8 Ragam Rasa Saat Orang Nggak Enakan Menagih Hutang. Antara Geregetan tapi Sungkan

orang nggak enakan nagih utang

Sebagai orang nggak enakan, kami memang harus menghadapi banyak tantangan. Mulai dari susah bilang ‘tidak’ untuk semua permintaan sampai harus menerima kalau dimanfaatkan orang. Namun ada satu lagi tantangan yang selalu buat kami kewalahan sendiri, yaitu momen menagih hutang.

Advertisement

Padahal kami sudah menagih apa yang seharusnya dikembalikan dengan sopan, bahkan kadang sampai merendah. Namun bukannya dikembalikan, mereka yang meminjam ini justru mlipir pelan-pelan lalu menghilang. Mereka tak jarang menjadi pihak yang lebih galak daripada kami yang jelas-jelas tengah memperjuangkan hak. Dear, kalian yang tengah menghindari dari tanggung jawab ini, ketahuilah hal-hal yang kami rasai saat tulus membantu tapi justru teraniaya saat menagihnya.

1. Sungguh, awalnya niat kami tulus untuk menolong. Meminjami sedikit dari apa yang kami punyai agar kalian bisa terlepas dari beban hidup ini

Pas butuh, nangis-nangis biar kami luluh via unsplash.com

Rin, pinjemin duit dulu dong. Dua juta aja. Buat bayar kosan nih.

Kalian datang dengan muka melas. Lalu dimulailah kisah bahwa kalian lagi dilanda masalah. Dengan muka memelas dan nada bicara yang merendah, kalian berhasil buat kami iba. Jurus kalian yang terlalu sakti atau kami yang terlalu nggak enakan, akhirnya kami pinjamkan sebagian dari apa yang dipunyai. Setelah apa yang kalian inginkan digenggam, janji-janji manis ditebarkan. Salah satunya janji untuk segera mengembalikan secepat mungkin.

Advertisement

2. Namun kini keadaan berbalik. Kami sedang butuh-butuhnya dan ingin menggunakan apa yang dulu pernah kalian pinjam

Duh, sekarang malah butuh via unsplash.com

Selang beberapa waktu, semesta membalik keadaan. Kami dilanda masalah dan butuh hal yang dulu sempat dipinjamkan ke kalian. Bukannya tak ikhlas, apalagi ingin mengungkit hal-hal yang telah berlalu. Namun kami memang benar-benar membutuhkannya sekarang. Ingin segera menagih tapi lagi-lagi terhambat rasa nggak enakan ini.

3. Saat kami datang dengan niat tulus meminta kembali, kalian dengan entengnya bilang belum ada uang. Padahal di lini masa, pamer belanjaan

Ngembaliin hutang nggak bisa, tapi belanja tetap bisa dong ya~ via unsplash.com

Karena kebutuhan kami tersebut kian mendesak, akhirnya kami beranikan diri untuk menagih ke kalian. Usaha pertama, gagal total. Sebab tiap coba dihubungi, kalian kerap tak mengangkat. Lalu di usaha kedua, kalian bisa dihubungi. Ketika kami mengutarakan isi hati, kalian malah dengan entengnya bilang belum bisa mengembalikan dalam waktu dekat. Alasan kalian beragam, seperti duh, nggak ada duit nih atau minggu depan ya? Belum gajian soalnya. Padahal di media sosial, kalian justru pamer barang belanjaan yang mahal-mahal. Lah gimana? Katanya nggak ada duit tapi bisa foya-foya di luar sana.

4. Karena tak enak, kami akhirnya memberikan tenggat waktu. Tapi sampai sekarang kalian tak kunjung menunjukkan tanda-tanda baik itu

Iya deh, minggu depan aja~ via unsplash.com

Lagi-lagi karena sifat nggak enakan, kami akhirnya memberikan tenggat waktu pada kalian. Padahal kalau mau tega-tegaan, kami dulu tak sampai berpikir panjang untuk memberikan kalian bantuan. Tenggat waktu yang kami berikan juga cukup lama. Namun sampai detik ini, kalian tak juga menunjukkan tanda-tanda untuk mengembalikannya.

Advertisement

5. Lepas tenggat waktu, kami kembali meminta. Eh, kalian malah marah dan emosi sendiri

Lah, marah? via www.giphy.com

Lelah menunggu, kami kembali memberanikan diri. Kami meminta kembali dengan sopan dan baik-baik, seperti kami yang menghutang. Namun bukannya berniat baik, kalian justru marah-marah dan emosi sendiri. Seketika kami langsung teringat suatu ungkapan lebih galak mereka yang menghutang daripada kita yang beri bantuan.

6. Tak habis akal, kami tebarkan kode-kode di segala penjuru media yang kalian punya. Tapi dasarnya bebal, kalian malah semakin menghindar

Menghindar terus ~ via unsplash.com

Usaha mengambil kembali hak kami tak berhenti sampai di keseharian saja. Namun kami juga berikan kode-kode di dunia maya, tempat kalian ‘si peminjam’ eksis dan tebar pesona. Mulai dari kode halus unggah curhatan lagi butuh sampai kode keras menandai kalian dalam kiriman, semua telah kami lakukan. Hasilnya? Lagi-lagi kami diabaikan. Duh, gini amat ya berurusan dengan si peminjam yang bebal?

7. Tahukah bahwa seharusnya kami yang marah karena kalian yang tak tahu diri? Pinjam dikasih, eh malah pergi giliran ditagih

Eh kok malah marah? via giphy.com

Ada kalanya kami ingin meledak karena frustasi sendiri. Siapa yang pinjam siapa yang kesusahan sendiri? Ingin juga rasanya balik marah ke kalian dan memaki-maki. Namun selalu terhenti karena sifat nggak enakan kami ini. Kalau tahu akan berakhir begini, mungkin kami berpikir seribu kali dulu saat akan meminjami.

8. Saat itu kami sadar, ternyata susah menjadi orang baik zaman sekarang. Niatnya membantu tapi malah teraniaya di akhir waktu

Capek juga ya~ via wifflegif.com

Dari momen kesal dan perasaan teraniaya ini kami jadi belajar. Bahwa berusaha menjadi orang baik zaman sekarang memang susahnya luar biasa. Inginnya menolong tapi akhirnya justru menyusahkan diri. Kalau nggak ditolong nanti pasti kena nyinyiran yang bikin geregetan. Maaf ya wahai kalian yang selalu meminjam tapi ogah mengembalikan, terpaksa kami blacklist dari kesempatan kami beri bantuan. Bukannya pelit, bukan. Layaknya kedelai yang tak jauh di lubang yang sama, kami hanya coba belajar dari kesalahan.

Menagih hutang memang perihal paling sulit setelah mencari pekerjaan. Ditambah lagi, kami punya sifat nggak enakan yang makin mempersulit keadaan. Buat kamu yang masih berusaha meminta kembali haknya, stay strong and keep moving on! Buat kamu yang udah mengikhlaskan, semoga diberi pengganti yang setimpal. Buat kamu yang suka pura-pura lupa kalau sering minjam punya orang, hayo…kembalikan dari sekarang. Daripada nanti ditagih malaikat dan lupa bawa cash saat di liang lahat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE