7 Alasan Beratnya Cobaan Hidup Berbanding Lurus dengan Peluang Diri untuk Jadi Lebih Baik

Cobaan hadir tiada henti. Nggak lolos ujian masuk perguruan tinggi favorit, gagal jadi pegawai padahal sudah sampai tahap wawancara direksi, klien rewel sampai puluhan kali revisi dan sederet cobaan yang dikeluhkan orang-orang pada umumnya. Termasuk kamu, yang mungkin beberapa menit lalu atau bahkan detik ini tengah mengeluh tentang beratnya cobaan hidupmu.

Advertisement

Mengeluh memang manusiawi, mengingat manusia punya rasa lelah. Terutama saat cobaan datang bertubi atau lebih berat. Tapi bukankah mengeluh tak memberi faedah apa-apa? Cobaan diberikan Tuhan pada umat-Nya pasti disesuaikan dengan kemampuannya. Ketahuilah, riset Tuhan jauh lebih canggih daripada semua kemoderan yang ada di dunia. Cobaan diberikan pun bukannya tanpa tujuan. Dia paham bahwa kamu layak mendapat kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Kok bisa cobaan dianggap tak menyusahkan, tapi justru dibilang batu loncatan untuk membuat diri jadi lebih baik? Daripada terus berspekulasi, pahami dulu uraian di bawah ini.

1. Ibarat ujian di sekolah, cobaan hidup memberikan kesempatan untuk naik kelas. Tentunya dengan bekal pantang menyerah dan kerja keras

Ujian untuk naik kelas via unsplash.com

Hidup itu ibarat menuntut ilmu di sekolah. Ada proses belajar, praktik, serta ujian agar naik kelas. Belajar dan praktik memang dilakukan setiap hari. Sedangkan ujian sekolah hanya dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai jadwalnya sendiri. Jika hidup itu ibarat sekolah, maka cobaan hidup itu bagai ujian sebelum naik kelas. Tuhan perlu menguji dulu seberapa pantas kamu untuk naik level. Parameter yang digunakan pun bermacam-macam, tapi yang jelas perlu ada keinginan dirimu sendiri untuk pantang menyerah dan selalu kerja keras.

Advertisement

2. Kadang kamu baru bisa menghargai hidup saat cobaan datang. Sementara dulu dirimu terlalu sibuk membanding-bandingkan

Lebih menghargai apa yang telah dimiliki via unsplash.com

Lihat teman lebih sukses, tetangga punya mobil baru, bahkan bos yang naik gaji, kamu iri hampir tiap hari. Rasanya hidup ini tak adil karena kamu selalu berada di bawah. Kemudian cobaan datang kepadamu. Mobil bututmu diserempet orang, kamu harus kembali naik angkutan. Di kantor kamu juga kena pemutusan hubungan kerja. Lengkap sudah cobaan hidupmu. Lalu kamu membayangkan masa lalu. Di mana mobilmu masih bisa digunakan meski butut sekali. Dulu kamu masih bisa bekerja meski berulang kali revisi.

Dari sisi ini, kamu jadi bisa lebih menghargai hidupmu sendiri. Bahwa sebenarnya kamu sudah merasa cukup atau bahkan berlebih. Hanya saja kamu selalu melihat ke atas dan tak pernah bersyukur atas apa yang kamu punya.

3. Meski rasanya berat, kamu harus mampu bertahan. Sebab percaya atau tidak, cobaan itu mampu mendewasakan pikiran

Mendewasakan pikiran via unsplash.com

Selain mampu buatmu lebih bersyukur, cobaan ini akan membawamu pada benang merah perjalanan hidup selama ini. Saat sudah lulus cobaan nanti, betapa kamu akan merasakan bangga pada diri sendiri. Betapa air mata dan keluh kesah telah terbayar lunas dengan rasa lega. Di masa depan, kamu tak akan menjadi sosok yang mudah mengeluh tapi justru menjadi seseorang yang berani menghadapi cobaan dengan tangguh.

