunakan untuk skala rumah tangga yang ingin mendapatkan keringanan biaya listrik. Hal ini dikarenakan, model on-grid masih terkoneksi jaringan PLN. Jika siang hari, masyarakat menikmati listrik dari energi matahari. Saat mendung atau malam hari, masyarakat mendapat listrik dari PLN. Tentu ini akan membuatmu hemat biaya listrik per bulan. Asyik!

2. Dipasang di atap bekas lahan urban farming

Bu Risma saat panen padi yang ditanam di atap balai kota. via https://www.enciety.co

Kota Surabaya dikenal sebagai kota yang menjungjung pembangunan berkelanjutan. Saat era pemerintahan Walikota Tri Rismaharini, atap gedung Balai Kota Surabaya dipakai untuk memberi contoh masyarakat konsep bertani di perkotaan. Berkat inisiatif tersebut, saat ini masyarakat Surabaya dikenal aktif bertani di rumah dan kantor.

Kini di era pemerintahan Walikota Eri Cahyadi, dimana isu transisi energi happening, atap gedung Balai Kota Surabaya dipasang PLTS Atap SolaRUV untuk mendorong masyarakat menggunakan PLTS Atap di atap gedung masing-masing. Mantap deh, kota Surabaya!

3. Punya kapasitas 2 Wp dan komponen berstandar internasional

PLTS Atap yang terkoneksi jaringan PLN harus memiliki daya minimal 2200 VA via https://solarhub.id

Ada alasan khusus mengapa PLTS Atap di gedung Balai Kota berkapasitas 2 Wp. Usut punya usut, sesuai Permen ESDM No. 49/2018, jika pelanggan PLN ingin memasang PLTS Atap kapasitas minimalnya adalah 2200 VA.

Jika kurang dari daya tersebut, maka pengguna PLTS Atap perlu mengajukan penambahan daya ke PLN terlebih dahulu. Pemerintah Kota Surabaya memberi contoh bahwa PLTS Atap bisa dipasang untuk skala rumah tangga, sehingga pemanfa’atan energi surya akan semakin masif.

4. Pengerjaannya dipantau langsung oleh Walikota Surabaya

Pak Eri menyempatkan memantau langsung proses pemasangan PLTS Atap via https://www.jawapos.com

Salah satu yang istimewa juga adalah atensi Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, terhadap proses pemasangan PLTS Atap di gedung Balai Kota. Pak Eri menyempatkan memantau langsung prosesnya. Upaya pak Eri mengajak masyarakat Surabaya beralih ke energi ramah lingkungan patut diacungi jempol, ya!

5. Dikerjakan masyarakat Surabaya yang telah dilatih terlebih dahulu

Masyarakat Surabaya terlatih memasang panel surya, via https://www.msn.com

Banyak yang menyangka bahwa instalasi PLTS Atap hanya bisa dilakukan tenaga ahli luar negeri. Padahal, di Indonesia sendiri ada Solarpreneur Development Center (SDC) sebagai tempat belajar masyarakat mengasah keahlian dalam hal instalasi PLTS Atap.

Tahu kah kamu, pemasangan PLTS Atap di gedung Balai Kota Surabaya dikerjakan langsung oleh tenaga relawan percepatan penanganan COVID-19, yakni relawan Surabaya Memanggil, yang sudah dilatih di SDC. Tenaga-tenaga solar panel terlatih ini diharapkan akan mengisi era peluang kerja hijau pasca COVID-19.