Legitnya Jatuh Bangun Cari Pekerjaan Pertama. Buatmu Paham Skripsi Kemarin Belum Ada Apa-apanya

Susahnya cari pekerjaan pertama

Bangun siang, itupun harus diteriaki ibu dengan kencangnya, lalu duduk sejenak demi mengumpulkan nyawa. Saat masih kuliah dulu, pagi hari adalah momen yang paling kamu tunggu. Namun saat ini, saat ada tambahan dua huruf di belakang namamu, pagi hari rasanya berbeda sekali. Tiap pagi rasanya jantungmu berpacu lebih cepat. Apalagi ketika saat kedua matamu bertatapan langsung dengan ayah dan ibu, duh rasanya ingin bilang:

Bisa nggak sih satu aja lamaran pekerjaanku diterima?!

Iya, setelah bertahun-tahun hidup di perantauan dan menyelesaikan pendidikan, akhirnya sampai juga kamu di fase jadi pengangguran. Atas nama bakti kepada kedua orangtua, kamu kembali ke kampung halaman. Tentu saja dengan besar kepala dan semangat membara, kamu jumawa karena pasti akan mendapatkan pekerjaan di sana. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Bukannya lekas dapat pekerjaan pertama tapi kamu harus merasakan pedihnya jadi pengacara – pengangguran penuh nggak ada acara. Minggu-minggu pertama sih kamu biasa aja, tapi lama-lama kamu tertampar juga.

1. Bagimu, dulu skripsi adalah sesuatu yang paling menyeramkan. Sampai kamu bertanya dalam hati, “kenapa sih mau lulus aja susah begini?”

Kenapa sih skripsi susah gini? via unsplash.com

Dari semua mata kuliah yang pernah ada, skripsi menjadi raja di antara semuanya. Selain bobot SKS-nya lebih banyak, tapi perjuangan untuk melewatinya pun sampai mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kadang-kadang cinta. Ah kalau diingat-ingat lagi hanya bisa buatmu mengelus dada saking mirisnya.

2. Apalagi saat kamu dapat dosen pembimbing yang susahnya setengah mati. Dari proses ngajuin judul, konsultasi sampai revisi, bagaikan neraka yang buatmu bergidik ngeri

Belum siap besok revisi 🙁 via unsplash.com

Kalau ngomongin skripsi, nggak lengkap rasanya kalau nggak ngomongin dosen pembimbing. Pun denganmu yang mendapat beliau-beliau yang mmm susah sekali untuk sekadar ditemui. Nggak hanya sekali dua kali, tapi kesulitannya kamu temui dari ngajuin ide, konsultasi, sampai revisi. Kamu bahkan sampai iri hati dengan mereka yang berkesempatan dibimbing dosen lainnya, sehingga proses menuju kelulusan pun tak setersendat dirimu.

3. Pun ketika kamu ‘terpaksa’ kuliah dengan prinsip asal keterima. Pas udah lulus bingung mau melamar di lowongan pekerjaan yang mana~

Gini nih kalau kuliah dengan prinsip ‘asal keterima’ via unsplash.com

Masuknya susah, lulusnya susah, pas udah lulus juga susah cari kerja. Ah, dunia!

Mereka yang kuliah sesuai dengan passion dan jurusan yang dimau saja kenyataannya susah sekali mendapatkan pekerjaan. Apalagi kamu yang dengan sadar menjalani kuliah dengan prinsip ‘asal keterima’. Baru melihat lowongannya saja kamu udah kebingungan. Jelas butuh waktu yang lebih lama untuk sekadar bilang ‘lamar nggak ya?’

4. Malu rasanya kalau melihat ke belakang lagi. Apalagi kalau pas pendadaran dan wisuda dulu kamu senangnya heboh sekali

Malu sekali pas melihat ke belakang lagi via www.pexels.com

Waktu mengerjakan skripsi, kamu mengeluhnya setengah mati. Bilang kalau metodemu paling susah atau tema yang kamu bahas itu terlalu nggak mudah. Pun ketika pendadaran dan wisuda dulu. Saking merasa lega, kamu sampai bersorak kegirangan karena terlepas dari jahanamnya proses skripsian. Kalau momen-momen tersebut diingat-ingat lagi, kamu harus mengakui kalau malu sekali. Sebab proses mencari pekerjaan pertamamu jauh lebih jahanam daripada ini.

5. Berbulan-bulan nganggur di rumah pun mau tak mau dijalani. Ya mau gimana lagi, lamaran pekerjaanmu selalu saja terhenti

Kenapa ya belum dapat juga? via www.pexels.com

Minggu demi minggu kamu lewati. Sampai tak terasa, kamu jadi pencari kerja dalam hitungan bulan lamanya. Jangankan tabungan, uang untuk mencetak lamaran saja kadang kamu harus minta orangtua saking lamanya kamu belum berpenghasilan. Di momen ini kamu frustasi. Di momen ini pula kamu menjadi sosok yang paling rendah diri. Sebab dua huruf di belakang namamu nyatanya belum sempurna merapalkan mantranya. Satupun pekerjaan belum kamu dapatkan juga.

6. Kirim lamaran, wawancara, tapi ujung-ujungnya gagal lagi. Di episode ini kamu akan sadar, kalau proses cari kerja itu legit sekali

Ternyata nggak ada apa-apanya via unsplash.com

Berbulan-bulan menganggur bukannya kamu tak melakukan apa-apa. Hampir tiap hari kamu rajin mengecek situs penyedia lowongan atau rajin mengirim lamaran ke banyak perusahaan. Namun dari sekian banyak lamaran yang kamu kirimkan, nasib baik tampaknya masih malu-malu datang kepadamu. Sudah melamar, dandan cakep-cakep buat wawancara, tapi yang kamu dapat justru “maaf anda belum diterima.”

Di episode ini kamu akan terduduk dan sepenuhnya paham, bahwa momen mencari pekerjaan nyatanya beribu kali lebih kejam. Proses pencariannya pun legit sekali. Seperti aroma roti yang habis dipanggang. Ada tapi tak bisa kamu raih dan dapatkan.

Dosen killer sampai skripsi yang nggak rampung-rampung, nyatanya nggak ada apa-apanya. Dari proses pencarian pekerjaan pertama ini buatmu sepenuhnya membuka mata. Bahwa hidup yang sebenarnya baru dimulai dari sini. Bukan selepas keluar dari ruang sidang dan diberikan banyak bunga-bungaan. Buat kamu yang masih bergulat dengan skripsi, tenang! Tantangan hidup yang lebih brengsek menyenangkan udah menunggumu di depan. Ayo lekas selesaikan dan nikmati sebenar-benarnya kehidupan!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

Editor

Not that millennial in digital era.