5 Alasan Mengapa Kamu Dilarang Menjadi Sosok Berkepribadian Self-Centered

Jangan dilakukan ya

Di dunia ini ada banyak macam kepribadian yang dimiliki setiap orang, mulai dari pribadi menyenangkan, pribadi menyebalkan atau bahkan self-centered.

Self-centered disebut sebagai pribadi egois atau lebih jelasnya suatu kondisi psikologi di mana seseorang memiliki sikap yang cenderung mementingkan diri sendiri. Diyakini self-centered diidap oleh sebagian orang di dunia dan tentu saja tidak baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sosialnya.

Meskipun demikian, orang dengan pribadi self-centered justru merasa nyaman dengan sikapnya yang demikian karena pemikiran “saya adalah saya yang menentukan”. Padahal kepribadian self-centered sangatlah merugikan loh.

Berikut rangkuman 5 alasan mengapa kamu dilarang menjadi pribadi self-centered.

Advertisement

1. Kamu akan terbiasa menjadi seseorang yang mudah meremehkan segala sesuatu

Photo by Alex Green from Pexels

Photo by Alex Green from Pexels via https://www.pexels.com

Jika 'sesuatu' tidak sesuai dengan standar yang kamu miliki, kamu adalah orang pertama yang tidak akan segan-segan meremehkan 'sesuatu' tersebut bahkan di depan orang atau pemiliknya.

Hal ini tentu saja tidak baik, terlepas dari apapun tujuan dan niatmu, sebab apa yang sudah kamu lakukan akan berdampak buruk, semisal mematikan semangat seseorang.

Advertisement

Siap-siap saja nantinya kamu akan dianggap sebagai pribadi yang sombong dan tidak bisa menerima kekurangan karena menilai sesuatu berdasarkan kemampuanmu saja.

2. Individualis dan selalu ingin didengarkan tanpa mau dibantah adalah dua sikap yang melekat erat dari sosok self-centered

Photo by Keira Burton from Pexels

Photo by Keira Burton from Pexels via https://www.pexels.com

Self-centered sangat erat hubungannya dengan sikap individualis dan selalu ingin didengarkan. Mau-tidak-mau, dua sikap itu tergolong egois karena tidak ingin tahu pendapat orang lain sampai pendapat atau opini sendiri diprioritaskan.

Orang dengan self-centered sepertinya kurang begitu cocok berada di tengah-tengah kelompok yang mengerjakan tugas dan kurang pas saja dijadikan pemimpin.

Advertisement

3. Ketika kamu mengalami masa-masa sulit, hanya orang-orang tertentu saja yang mau mengulurkan tangan dan membantumu

Photo by Alex Green from Pexels

Photo by Alex Green from Pexels via https://www.pexels.com

Orang dengan self-centerednya selalu merasa dia mampu menggenggam dunia menggunakan kedua tangannya. Padahal, ketika jatuh, dia tetap membutuhkan bantuan orang lain untuk berdiri.

Ruginya, karena terlalu self-centered banyak orang enggan membantu atau sekadar mengulurkan tangan. Keengganan tersebut bisa jadi buah dari rasa kecewa yang sudah menumpuk. Kalau sudah begini, siapa sebenarnya yang dirugikan?

4. Banyak orang akan berjaga jarak darimu, bahkan sebagian lagi membencimu

Photo by Liza Summer from Pexels

Photo by Liza Summer from Pexels via https://www.pexels.com

Bukan karena Covid-19 banyak orang menjaga jarak pada orang self-centered, tapi malas saja berhubungan atau berkontak langsung dengan para self-centered. Mengapa demikian?

Sekali dua kali menunjukkan kesombongan barangkali masih ditoleransi orang-orang, tapi jika sudah setiap hari, orang lain juga malas mendekat. Akhirnya mereka memilih menjauh atau parahnya malah membenci sampai ke ulu hati. Gawat, kan? Masih mau jadi pribadi self-centered?

5. Dikucilkan meski kamu merasa memiliki kekuasaan

Foto oleh cottonbro dari Pexels

Foto oleh cottonbro dari Pexels via https://www.pexels.com

Tidak ada yang menyedihkan dibandingkan dikucilkan orang-orang sebagai bentuk sangsi sosial. Meskipun memiliki kekuasaan, tidak membuat orang lain menjadi loyal jika pribadi self-centered sering meremehkan dan meninggi di hadapan teman, kerabat, kolega maupun karyawan.

Mungkin saja ada yang mau bertahan, tapi barangkali masih menyimpan segudang perasaan kecewa dan kesal yang terpendam. Masih mau jadi self-centered?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE