Menikmati Fase Adulting, Walaupun Berat Harus Tetap Berdiri Tegak

Don’t grow up, it’s a trap! – Peter pan

Ayyo disini siapa yang waktu kecilnya pengen cepet-cepet dewasa tapi giliran udah jadi dewasa malah pengen balik jadi anak kecil? Well, aku salah satunya. Dulu waktu kita kecil, ngeliat orang-orang dewasa kok kayanya keren banget ya. Lebih bebas dari kita yang harus terus dibawah pengawasan orang tua, bisa beli apapun yang mereka mau, bergaya dengan bebas, dan terlihat hebat dengan apapun yang mereka lakukan. Tapi setelah kita ngerasain sendiri ternyata nggak semudah yang dibayangkan haha. It’s okay, memang ekspektasi itu lebih sering berakhir menyakitkan.

Kalau baca atau dengar kata Adulting kayanya banyak dari kita yang belum apa-apa udah langsung ngerasa pengap duluan. Entah sejak kapan istilah adulting atau pendewasaan ini menjadi hal yang begitu menakutkan. Apakah mungkin istilah adulting ini terlalu overrated atau mungkin adulting memang seberat itu sampai kebanyakan dari kita ketakutan untuk menghadapi salah satu fase penting di hidup ini?

Well, adulting sebenarnya bisa kok dinikmati. Tergantung gimana kita memandang hidup selama fase ini aja. Karena semuanya balik lagi berasal dari mindset kita. Jadi, kalau mau menikmati adulting tanpa stres, mungkin bisa dimulai dari merubah mindset kita. Dari yang awalnya takut, menjadi berani. Dan perlu diingat kalau semua yang terjadi, itu sudah ketetapan Tuhan, yang mana tuhan lebih tau apa yang terbaik untuk kita. Percayalah, bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Selama berada di fase adulting ini, ada beberapa pelajaran yang aku dapatkan. Diantaranya yaitu seperti di bawah ini:

Advertisement

1. Pahami bahwa masing-masing dari kita berada di fasenya sendiri-sendiri dan berjalan sesuai kecepatannya sendiri-sendiri, and it’s normal!

Foto oleh Tirachard Kumtanom

Foto oleh Tirachard Kumtanom via https://www.pexels.com

Kita semua berbeda, nggak ada yang sama. Jadi berhentilah membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Apa yang menjadi tujuanmu, apa yang ingin kamu capai itu berbeda dengan mereka. Maka dari itu rintangan dan jalannya pun berbeda. Tidak perlu mengikuti jalan orang lain, karena kita punya jalan kita sendiri. Sekarang, tugas kita adalah mencari jalan itu. Memang membanding-bandingkan diri sendiri itu kayanya sulit untuk dihindari, meskipun kadang kita juga nggak mau, tapi malah muncul aja pikiran untuk membanding-bandingkan. Kalau seperti itu, jadikan perbandingan itu sebagai motivasi untuk lebih semangat lagi.

2. Apa yang kita inginkan sebenarnya hanyalah kenyamanan. Asalkan kita tetap melakukan yang terbaik dalam mencapai tujuan, tidak apa untuk tetap berada di zona nyaman.

Foto oleh Hakim Santoso

Foto oleh Hakim Santoso via https://www.pexels.com

Banyak yang bilang kalau kita harus keluar dari zona nyaman kalu mau berkembang. Jujur, aku setuju dan kurang setuju. Setuju kalau misal zona nyaman yang dimaksud adalah malas-malasan tanpa berprogres. Nggak setuju kalau zona nyaman yang dimaksud adalah apa yang membuat kita beneran nyaman setelah bekerja keras. Malahan kalau menurutku, kita perlu punya zona nyaman sendiri. Mendorong diri sendiri terlalu keras itu nggak baik, tapi terlalu memanjakan diri juga nggak baik. Jadi asalkan kita tetap melakukan yang terbaik, tapi tetap berada pada zona nyaman yang membuat kita ngerasa safe, nggak masalah, kok.

Advertisement

3. Kesalahan, penolakan, dan kekalahan memang menyeramkan. Tapi semua akan menjadi pelajaran yang berharga

Foto oleh Kat Smith

Foto oleh Kat Smith via https://www.pexels.com

Dari kita kecil, kita terbiasa dengan stigma kalau kalah, ditolak, dan melakukan kesalahan adalah hal yang sangat-sangat buruk sampai harus dihindari sebisa mungkin. Padahal, ketiga hal itu hal yang juga penting dalam hidup, lho. Karena hal-hal itu pasti akan kita alami dan bahkan nggak sekali-dua kali. Justru, tiga hal itu yang akan membuat kita semakin kuat kedepannya. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak melakukan kesalahan dan mengalami penolakan serta kekalahan nggak apa-apa, boleh-boleh saja. Tapi jangan sampai takut menghadapinya, ya!

Jangan memandang rendah diri sendiri, kita itu lebih kuat dari yang kita pikirkan!

4. Jangan pernah berekspektasi pada apapun dan siapapun, termasuk pada diri sendiri

Foto oleh Min An

Foto oleh Min An via https://www.pexels.com

Pernah dengar cerita orang-orang yang tertampar oleh kenyataan dan tersakiti ekspektasi? mungkin aku salah satunya. Punya banyak impian dan rencana untuk hidup sendiri, tapi ternyata hidup nggak selalu bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan. Aku juga pernah punya ekspektasi terhadap diri sendiri, tapi nyatanya malah berakhir membebani diri. Jadi, menurut aku berekspektasi itu boleh kok, asal sewajarnya. Sewajarnya dalam artian nggak terlalu berharap biar nggak kecewa nantinya. Selama hidup, kita akan selalu mendapatkan kejutan-kejutan indah yang kadang bikin bahagia, kadangnya lagi bikin kesel. Tapi nggak apa-apa, kan namanya juga proses pendewasaan hehe.

Advertisement

5. Punya satu teman saja sebagai partner berbagi perasaan sudah cukup

Foto oleh Andrea Piacquadio

Foto oleh Andrea Piacquadio via https://www.pexels.com

Teman-teman ngerasa nggak sih kalau semakin dewasa, teman kita semakin berkurang? Well, kebanyakan dari kita merasakannya, dan lagi-lagi ini normal, kok. Semakin dewasa, kita jadi punya prioritas masing-masing. Ada yang sekolah, ada yang sibuk kerja, ada yang sibuk ngurus orang tua, ada juga yang udah sibuk dengan rumah tangganya. Selain itu juga, semakin dewasa kita cenderung lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Jadi wajar banget kalau teman semakin berkurang. Kalau aku sih jujur lebih baik punya satu teman yang kalau sama dia, aku bisa benar-benar jadi diri aku sendiri dan kita sama-sama nyaman satu sama lain. Kalau kalian gimana?

6. Menjadi bagian dari generasi sandwich menunjukkan kalau kamu adalah manusia super yang hebat!

Foto oleh Craig Adderley

Foto oleh Craig Adderley via https://www.pexels.com

Memiliki tanggung jawab luar biasa walaupun yang dipunya nggak seberapa, kalian lebih dari hebat! Ada pribahasa yang bilang,

Not all heroes wear capes

dan aku rasa itu cocok untuk kalian. Apa yang kalian lakukan adalah hal yang mulia. Dan aku percaya balasannya pun nggak akan main-main. Meskipun nggak mudah, aku harap kalian masih bisa mendapatkan kebahagiaan kecil setiap harinya.

7. Belajar untuk bisa memilah-milah apa yang harus dikatakan dan apa yang harus didengar

Foto oleh Andrea Piacquadio

Foto oleh Andrea Piacquadio via https://www.pexels.com

Kadang omongan orang lain, bahkan orang terdekat sekalipun bisa menyakitkan. Tapi semakin dewasa aku juga sadar kalau apa yang keluar dari mulut akupun mungkin bisa aja menyakiti orang lain. Apalagi di zaman sekarang yang banyak orang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Saking bebasnya, kadang suka nggak main-main, nggak ada penyaringan lebih dulu, semua dikeluarin. Well, kita kadang nggak bisa ngatur gimana cara orang berkomentar ke kita, tapi kita bisa ngatur apa yang akan keluar dari mulut kita. Jadi, belajarlah untuk memilah-milah apa yang patut untuk didengar dan yang tidak, juga belajar untuk memilah-milah apa yang patut untuk kita katakan dan apa yang tidak. Be kind always, nggak ada salahnya untuk selalu berbuat baik ke sesama!

Gimana? Apakah sudah siap dan menjadi lebih baik lagi untuk menghadapi adulting? Semoga jalan kita kedepannya selalu diterangi cahaya dan dilancarkan, ya. Kalau kamu, tips untuk adulting-nya gimana?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just a jurnal of Dina's ordinary days. Stay be yourself, love yourself, and be kind to everyone!

Editor

Writing...

CLOSE