Dari Ayah Aku Belajar Bahwa Menangis Itu Bukan Kelemahan, Melainkan Hak Setiap Manusia

Menangis bukan kelemahan

Apa pendapatmu ketika tentang sosok seorang Ayah? Apakah kamu berpikir bahwa dia adalah sosok yang kuat, tegas, dan tak pernah menangis? Aku pikir Ayahku juga sosok seperti itu, nyatanya tidak demikian. Ayahku ternyata cengeng dan tak pernah kubayangkan sebelumnya. 

Pandangan kebanyakan orang menganggap bahwa menjadi pria tidak boleh terlihat lemah. Namun, kini aku sadar bahwa “tidak masalah menjadi pria yang menunjukkan sisi lemah, bahkah menangis” untuk suatu kondisi tertentu. Menangis dan memperlihatkan sisi lemah adalah hak manusia. Seperti itulah Ayahku yang kini baru kutahu. 

Advertisement

1. Dia menangis saat aku sakit

Aku masih ingat betul saat diriku menjadi mahasiswa semester akhir. Masa ujian skripsi, di mana seharusnya aku bisa fokus mengikuti ujian tersebut, tapi ternyata semesta berkata lain. Tubuhku mulai “oleng” alias sakit demam parah, hingga aku harus izin tidak mengikuti ujian. 

Kabar buruk ini kusampaikan pada Ayah. Ku pikir Ayah akan memberikan nasihat dengan tenang, memintaku untuk berobat atau beristirahat. Tapi, ternyata tidak demikian. Beliau menangis, anaknya yang sedang merantau dan sakit. 

Advertisement

Selama merantau, baru kali itu aku sakit yang cukup parah sampai harus izin tidak mengikuti ujian dan hanya terbaring di tempat tidur. Bukan hanya sakit yang membuatku sedih, tapi baru itu pula aku mendengar Ayahku menangis lewat telepon. 

2. Dia menangis saat aku bertengkar

saudara perempuan

saudara perempuan via https://pixabay.com

Bagaimana tidak kubuat pria yang selama ini kutakuti sebagai “pria cengeng”. Dia adalah Ayahku. Dengan suara terbata-bata, dan nada yang sedih, beliau menangis saat aku dan saudara kandungku sedang bertengkar.

Kami (aku dan saudara) sama-sama sedang berada di perantauan. Kesalahpadaham dan ego yang tinggi membuat kami harus bertengkar, hingga Ayahku tahu. Melalui telepon, dengan suara lirih dan seakan memohon pada anaknya sendiri untuk tidak saling bertengkar lagi. 

Advertisement

3. Dia tak malu menunjukkan sedihnya

menangis

menangis via https://pixabay.com

Selama ini kita terlalu terpaku pada standar pada umumnya, di mana pria harus kuat dan tak boleh terlihat lemah. Dengan mendengarkan Ayahku menangis, aku semakin sadar bahwa hak menangis atau menjadi cengeng bukan hanya untuk wanita. Pria juga punya hak untuk menjadi lemah.

Tidak masalah jika pria merasa tidak baik-baik saja. Dia tak semestinya harus menjadi kuat setiap saat. Bukan hal yang memalukan jika pria menangis. Tidak salah jika suatu saat, seorang pria menunjukkan sisi lemahnya, sisi rapuhnya pada wanita. Sekalipun itu ayah pada anaknya. 

4. Sebuah kebahagiaan menyentuh hatinya

Nyatanya tawa terlalu biasa diungkapkan pada momen bahagia. Hingga suatu ketika saat bahagia dan terharu berkecamuk dalam satu momen, hal itu menyentuh hatinya. Seperti melukai, tapi tidak sakit. Sesak oleh perasaan bahagia hingga menangis. Itulah sedikit yang bisa kugambarkan dari air mata yang Ayah keluarkan saat pernikahan saudaraku. 

Pernikahan anak menjadi salah satu kebahagian bagi orang tua. Apalagi jika pasangan mendapatkan restunya. Momen sakral itu berjalan singkat, tapi mengharukan. Aku biasanya melihat Ayah berjalan tegak, dengan otot tubuhnya yang keras karena terbiasa memikul peralatan berat. Tapi, pada momen tersebut, Ayah nampak berjalan menunduk menyembunyikan tangis bahagianya. 

5. Menjadi teman berbagi yang hangat dan lembut

teman berbagi

teman berbagi via https://pixabay.com

Selama ini aku merasa bahwa Ayah adalah sosok yang kuat, tegas, dan kutakuti. Tapi, ternyata tidak. Setelah beberapa kali melihatnya menangis dan melihat sisi lemahnya. Aku mulai sadar Ayahku, sosok sahabat yang nyaman dijadikan teman berbagi. 

Hingga suatu ketika aku memberanikan diri untuk berbagi keluh kesah  hidupku padanya. Apa yang terjadi? Layaknya seorang sahabat yang saling merasakan satu sama lain. Aku tertawa bersamanya, menangis, bahkan mencari solusi, dan berbagi opini tentang kehidupan. 

Sungguh menyenangkan. Sosok yang kukenal menyeramkan, tak demikian adanya. Sekali lagi, Ayahku ternyata cengeng, tapi dari cengengnya aku menyadari bahwa ia benar-benar sosok yang kuat tanpa harus menyembunyikan lemahnya. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang full-freelancer penulis artikel website. Introvert. Pecinta drama Korea. Punya cara balikin mood dengan minum kopi hangat.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE