Menghibur Orang Lain yang Sedang Mengalami Kejadian Buruk Memang Tidak Selalu Mudah. Namun, Paling Tidak Cobalah Hindari Beberapa Kalimat Berikut!

Lebih baik diam dan dengarkan daripada terjadi hal yang tidak diinginkan.

Tidak ada satupun manusia yang menginginkan kemalangan menimpa kehidupan mereka. Alih-alih duka lara, semua insan lebih mengharapkan kebahagiaan di sepanjang perjalanan yang mereka susuri. Tapi siapa yang tahu, jika berawal dari kemalangan justru kebahagiaan yang hakiki bisa diraih.

 

Sayangnya, tidak semua orang mampu menghadapi konflik dalam hidup mereka. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudah mengalami kesedihan, dipaksa untuk tampak tegar seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal, yang paling penting atas semuanya adalah kebebasan seseorang untuk berduka termasuk menangis, marah, kecewa, mengeluh sampai rasanya beban di dada terluapkan sudah.

 

Mirisnya, masyarakat masih tabu tentang hal itu. Mau tidak mau, si pemilik luka dipaksa kuat dan ikut-ikutan tabu mengakui sakit hati serta duka yang mereka alami. Pada akhirnya, banyak orang yang pergi konsultasi ke ahli yang lebih professional untuk mendapatkan bantuan.

Jika terdapat seseorang atau kerabat yang saat ini sedang dirundung kesedihan, ada baiknya kamu menghindari beberapa kalimat berikut. Sungguh, dengan menghindari kalimat ini, kamu sedikit banyak telah membantunya melepaskan emosi.

Yuk, simak!

Advertisement

1. Kamu yang sabar, ya.

Foto oleh Polina Zimmerman dari Pexels

Foto oleh Polina Zimmerman dari Pexels via https://www.pexels.com

Seseorang tidak akan berada sampai pada fase tertentu tanpa melibatkan rasa sabar. Justru, karena kesabarannya itulah ia mampu berdiri meski hati sedang sedih-sedihnya. Mengucapkan kalimat, kamu yang sabar ya, tidak akan membantu banyak.

 

Advertisement

Alih-alih mengucapkan, kamu yang sabar ya, boleh kok diganti dengan menepuk-nepuk pelan pundaknya sebagai pengganti kalimat penyemangat.

2. Coba deh kamu lebih bersyukur.

Foto oleh Min An dari Pexels

Foto oleh Min An dari Pexels via https://www.pexels.com

Mengalami musibah, kesedihan atau tertimpa kemalangan bukan berarti orang tersebut kurang bersyukur lho. Kamupun tidak bisa tiba-tiba meminta ia bersyukur di tengah kemalangannya. Atau yang ada malah terjadi kesalahpahaman. Coba deh kamu ucapkan kalimat, kamu boleh bersedih, aku akan ada menemani kamu. Lebih melegakan, bukan?

3. Kamu harus segera move on! Tunjukkan padanya kalau kamu bisa.

Foto oleh Engin Akyurt dari Pexels

Foto oleh Engin Akyurt dari Pexels via https://www.pexels.com

Orang sedang bersedih jangan pernah diajak untuk balas dendam. Jangan, ya. Biarkan air matanya tumpah, emosinya luruh dan kesedihannya menguap. Biarkan hatinya lega terlebih dahulu. Biarkan ia melalui proses itu secara perlahan-lahan dan jangan dipaksakan. Nanti, akan ada saatnya ia mengambil tindakan yang pastinya terarah.

Advertisement

4. Ada apa? Coba deh cerita sama aku.

Foto oleh Diva Plavalaguna dari Pexels

Foto oleh Diva Plavalaguna dari Pexels via https://www.pexels.com

Posisikan bahwa dirimu adalah dia saat ini. Merasakan kesedihan bukan kepalang. Merasa bahwa kamu menjadi orang paling menyedihkan dan paling malang seantero bumi. Bayangkan, apakah kamu sanggup untuk bercerita? Tidak, kan?

 

So, jangan sekali-kali memaksakan orang lain untuk menceritakan apa yang dialaminya ketika kondisi kejiwaannya masih labil. Biarkan ia ‘menikmati’ proses penyembuhan. Nanti akan ada waktunya ia bercerita dengan sendirinya.

5. Kamu sih masih beruntung. Apa yang kamu alami nggak sebanding dan nggak seberapa dari apa yang dulu pernah aku alami.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Tega banget sih kamu yang suka banget membanding-bandingkan apa yang sedang orang lain alami dengan apa yang sudah kamu lewati. Mungkin, dulu pun kamu juga merasakan hal yang sama. Mungkin, saat itupun kamu melakukan sikap yang sama persis. Bersedih. Hanya saja, sekarang kamu sudah kuat berdiri dan tangguh lagi.

Setiap orang memiliki ketangguhan menghadapi permasalahan hidup yang berbeda-beda. Tidak semuanya setangguh kamu. Justru, tugasmu adalah membantu mereka bangkit dari keterpurukan bukan menambah penderitaan. Usahakan, pantang membanding-bandingkan kisah orang lain dengan kisah-kisah orang yang sekarang sedang terluka ya.

6. Untuk kebaikan kamu, coba deh untuk memaafkan dan melupakan semua yang sudah terjadi. Jangan terus-menerus begini.

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Memaafkan adalah perkara gampang, kamu harus memaafkannya dan melupakan semuanya demi masa depanmu.

Pernah dengar kalimat seperti itu? Secara lintas, kalimat itu terdengar biasa saja tapi jika dicermati seolah kalimat tersebut sedang menjudge, memaksa, tidak memberi toleransi, pokoknya harus. Padahal yang dibutuhkan adalah proses penyembuhan. Sebab, seiring waktu, maaf itu akan diberikan secara sendirinya. Namun, sekali lagi, semua butuh proses dan tidak instan.

 

Masyakarat seakan terbiasa memaksa seseorang yang sedang terluka untuk memaafkan, melupakan dan berbaikan dengan permasalahan yang mungkin cukup besar bagi mereka tapi tampak sepele bagi kita. Padahal, yang terpenting di atas segala-galanya adalah kewarasan orang-orang yang terluka, kebebasan mereka untuk mengekspresikan duka, emosi, marah, kecewa bahkan berkeluh kesah.

 

Di luar sana, begitu banyak orang membutuhkan bantuan professional setelah mereka melewati waktu cukup panjang dengan percaya bahwa mereka sudah sepenuhnya berbaikan dengan luka, berpikir bahwasanya mereka telah memaafkan dan melupa. Ini terjadi karena adanya manipulasi diri, yang menganggap mereka sudah baik-baik saja. Padahal, di sisi lain, mereka tidak pernah memiliki kesempatan mengakui, berduka dan sembuh dari kesedihan yang mereka alami. Proses bersedih, meluapkan emosi sangat penting sebagai bagian dari proses healing. Setelah semua proses tersebut terlewati, maaf akan datang kapan saja setelah orang tersebut merasa siap dan tidak ada satu luka apapun tertinggal melekat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE