Belajar dari Film Athirah: Balas Dendam Terbaik Tatkala Kesetiaanmu Dikhianati Adalah Jadi Sukses!

‘Emma tidak pernah punya gambaran tentang wanita yang dimadu. Sejak Bapak memilih tinggal di rumah keduanya, Emma sering terlihat merenung, tertunduk lesu. Ketika langkah Bapak semakin jarang terdengar di rumah kami, Emma semakin sendu. Namun, Emma tak membiarkan dirinya terlalu lama disiksa rindu. …’ (Novel Athirah – Alberthiene Endah)

Athirah adalah film biografi Ibunda Jusuf Kalla yang rilis pada 29 September 2016 lalu. Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Alberthiene Endah. Pada 6 November 2016 kemarin film yang didukung penuh pembuatannya oleh Kalla Group ini pun sukses besar dalam ajang penghargaan Festival Film Indonesia (FFI). Sederet penghargaan diterima oleh para penggiat film ini dari mulai penata artistik terbaik, penata busana terbaik, sutradara terbaik, penulis skenario adaptasi terbaik, pemeran wanita utama terbaik, dan akhirnya pemenang film terbaik.

Menyinggung poligami, film ini jadi sangat sensitif tapi sama sekali tidak menye-menye. Athirah digambarkan menjadi sosok yang sangat kuat dan banyak pelajaran hidup yang sangat bermakna bisa diambil darinya.

Menemani berjuang dari nol hingga sukses besar, tak membuat suami Athirah membalasnya dengan kesetiaan. Ia harus rela diduakan

Athirah tetap diduakan

Athirah tetap diduakan via thejakartapost.com

‘Laki-laki memang tak sepenuhnya bisa diyakini. Cinta yang sangat kuat dengan fondasi yang kukuh di awal tak menjamin  munculnya kesetiaan yang abadi. Setiap perempuan boleh angkuh memutuskan kepada siapa cinta dan kepercayaan hendak diberikan.’ (Novel Athirah)

Berawal dari perjodohan, Athirah bertemu dan hidup bersama suaminya. Berdua mereka membangun keluarga besar dengan jumlah anak yang cukup banyak. Athirah pun dengan gigih mendukung dan membantu suaminya mengembangkan bisnis keluarga. Benar-benar dari nol hingga akhirnya sukses besar. Sayang semua perjuangan Athirah ternyata harus goyah karena suaminya mulai melirik perempuan lain. Suaminya memutuskan berpoligami!

Batin Athirah bergejolak tapi tak sanggup untuk menolak. Ia bertahan demi kehormatan keluarganya, sesuatu yang sulit dibayangkan

Poster film Athirah

Poster film Athirah via termeong.com

‘Kau telah mati jika tak lagi memberimu alasan untuk bersabar.’ (Novel Athirah)

Menjadi bagian dari budaya Bugis yang patrilineal kala itu membuat Athirah tak kuasa menolak takdir ini. Dulu poligami sudah jadi hal yang lumrah. Meskipun keluarganya tetap jadi bahan gunjingan masyarakat. Athirah ingin memperjuangkan harga dirinya dengan meninggalkan suaminya, tapi hati kecilnya ingin menjaga harga diri dan keutuhan keluarga, terutama anak-anaknya. Sungguh hati yang sangat mulia.

Hati yang terluka ia tekan dengan semangat yang membara. Athirah membalaskan dendamnya dengan kesuksesan yang bisa buat siapapun bangga

Athirah tetap semangat melanjutkan hidup

Athirah tetap semangat melanjutkan hidup via id.bookmyshows.com

‘Kekecewaan bisa diatasi dengan semangat dan kerja keras’ (Jusuf Kalla setelah menonton film Athirah)

Demi mengalihkan rasa sedihnya dan melupakan hati yang sangat terluka, Athirah memilih mulai berbisnis. Ia pada akhirnya memutuskan berjualan sarung. Barang pemberian suaminya yang sangat berharga lalu ia bakar ketika tahu suaminya berselingkuh. Pada akhirnya, Athirah sukses berdagang sarung khas Bugis. Ia berhasil menjadi sosok istri, ibu, teman, pedagang, sekaligus aktivis kegiatan sosial keagamaan yang dikenal baik dimana-mana.

Cinta pada suaminya pun tak ia kubur, meski terluka ia mencoba tetap setia. Kelak ini yang paling disesali suaminya

Athirah tetap setia

Athirah tetap setia via revi.us

‘Satu-satunya yang tak bisa dikubur dengan baik adalah cinta.’ (Novel Athirah)

Meski sudah dilukai sedemikian dalamnya, Athirah tak bergeming dari rasa cintanya. Ia tetap setia, terlampau setia malah. Bahkan ia membantu suaminya ketika mengalami pailit akibat krisis ekonomi. Bisnis Athirah yang jauh lebih sukses berhasil menyelamatkan semuanya. Betapa elegannya ‘pembalasan dendam’ Athirah, bukan dengan caci maki tapi dengan bukti cinta dan kesetiaan yang luar biasa. Katanya setelah Athirah meninggal, suaminya kemudian juga meninggal 3 bulan kemudian setelah tahu bagaimana sakit hatinya Athirah selama ia berpoligami.

Kepada putranya, Athirah mengajarkan pentingnya kesetiaan lebih dari apapun. Tentang menjaga wanita yang seharusnya tak pantas diduakan

Sosok asli Athirah

Sosok asli Athirah via mediakalla.co.id

‘Suatu saat Jusuf, suatu saat kau akan belajar dan mengerti arti kesetiaan. Sesuatu yang tidak hanya ada saat kau dihadapkan pada sesuatu yang membuatmu bahagia. Tapi juga saat kau berhadapan dengan sesuatu yang membuatmu berat…’ (Novel Athirah)

‘Berjuanglah  untuk perempuan yang sungguh-sungguh kau cintai. Dan bila telah kau dapat, jagalah dia sepanjang hayatmu…’ (Novel Athirah)

‘Jangan kau sia-siakan perempuan yang mengasihimu dan setia kepadamu.’ (Novel Athirah)

‘Hati laki-lakiku belajar tentang rasa sakit yang diperbuat kaum adam kepada hawa. Ketika kesetiaan tak berbuah kesetiaan.’ (Novel Athirah)

Jusuf Kalla menjadi sosok yang sangat setia kepada istrinya setelah tahu bagaimana luka sang Ibu semasa ia menemani beliau.

‘Emma, kau telah berhasil memberi kami pengajaran paling penting dalam hidup. Bagaimana batin bisa terjaga ikhlas dan penuh syukur saat melintasi berbagai peristiwa. Dan bagaimana menciptakan damai di atas kondisi yang tak adil sekalipun. Hidupmu adalah cahaya yang tak pernah mati.’ (Novel Athirah)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ceritagrammer