Zaman semakin modern dan hidup kita semakin hari semakin dimanjakan dengan perkembangan teknologi. Salah satu perkembangan teknologi yang kentara dan masif digunakan oleh kita (para generasi milenial) adalah teknologi informasi. Khususnya media sosial, yang membuat interaksi milenial satu sama lain menjadi lebih mudah.
Namun dengan berbagai kemudahan yang ada, entah mengapa, para milenial justru mudah sekali mengeluh dan galau. Kamu pasti sering menemui kegalauan-kegalauan tersebut di berbagai postingan media sosial, baik melalui status, kutipan, dan lain sebagainya. Nah mengapa demikian? Berikut Hipwee telah merangkum beberapa hal yang mungkin melatarbelakangi sikap generasi milenial yang cenderung mudah galau.
ADVERTISEMENTS
1. Milenial terlalu sering kepo-kepo hal tidak penting di media sosial, seperti kabar tentang mantan atau gebetan
Salah satu hal yang membuat milenial menjadi mudah galau disebabkan oleh kebiasaannya kepo, mencari tahu hal-hal yang bisa membuat mereka galau atau bahkan sedih. Yap! apalagi kalau bukan kebiasaan stalking gebetan atau kabar terkini mantan yang masih ia sayang. Jelas dua hal tersebut bisa mengubah suasana hati seketika apabila informasi yang diterimanya nggak sesuai dengan harapan, misalnya gebetan ternyata jalan sama orang lain juga, mantan sudah punya gandengan baru, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENTS
2. Banyaknya penyebaran konten menye-menye di medsos turut memengaruhi kebiasaan para milenial
Selain itu banyaknya konten menye yang muncul di media sosial juga secara nggak langsung mengubah perilaku dari para penggunanya. Milenial yang biasa mengakses instagram, youtube, dan lain-lain menjadi ikut baper akibat konten-konten yang mereka konsumsi.
Maka dari itu untuk menjaga stabilitas suasana hatimu, penting kiranya untuk memilah-milah lagi konten mana yang baik untuk kamu konsumsi. Jangan sudah tahu lagi habis patah hati nontonnya konten-konten romantis terus, malah semakin jadi galaunya nanti.
ADVERTISEMENTS
3. Diperparah dengan maraknya aktivitas pengguna yang mengunggah kegalauan ke media sosial, seakan sudah menjadi tren tersendiri
Pengaruh penyebaran konten menye di atas lama-kelamaan membentuk tren tersendiri yaitu tren status galau. Semakin ke sini siapapun yang mengunggah konten galau (status) mendapat respon yang baik dari warganet – entah dalam wujud like, comment, atau share. Seakan-akan kamu belum keren kalau belum bisa membikin status galau dari suasana pilu yang sedang kamu rasakan. Ini jelas turut menambah konten-konten galau yang tersebar di jagad maya.
ADVERTISEMENTS
4. Diam-diam drama Korea pun memengaruhi, milenial jadi ikut-ikutan melow karena selalu terbayang kisahnya
Selain dari media sosial, pengaruh tren Kpop yang sedang mewabah di dunia ini juga turut melanda Indonesia. Drama-drama Korea makin hari makin banyak diminati. Kisah percintaan penuh drama tersebut jelas memengaruhi psikologi dari milenial. Kalau tontonanmu setiap hari cerita-cerita yang membuatmu mewek, bukan nggak mungkin suasana hatimu menjadi ikutan sedih juga.
ADVERTISEMENTS
5. Selera musik di ponsel juga bisa memengaruhimu. Menyetel lagu-lagu galau bolehlah sesekali, tapi jangan sering-sering
Playlist dalam ponsel kamu juga turut memengaruhi suasana hatimu. Semakin sering kamu mendengarkan lagu galau, semakin besar pula kemungkinanmu untuk mudah terbawa ke dalam suasana melow. Sebaliknya, jika playlistmu berisai lagu-lagu yang bernuasa ceria dan penuh semangat besar pula kemungkinan kamu juga ikutan semangat dalam menjalani hari-hari. Memang sih nggak salah juga denger lagu galau, tapi jangan sering-sering ya, Guys!
ADVERTISEMENTS
6. Sifat buruk kurang bersyukur juga punya peran penting membentuk kepribadan milenial. Mereka jadi lebih senang melihat ke atas di banding menengok ke bawah
A : Si Tommy beruntung banget ya, papanya mantan presiden, punya BUMN, duitnya banyak…
B : Si Sinta juga beruntung lho.. pacarnya ganteng, pinter, selebgram lagi.. dibanding mereka aku mah cuma struk minimarket yang nggak begitu penting
Kurang bersyukur juga menjadi penyebab mengapa milenial mudah sekali galau. Kebiasaan membanding-bandingkan hidup orang lain menjadi awal mula dari segalanya. Selalu menengok ke atas dan nggak percaya diri dengan apa yang telah Tuhan anugerahkan pada diri semakin memberburuk keadaan.
Padahal kalau sernggaknya mau menelaah lebih jauh banyak hal-hal kecil di sekitarnya yang berharga dan belum tentu mereka –yang dianggap beruntung– punya, salah satunya mungkin adalah kasih sayang keluarga, perhatian dari sahabat, dan hal-hal berharga lainnya.
Itulah dia beberapa hal dibalik kenapa milenial mudah sekali galau. Semoga dengan mengetahuinya kamu dapat sekaligus memelajarinya supaya kamu nggak ikut-ikutan melow seperti milenial lainnya.