Menuju Puncak Rante Mario

Latimojong. Mungkin nama ini sedikit asing di telinga jika dibandingkan dengan nama Semeru, Kerinci atau Rinjani. Latimojong adalah gunung tertinggi di pulau Sulawesi, terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, tingginya 3.478 mdpl dengan nama puncak yang sangat keren menurutku, Puncak Rante Mario.

Berawal dari pembicaraan sambil lalu dengan teman di pos tiga Gunung Rinjani sekitar bulan September 2015 dan atas informasi teman, saya bergabung dengan sebuah grup sharing cost bulan November 2015, yang membuatku benar-benar Thank God aku bisa kenal dengan grup ini. Akhirnya bulan Maret 2016 ini, kami (21 orang, 14 pria dan 7 perempuan) berhasil menjejakkan kaki di puncak Rante Mario. Puji Tuhan.

Setiap pendakian itu istimewa. Di balik wajah bahagia ketika tiba di puncak gunung ada perjuangan luar biasa yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Begitu pun setiap gunung yang memiliki keindahan dan keunikan masing-masing, yang membuatku selalu bersemangat untuk menceritakannya kepada teman-teman, termasuk pendakian ke Latimojong ini.

And this is it…

1. Sebelum mulai mendaki, tantangan sudah dirasakan ketika menuju Desa Karangan dari Baraka dan sebaliknya

Ketika truck melewati sungai via https://drive.google.com

Dari Baraka ke Desa Karangan bisa ditempuh sekitar tiga jam menggunakan truck dan baiknya truck yang memiliki sistem penggerak 4WD karena yang akan dilalui bukanlah jalan mulus dan rata seperti jalan raya di kota-kota besar. Kita akan melewati jalan yang tidak terlalu besar dengan salah satu sisinya adalah jurang. Belum lagi jika terjadi longsor, kendaraan sebesar truck tidak akan bisa lewat sampai sisa-sisa longsoran disingkirkan. Kelokan menurun yang bisa membuat para penumpang menahan napas dan tutup mata. Selain itu, kita akan merasakan sensasi guncangan akibat jalan yang tidak rata, terangkat, terhempas, terdorong ke depan dan belakang. Melewati jembatan yang hanya terbuat dari papan dan terakhir, yang selalu membuat excited untuk diceritakan walau cukup singkat, yup…ketika truck melewati aliran sungai. Terima kasih untuk bapak supir yang handal. Dan meskipun kondisi jalan yang tidak begitu bagus tapi sepanjang jalan kita akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang cantik. Kebun-kebun dan perbukitan yang hijau menawan. Pokoknya ini pengalaman so unforgettable lah.

2. Seperti sebuah lirik lagu, bahagia itu sederhana. Ketika mendaki gunung tidak perlu membawa banyak air di dalam karil karena di Latimojong air melimpah

Sungai dan jembatan bambunya via https://drive.google.com

Begitu tiba di Desa Karangan, telinga langsung disuguhkan dengan suara air sungai yang cukup deras. Ketika pendakian dimulai, kita akan menemui aliran sungai yang jernih dan biasanya adik-adik yang asyik mandi di sungai, membuat kita juga pasti pengen nyebur. Airnya juga cukup menyegarkan untuk diminum. Sumber air yang benar-benar melimpah dapat kita temukan di pos dua (Gua Sarung Pakpak), pos lima (Soloh Tama) dan pos tujuh (Kolong Buntu). Dan kebetulan ketiga pos tersebut merupakan tempat yang biasanya digunakan untuk nge-camp oleh para pendaki.

3. Sensasi Nge-camp di Pos Dua (Gua Sarung Pakpak)

Goa dengan sungai di bawahnya via https://www.instagram.com

Pos dua bisa dibilang salah satu tempat nge-camp favorit sebelum melanjutkan pendakian. Jaraknya sekitar dua sampai tiga jam dari desa Karangan. Itupun setelah kita melewati jalur yang cukup sempit dengan sisi sebelah kiri jurang. Apabila pendakian dimulai sekitar jam 3 sore, jangan lupa untuk mempersiapkan headlamp atau senter karena begitu melewati pos satu (Buntu Kaciling), kita akan mulai memasuki hutan yang minim cahaya dan jika tidak fokus bisa terjatuh ke jurang. Ada baiknya, beristirahat di pos satu sebelum melanjutkan pendakian. Kita juga akan melewati bisa disebut jembatan bambu, penghubung jalur yang sudah amblas dan batu besar yang sangat licin di saat hujan maupun sesudah hujan sehingga perlu berhati-hati dalam melangkahkan kaki. Dan tepat sebelum mencapai pos dua, pun harus melewati jembatan bambu yang melintang di atas aliran sungai yang deras. Panjangnya sih hanya sekitar dua meter, tapi mau melewatinya harus berpikir berulang kali karena takut dan tidak ada yang bisa dijadikan pegangan. Nah…pos dua ini berada di bawahtebing ukurannya hanya sekitar empat meter persegi tapi masih bisa mendirikan satu tenda kapasitas empat orang dan tetap harus hati-hati karena tepat di bawahnya ada sungai. Nge-camp di sini berarti sepanjang malam telinga harus siap mendengar suara derasnya air sungai yang mirip dengan suara deras hujan.

4. Tanjakan dengan kemiringan 80°

Tanjakan Cinta ala Latimojong via https://www.instagram.com

Sebelum mendaki gunung ada baiknya kita harus sudah membaca informasi seputar gunung tersebut. Begitu pula informasi tentang Latimojong, termasuk tanjakan dengan kemiringan 80° dari pos dua menuju pos tiga (Lantang Nase). Memang benarlah pepatah yang mengatakan, kita tidak akan benar-benar tahu sampai kita mengalaminya. Sedangkan saya sendiri sih merasa sudah siap untuk melewati kemiringan ini tapi begitu melihat langsung di depan mata, Oh My God…nyali mendadak ciut. Tanjakannya cukup terjal jadi mesti berhati-hati dan jaga keseimbangan saat melintas karena salah sedikit bisa terjatuh ke belakang. Berpeganglah pada batu-batu dan akar pohon, dan tetap fokus.

5. Hutan lumut

Salah satu keunikan gunung Latimojong, kita akan menemui hutan lumut yang sangat jarang kita temui di gunung-gunung pulau Jawa. Disebut hutan lumut karena hampir semua pohon yang ada tertutup oleh lumut. Hutan lumut ini bisa temukan ketika melalui jalur dari pos lima menuju pos enam.

6. Pemandangan menuju dan dari atas Puncak Rante Mario

Barisan pegunungan via https://drive.google.com

Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Melihat Tugu Triangulasi dari kejauhan saja sudah bisa membuat bahagia bukan kepalang apalagi ketika bisa memeluk tugu tersebut. Belum lagi kita disuguhkan pemandangan yang luar biasa, di mana sejauh mata memandang, yang terlihat adalah barisan pegunungan dengan awan-awan putih dan biru, barisan pepohonan yang tidak terlalu tinggi dan tentunya bunga-bunga edelweis. Selain tentang pemandangan, summit Latimojong juga ternyata sangat menyenangkan. Dari pos tujuh menuju puncak memakan waktu sekitar 45 menit hingga satu jam dengan jalan santai. Kita akan melewati jalur yang terjal, untungnya tidak terlalu panjang. Kemudian kita akan melewati beberapa perbukitan yang jalurnya pun lumayan landai. Dan berdasarkan informasi teman-teman yang summit lebih pagi, sunrise di puncak sangat cantik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Special