12 Ragam Gaya Pengatin Khas Jawa Tengah. Ternyata Nggak Cuma Pengantin ala Solo Putri dan Basahan Lho!

ragam gaya pengantin khas jawa tengah

Tata rias dan tata busana pengantin merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah perhelatan pernikahan. Pengantin akan berhias bak sepasang raja dan ratu sehari di hari bahagianya. Banyak sekali ragam gaya riasan pengantin di Indonesia yang sudah menjadi kebudayaan dan kekhasan daerah masing-masing sejak lama. Khususnya pengantin gaya Surakarta yang sering sekali dipilih oleh calon pengantin yakni Solo Putri dan Solo Basahan.

Pada dasarnya masyarakat yang ada di Jawa Tangah secara umum menggunakan dua gaya pengantin tersebut. Namun sebenarnya beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Semarang, Wonosobo, Jepara dan Boyolali memiliki gaya pengantin masing-masing yang sudah digali dan dibakukan berdasarkan sejarah, kebudayaan dan kearifan lokal setempat. Ragam pengantin khas Jawa Tengah ini tak kalah menawan dengan gaya pengantin lainnya dan tentunya sarat makna yang mendalam.  

Advertisement

1. Pengantin Semarangan, pengantin khas Kota Semarang

Pengantin Semarangan / MUA & Attire : @ariefriyanto_official

Pengantin Semarangan / MUA & Attire : @ariefriyanto_official via https://www.instagram.com

Pengantin Semarangan ini merupakan hasil penggalian budaya dan sejarah Kota Semarang. Tata rias pengantin ini merupakan akulturasi 3 budaya yakni, Budaya Arab, Budaya Cina, dan Budaya Jawa. terlihat dari kedua pengantin ini, untuk pengantin pria disebut Pengatin Kaji dan pengantin wanita disebut Pengantin Encik. Kain yang digunakan adalah kain songket yang berwarna merah dan semarak khas budaya cina, penutup kepala pada pengantin pria disebut kopiah ciri khas budaya arab dengan hiasan satu buah mentul atau kembang goyang kecil perlambang Keesaan Allah SWT.

Untuk pengantin wanita menggunakan kebaya bludru dengan kerah sanghai pada leher menggunakan kalung berjumlah 3 buah, pada hiasan kepala yang khas adalah endog remek yang terbuat dari cempaka kuning dan melati dipermanis dengan 3 pilis, mahkota, 5 mentul menghadap kedepan dan 17 tersebar di belakang perlambang sholat dalam sehari semalam 17 rakaat.

Advertisement

2. Pengantin Jungpara, pengantin khas Kabupaten Jepara

Pengantin Jungpara / MUA & Attire : @yanamoenza

Pengantin Jungpara / MUA & Attire : @yanamoenza via http://suarabaru.id

Pengantin Jungpara merupakan hasil padu padan dari potensi, sejarah dan budaya yang berkembang di Kabupaten Jepara yang merupakan daerah kawasan pesisir di Jawa Tengah. Pengantin ini memiliki nilai simbolis keikhlasan, ketidakputusasaan, kesabaran, konsisten, kesetiaan dan kemakmuran.

Ragam hias pada pengantin ini bersumber dari kekayaan budaya seni ukir dan potensi pesisir Kabupaten Jepara. Hiasan Pada Pengantin wanita berupa Mahkota yang dinamakan Oklo sebagai perlambang masyarakat Jepara yang religius berbentuk daun ikal yang melambangkan rahmat dan keselarasan hidup yang kesemuanya dtunjukkan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Kain yang digunakan kedua pengantin bermotif biota laut seperti, pasir, kerang dan rumput laut sebagai pemaknaan bahwa masyarakat jepara menggantungkan hidup pada kekayaan laut. dan warna dasar kain kuning dengan paduan merah sebagai perlambang kehangatan dan semangat masyarakat pesisir.

Advertisement

3. Pengantin Pemalang Putri, salah satu pengantin khas Kabupaten Pemalang

Pengantin Pemalang Putri / MUA : @rosisuccesswo @rnajwa

Pengantin Pemalang Putri / MUA : @rosisuccesswo @rnajwa via https://www.instagram.com

Pengantin Pemalang Putri merupakan salah satu tata rias pengantin Khas Kabupaten Pemalang. Pengantin menggunakan busana berbahan dasar bludru yang terpengaruh dari keraton Mataram dengan kain batik motif Manggaran dengan Babaran khas Pemalang bergambar bunga hingga pohon kelapa. Semua bagian pohon kelapa bermanfaat bagi kehidupan.

Yang khas dari pengantin pemalang putri yakni paes atau hiasan pada dahi yang berbentuk Capit Yuyu yang melambangkan kepribadian seorang wanita yang harus tegar, kuat dan kokoh akan tetapi di dalamnya terdapat kelembutan dan bisa menjaga harkat martabat serta kesetiaan pada suami seperti legenda Nyai Widuri.

Hiasan kepala yang digunakan pengantin wanita yakni mahkota bunga melati berjumlah 5 buah perlambang sholat 5 waktu, 5 cunduk mentul sebagai lambang rukun islam ada 5 dan dipermanis dengan 6 sisipan Bunga Ambring yang melambangkan Rukun Iman ada 6.

4. Pengantin Pemalang Sintren, salah satu pengantin khas Kabupaten Pemalang

Pengantin Pemalang Sintren / MUA : @rnajwa

Pengantin Pemalang Sintren / MUA : @rnajwa via https://www.instagram.com

Pengantin Pemalang Sintren merupakan salah satu tata rias pengantin khas Kabupaten Pemalang. Pengantin ini terinsiprasi dari budaya sintren pemalang. kedua pengantin menggunakan busana bludru berwarna merah dengan ragam hias terbuat dari sulam benang gim warna emas, pada pengantin wanita menggunakan selendang berwarna kuning dan biru.

Yang khas pada pengantin Pemalang Sintren ini adalah tidak menggunakan paes sebagai penghias dahi pengantin tetapi menggunakan simuk yang terbuat dari bahan bludru berbentuk lancip berwarna hitam dan diberi ornamen payet berwarna emas pada sekelilingnya.

5. Pengantin Demak Bintoro, salah satu pengantin khas Kabupaten Demak

Pengantin Demak Bintoro / Doc: Pribadi / MUA : Rara Maiswara

Pengantin Demak Bintoro / Doc: Pribadi / MUA : Rara Maiswara via https://photos.google.com

Pengantin Demak Bintoro ini merupakan salah satu dari dua tata rias pengantin khas Kabupaten Demak. Pengantin ini berlatar belakan sejarah Raden Patah yang merupakan pendiri Kerajaan Demak Bintoro. Motif kain yang digunakan oleh kedua pengantin yakni batik bernama Wahyu Bintoro dengan warna dasar sogan lerek dan bermotif garudo, Masjid Agung Demak, dan Bledek serta lukisan wayang Bethoro Kumojoyo dan Kumoratih sebagai perlambang kejayaan Kerajaan Demak pada masanya.

Busana yang digunakan yakni kebaya bludru dan beskap bludru dengan sulam benang gim bermotif padi sebagi perlambang kemakmuran karena Kabupaten Demak merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah dan motif Burung Blekek (makanan khas demak atau iwak manuk).

Pada pengantin wanita yang unik adalah paes yang berbentuk meruncing lancip yang dinamakan paes nyucuk manuk dengan sanggul tekuk berhiaskan kembang goyang atau cunduk mentul berjumlah 7 buah berbentuk Manuk Blekek, menggunakan gunungan serta kalung dan cincin berbentuk Manuk Blekek.

6. Pengantin Demak Glagah Wangi, salah satu pengantin khas Kabupaten Demak

Pengantin Demak Glagah Wangi / Dok. Harpi Melati Kab. Demak

Pengantin Demak Glagah Wangi / Dok. Harpi Melati Kab. Demak via http://google.com

Pengantin Demak Glagah Wangi merupakan salah satu gaya tata rias engantin khas Kabupaten Demak Selain Pengantin Demak Bintoro. Pengantin Ini kental dengan Nuansa Pengantin Pesisiran dengan paduan warna yang cerah. Tata rias ini merupakan perpaduan budaya Jawa, Cina, Arab dan Palembang.