Advertisement

4. Tanpa cobaan, mungkin kamu tak akan tahu seberapa kuat dirimu mampu bertahan dan melecut diri

Seberapa tangguh dirimu via unsplash.com

Kamu tak akan pernah tahu seberapa hebatnya dirimu sebelum dihantam cobaan. Dulu kamu menganggap dirimu itu kuat dan tangguh. Tapi setelah diberi cobaan seperti tiang kehilangan pasaknya. Jadi selain bisa mengetahui seberapa jauh bisa bertahan, cobaan ini pun dapat mengukur seberapa besar motivasi diri yang mampu kamu hasilkan. Sebab saat tak ada orang lain yang bisa menopangmu, dirimu sendirilah yang perlu mengganti peran itu.

Ingat, pelaut handal tak dihasilkan dari lautan yang tenang. Penulis hebat juga tak didapat dari sekali membuat prosa.

5. Lewat cobaan ini kamu bisa menumbuhkan rasa empati. Rasa nggak enaknya akan membuatmu lebih sering berbagi

Rasa empati tumbuh tinggi via unsplash.com

Kamu kok mau sih jadi pengajar tanpa dibayar? Setahun lagi!

Soalnya dulu aku pernah merasakan susahnya bayar uang sekolah.

Kamu masih ingat betul bagaimana perjuangan ayah ibumu saat kamu minta melanjutkan sekolah. Sementara adik-adik yang lain juga butuh asupan susu. Ingin rasanya memaksa, tapi kamu tak tega. Akhirnya kamu terpaksa menepi setahun untuk mengumpulkan recehan demi pendidikanmu.

Kini, saat sudah mandiri dan punya rezeki lebih, kamu pun memutuskan untuk mengajar anak-anak kurang mampu. Mungkin orang lain akan mencemoohmu sebagai anak muda yang terlalu idealis. Tapi bagimu rasa empati tak bisa dibendung lagi. Pekerjaan masih bisa dicari, tapi kesempatan mengajar anak-anak kurang mampu mungkin hanya sekali.

6. Cobaan ini kadang membuatmu menangis sendiri. Tapi optimismu akan ditantang untuk melihat hadirnya pelangi setelah hujan berhenti

Optimis setelah lelah menangis via unsplash.com

Seluruh energimu terkuras habis agar mampu keluar dari cobaan. Tapi tetap saja tak ada tanda-tanda hidupmu jadi lebih baik. Akhirnya, kamu menangis sendiri sejadi-jadinya. Tapi, kemudian setelah tangis reda, di satu titik kamu merasa ada sinar yang menerangi. Sisi optimis dalam diri pelan-pelan terbuka dan tumbuh dari dalam. Kamu tersadar bahwa cobaan tak akan selamanya mengurungmu. Dia juga tak selamanya membiarkanmu tertatih. Karena kamu yakin tiap cobaan pasti mempunyai sisi indahnya sendiri, seperti pelangi yang terlukis setelah hujan berhenti.

7. Kadang hanya dengan diuji kamu baru bisa mengingat Tuhanmu kembali. Jiwamu yang dulu keluar jalur, kini on track lagi

Penyambung kamu dengan penciptamu via unsplash.com

Rasanya masih sedikit orang yang bersenang-senang tapi masih ingat Tuhan. Seringnya, mereka harus ditampar cobaan dulu baru ingat pada siapa penciptanya. Mungkin saat cobaan datang kamu termasuk golongan seperti itu. Saat kamu berada di atas, jangankan ingat Tuhan, ingat orang lain saja tidak. Lantas setelah cobaan ini menerpamu, kamu baru ingat kepada siapa mencari pertolongan selain teman-teman yang mulai meninggalkanmu. Bersyukurlah kamu telah diberi kesempatan untuk menikmati cobaan ini. Sebab kamu telah kembali pada jalur yang dulu pernah dirimu tinggalkan demi kesenangan duniawi.

Pantang menyerah, lebih menghargai, pikiran yang lebih dewasa hingga kembali dekat dengan-Nya adalah hadiah yang kelak akan kamu dapatkan setelah lulus dari cobaan. Jika hal baik ini akan menantimu di akhir perjuangan nanti, apa nggak sayang kalau menyerah sedari dini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE