Mau Memulai Bisnis Tapi Bingung Cara Menentukan Nilai Jual? Biar Hasilnya Sepadan dengan Usahamu!

Jangan Sampai Bisnismu Lari Di tempat, Hanya Dapat Lelah Tapi TIdak Ada Kemajuan

Siapa sih di sini yang nggak mau jadi pengusaha?

Niat hati berwirausaha supaya bisa bebas finansial, eh malah cuman dapet sial.

Banyak di antara kita yang berniat berwirausaha namun masih gagap dalam segi manajerialnya. mungkin yang dilihat dari usaha orang lain hanya tampilan luarnya saja. usahanya laku dan terlihat dapat untung yang besar. Lalu, di dalam hati kita bergumam:

Si Itu jualan mahal aja laku ya? padahal kan modalnya cuman segitu, tapi harga jualnya mahal banget ya

Jangan salah, perhitungan pengambilan untung (selanjutnya akan disebut dengan margin), tidak sesederhana itu Biar kita tidak semakin tersesat dengan asumsi-asumsi tanpa ilmu, mending kita cuusssss bahas bagaimana caranya menentukan nilai jual produk atau jasa kita kalau kita berniat berwirausaha.

Advertisement

1. Modal Biaya

Foto Oleh Roger Brown dari Pexels.com

Foto Oleh Roger Brown dari Pexels.com via http://pexels.com

Sudah jelas dan semua orang juga tahu bahwa sebelum menentukan margin kita harus melakukan pendataan terhadap modal yang kita keluarkan.

Namun, modal bukan hanya sekedar bahan baku saja ya. ada modal yang berbentuk peralatan dan biaya lain.

Advertisement

Misalnya saja kita berencana berjualan gorengan, kan yang dihitungan bukan hanya modal tepung, minyak goreng, gas, dan bumbunya saja.

Kita harus memperhitungkan juga harga gerobak, peralatan masak, dan bahkan hingga sewa tempat. lalu kita estimasikan pemakaian untuk berapa lama.

Advertisement

Misalnya, kita sewa tempat perbulan seharga Rp 500.000 perbulan dan selama satu bulan kita berjualan selama 20 (dua puluh) hari.

Maka perhitungan biayanya adalah :

Rp 500.000/20 hari = Rp 20.000,-

Berarti dalam satu hari, biaya untuk pemakaian tempat seharga Rp 25.000,- yang harus dimasukan sebagai perhitungan mengambil keuntungan penjualan kamu.

Itu belum termasuk harga gerobak dan peralatan masak kamu ya.

2. Modal Bukan Biaya

Foto Oleh Ketut Subiyanto Dari Pexels.com

Foto Oleh Ketut Subiyanto Dari Pexels.com via http://pexels.com

Modal Bukan Biaya? maksudnya bagaimana?

Dalam mengerjakan bisnis apapun, kita semua pasti menggunakan pikiran, tenaga, dan waktu yang kita dedikasikan untuk mengembangkan bisnis yang kita miliki.

Sehingga hal-hal non-biaya itu pun menjadi perhitungan dalam menentukan margin dari produk atau jasa yang kamu miliki.

Kenapa harus diperhitungkan?

Kalau tujuan berbisnis hanya untuk senang-senang dan tidak mengharapkan keuntungan untuk mendapat penghidupan yang layak sih bisa kamu abaikan.

Bagaimana menghitung biaya dari sesuatu yang tidak berbiaya?

Caranya adalah memposisikan diri kita sebagai karyawan. semakin tinggi nilai jual kekaryawan yang kamu masukkan terhadap harga jual produk, maka produk yang akan kita jual akan semakin mahal pula.

Misalnya saja, dengan estimasi jika upah minimum sebuah kota senilai Rp 4.000.000 dan kita berencana membuka bisnis dalam satu bulan selama 20 hari.

Maka nilai jual Kekaryawanan kita adalah :

Rp 4.000.000/20 Hari = 200.000/Hari

Apakah ini penting?

Beberapa orang menganggap ini tidak begitu penting, namun jika usaha bisnis kita ingin mendapatkan sebuah penghasilan untuk penghidupan yang layak maka ini perlu diperhitungkan.

Jika masih terlalu tinggi, kita bisa kurangi lagi nilai kekaryawanan yang kita tetapkan. misalnya menjadi Rp 1.500.000 atau menjadi Rp 1.000.000 perbulannya demi mendapatkan nilai margin yang sesuai dengan keinginan kita.

3. Segmen Pasar dan Kualitas

Foto Oleh Markus Spiske Dari Pexels.com

Foto Oleh Markus Spiske Dari Pexels.com via http://pexels.com

Untuk siapa bisnis kita diciptakan? apa hal yang kita tawarkan kepada orang tersebut?

Penentuan segmen pasar ini bisa kita pelajari dari bisnis komunikasi, lebih tepatnya persiangan smartphone.

Bisa kita lihat produk-produk ternama yang sepertinya memiliki spek yang sama, namun memiliki perbedaan harga yang mencolok.

Namun, untuk hal kecilnya yang ada disekitar kita adalah dengan membandingan harga jual es teh manis tergantung dengan segmen pasar.

Misal, harga es teh manis di warung makan pinggir jalan seharga Rp 3.000,- sedangkan es teh manis di Hotel seharga Rp 10.000,-

Mungkin saja dibuat dari teh celup dengan merk yang sama, gula pasir dengan merk yang sama, namun mengapa bisa membuat perbedaan harga hingga lebih dari tiga kali lipat?

Apa keuntungan untuk konsumen?

Bisa kita tahu bahwa Hotel menjamin kebersihan (higiene dan sanitasi) dari sajiannya, tempat makan yang nyaman, ruangan yang sejuk, penyajian yang mewah, dan kebersihan tempat yang terjaga.

Hal inilah yang dapat membuat harga jual dari es teh tersebut sangat jauh karena target pasarnya berbeda meskipun apa yang disajikan adalah sama.

4. Jenis Tingkat Penjualan Sebuah Produk

Foto Oleh Michael burrows dari Pexel.com

Foto Oleh Michael burrows dari Pexel.com via http://pexels.com

kita dapat menentukan margin yang tinggi terhadap produk atau jasa dengan jenis tingkat penjualan yang sedikit.

Misalnya saja, dalam setiap penjualan satu buah buku tulis maka kita bisa mengambil keuntungan sebesar 1-2 ribu rupiah.

Sedangkan untuk harga yang sama, setiap penjualan satu buah telur, kita hanya bisa mengambil keuntungan 200-300 rupiah saja perbutirnya.

Hal ini mengacu kepada jenis repetisi penjualannya dalam kebutuhan manusia yaitu tingkat kebutuhan pokok manusia.

Jangan sampai kita menjual produk yang tergolong kebutuhan tersier namun dengan pengambilan untung seperti kebutuhan primer.

5. Komparasi Produk Sejenis

Foto Oleh Anthony Shkraba dari Pexels.com

Foto Oleh Anthony Shkraba dari Pexels.com via http://pexels.com

Dalam setiap bisnis, persaingan sudah tentu ada dan akan terus terjadi. usaha sejenis dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan harga jual.

boleh sama, boleh juga berbeda. namun jika perbedaan menjadi lebih mahal, maka kita pun harus memiliki nilai lebih dari produk atau jasa kita.

kita bisa saja merusak harga pasar dengan memberikan harga yang sangat murah, namun pada akhirnya jika produk kita tidak sesuai (karena kualitas yang kita turunkan terkait dengan harga bahan baku atau ketidaksesuaian ekspektasi konsumen), maka konsumen akan kembali lagi kepada penjual sebelumnya.

Gimana? Sudah Makin Mantap Berbisnis?

sebenarnya ada beberapa hal lagi mengenai penentuan harga jual dan pengambian keuntungan yang mungkin akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Define Your Own Success, Create Your Own Future.

CLOSE