Yang membedakan dengan pengantin jawa pada umumnya yakni menggantikan paes dengan perhiasan tretesan, Di samping pula penggunaan hiasan sunduk pentul berbentuk belimbing serta hiasan rambut panjang berjuntai yang menyerupai burung blekok.

Corak busana yang dikenakan menggambarkan kekayaan khas Kota Wali yakni, bunga kapas, buah jambu dan belimbing, beras wutah yang melambangkan kemakmuran pertanian, serta sisik ikan yang juga mencerminkan kekayaan laut perairan. Keunikan lainnya Upacara temu pengantin atau panggih yang biasa menggunakan Gendhing Kebogiro diganti dengan menggunakan Gending Lir-ilir yang konon merupakan hasil gubahan Kanjeng Sunan Kalijaga.

7. Pengantin Cilacap Putri, pengantin khas Kabupaten Cilacap

Pengantin Cilacap Putri / MUA : @hanungkusuma

Pengantin Cilacap Putri / MUA : @hanungkusuma via https://www.instagram.com

Tata rIas pengantin Cilacap Putri ini merupakan tata rias khas Kabupaten Cilacap yang terinspirasi dari legenda sejarah Cilacap yakni Ratu Brontororo yang merupakan ratu dari Nusa Tembini yang sangat cantik dan sakti, penjaga Bunga Wijayakusuma. Hiasan Dahi Rikmo Brontoro terdiri dari 8 bagian, setiap bagiannya dinamakan Manis Golek Kencono yang melengkung indah kebelakang,

Dipercantik dengan permata di tengahnya. Sanggul yang digunakan terbuat dari irisan daun pandan dengan cemara panjang. Busana yang di kenakan berbahan dasar bludru berwarna hijau dengn ragam hias motif Bunga Wijayakusuma begitu juga dengan bentuk cunduk mentul dan perhiasan lainnya.

8. Pengantin Putri Kabupaten Semarang, pengantin khas Kabupaten Semarang

Pengatin Putri Kabupaten Semarang / MUA : @siwihap / Attire : Harpi Melati Kabupaten Semarang

Pengatin Putri Kabupaten Semarang / MUA : @siwihap / Attire : Harpi Melati Kabupaten Semarang via https://www.instagram.com

Pengantin Putri Kabupaten Semarang berbeda dengan Pengantin Semarangan karena pengantin ini berasal dari kawasan Kabupaten Semarang yang meliputi : Ungaran, Ambarawa, Bandungan, Bergas, Bawen, Tuntang,Banyubiru dan sekitarnya. Tata Rias ini berasal dari cerita Padepokan Gedong Songo yakni Ki Hajar Selokantoro yang menikah dengan  Ari Wulan di suatu sendang di daerah Jetis, Bandungan yang dinamakan Sendang Ngawinan.

Pada riasan rambut pengantin wanita menggunakan 2 macam sanggul yakni Sanggul gunung menyerupai Puncak Suroloyo dan Gununng Ungaran sebagai kenampakan alam Kabupaten Semarang serta sanggul bokor mengkureb sebagai perlambang kedewasaan. Kemudian dihiasi dengan keket melati , sintingan dan tibo dodo yang unik adalah penambahan bunga krisan kuning sebagai kekayaan holtikultura di Kecamatan Bandungan. perhiasan yang digunakan untuk menyemarakkan pengantin ini adalah Jamang Semarangan, tusuk sisipan, sumping s, giwang kalung ponco puspita, gelang, bros dan kalpiko atau cincin.

Busana yang digunakan kedua mempelai berbentuk beskap untuk pengantin pria dan kebaya untuk pengantin wanita dengan bahan dasar bludru, untuk ragam hias yang digunakan yakni corak Candi Gedong Songo dan bunga teratai sebagai ikon Kabupaten Semarang serta bordir motif bunga cengkeh pada bagian depan. Kain yang digunakan yakni kain batik Lambang Sari dengan motif khas yakni Kembang Krisan, Kembang Cengkeh dan Kopi Pecah sebagai lambang kekayaan alam Kabupaten Semarang. Yang unik pada pengantin ini adalah penggunan kamus pada pengantin pria dan selop pada kedua pengantin berbahan dasar eceng gondok yang banyak tumbuh di Rawa pening, Kabupaten Semarang.

9. Pengantin Setjanegaran, pengantin khas Kabupaten Wonosobo

Pengantin Setjanegaran  / MUA : @hajadsetiyono

Pengantin Setjanegaran / MUA : @hajadsetiyono via https://www.instagram.com

Tata rias pengantin Setjanegaran merupakan hasil penggalian tata rias khas Wonosobo yang dibakukan oleh Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia atau Harpi Melati. Pengantin ini digali dari sejarah, kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Wonosobo yang merupakan masyarakat dataran tinggi khususnya di wilayah Dieng. Ciri khas pada pengantin wanita adalah penggunaan riasan dahi atau paes yang biasanya berbentuk ngudup sirih pada Pengantin Gaya Yogyakarta dan berbentuk telur bebek pada Pengantin Gaya Surakarta maka pada pengantin ini menggunakan Paes ngudup Carica atau menyerupai bentuk buah carica yang merupakan buah khas dataran tinggi dieng. Aksesoris yang digunakan antara lain 7 buah cunduk mentul, 1 buah kalung, 1 buah bros dll.

Busana yang dikenakan oleh kedua pengantin berbahan dasar bludru berwarna hijau dan menggunakan ragam hias khas Wonosobo. Serta menggunakan kain batik Khas Wonosobo.

10. Pengantin Tegal Pesisiran, pengantin khas Kabupaten Tegal

Pegantin Tegal Pesisiran / MUA : @ciptoanggoro

Pegantin Tegal Pesisiran / MUA : @ciptoanggoro via https://www.instagram.com

Pengantin tegal pesisiran ini merupak tata rias pengantin khas Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Tata rias ini merupakan akulturasi dari Kraton Pajang dimasa lampau dengan letak geografis Tegal yang merupakan daerah pesisiran pantai utara Jawa. Pada riasan pengantin wanita yang unik adalah riasan dahi atau paes yang berbentuk capit yuyu yang hampir serupa dengan Pengantin Pemalang Putri. Arti dari paes ini adalah perlambang Tegal sebagai kota bahari. diatasnya diberi hiasan mahkota sebagai perlambang seorang wanita yang memiliki etika dan berbudi luhur. 

Busana yang digunakan oleh pengantin berbahan dasar bludru dengan model seperti busana Pengantin Solo Putri tetapi menggunakan ragam hias yang mencerminkan kearifan lokal khas tegal. Batik yang digunakan untuk kin bawahan yakni Batik Tegalan Godong Kosong dengan motif Kawatan. Aksesoris yang digunakan pengantin menggunakan ukon atau perhiasan yang menyerupai uang logam.

11. Pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng, pengantin khas Kabupaten Boyolali

Pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng / Doc. Harpi Melati Kabupaten Boyolali

Pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng / Doc. Harpi Melati Kabupaten Boyolali via https://jatengprov.go.id

Pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng ini berasal dari penggalian sejarah masyarakat Boyolali pada masa perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Salah satu dari prajurit ingin menikah dengan seorang pribumi di daerah kecamatan Selo, hai ini kemudian menjadi dasar penggalian tata rias pengantin khas Boyolali yang merupakan perpaduan gaya Surakarta dan Yogyakarta.

Calon pengantin akan mengenakan busana Mataraman, namun tidak diperbolehkan karena dianggap menyerupai raja. Kemudian pengantin tersebut diberikan pinjaman berupa pakaian oleh komandan prajurit berupa baju sorjan, jarik Sidomukti, celana panjang hitam, topi prajurit yang krowok di belakang, keris branggah dan tanpa alas kaki. Sementara untuk pengantin perempuan mengenakan gelung tekuk pakai lungsen, kebaya sederhana, jarik Sidomukti, bunga kinasih dan bangun tulak yang dironce, paes warna hitam dan tanpa alas kaki. 

Makna dari paes adalah melukis atau membentuk, membuat cantik diri. Membuang semua pikiran dan perbuatan yang tidak baik (buruk) untuk menjadi suatu pribadi yang beriman dan dewasa. bentuk panunggul gunung merapi dan merbabu terkandung arti pribadi pengantin laki-laki dan perempuan, ingin mencapai kehidupan yang tinggi / kesejahteraan hidup, sehingga mencapai kebahagiaan dan selalu ingat akan kekuatan Tuhan. Bentuk pengapit bunga kanthil. Pengapit dalam arti pendamping  kanan dan kiri  bagaimanapun sudah menjadi manusia / insan yang bersatu. Dua insan yang saling  mempengaruhi untuk memiliki iman yang teguh 

Busana yang dikenakan juga busana yang sederhana berwana hijau berbahan dasar bludru dengan ragam hias yang khas yakni motif ikan lele dan sapi yang merupakan ciri khas Kabupaten Boyolali.

12. Pengantin Sekar Salekso, pengantin khas Kota Magelang

Pengantin Sekar Salekso / MUA : @sanggar_ratih

Pengantin Sekar Salekso / MUA : @sanggar_ratih via https://www.instagram.com

Pengantin Sekar Salekso merupakan pengantin khas Kota Magelang yang merupakan hasil penggalian sejarah, letak geografis, dan kekayaan flora fauna di Kabupaten Magelang. Busana pengantin ini terinsipirasi dari Bupati Pertama Magelang yakni Raden Toemenggoeng Danoeningrat beserta istri yang menggunakan busan adat lengkap pada tahun 1871 yang merupakan cikal bakal busana dan riasan khas Kota Magelang. Selain itu juga juga secara emplisit tertulis mengenai rias dan busana pada 3 prasasti yakni Poh, Mantiasih, dan Girikan.

Busana yang dikebakan pengantin berbahan dasar Bludru dengan warna ungu. Pengantin wanita menggunakan kebaya panjang mermotif elang jawa yang sedang menukik (Wulung Manebo) dengan kain motif gelang rinonce ceplok kanthil. Busana Pengantin Pria menggunakan beskap dengan dalaman berwarna putih dan dasi kupu-kupu berwarna hitam yang dihiasi ragam hias temu gelang dengan kain jarik dengan motif yang sama yakni gelang rinonce ceplok kanthil.

Motif gtelang atau temu gelang yang berada pada pinggir kebaya dan beskap berupa dua lingkaran yang saling bertemu sebagi perlambang cinta yang telah dibina berdua tidak akan pernah putus. Sedangkan elang yang menukik sebagai perlambang saat kita berada di atas jangan pernah segan untuk melihat kebawah, dan siap menolong, membantu yang dibawah dan bentuk paruh elang dapat menjadi symbol kekuatan, ketangguhan. 

Pada riasan pengantin wanita menggunalan paes yang menyerupai paes gaya Surakarta namun agak berbeda yakni lebih memanjang yang membentuk ujung pelok (isi mangga). Sanggul yang digunakan adalah sanggul temu gelang yakni Dua lingkaran yang saling bertemu memiliki makna bahwa cinta yang telah dibina oleh kedua mempelai tidak akan pernah ada putusnya. serta hiasan bunga melati sebagai pelambang kesucian dan budi pekerti yang luhur.

Perhiasan yang memperindah pengantin ini adalah 7 buah cunduk mentul, sepasang centung yang menyerupai centung Gaya Yogyakarta, bros dan lain-lain. Karena pada pada dasarnya pengantin ini terpengaruh oleh pengantin Gaya Surakarta, Yogyakarta dan Semarang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre

CLOSE