Menilai Orang dari Penampilannya Sudah Terlalu Gampang. Saatnya Melihat Mereka dari Sisi yang Lebih Dalam

“Jangan nilai buku dari luarnya. Mending dapet buku komik yang sampulnya sederhana, daripada sampul bagus tapi ternyata buku kasbon.”

Advertisement

Begitu kata pepatah. Namun sayang, meski kita tahu prinsip ini sejak dulu, praktiknya tetap saja susah. Ketika bertemu dengan orang pertama kali, memberi skor terhadap penampilan orang adalah hal yang sering sulit dihindari. Mulai dari warna baju yang tidak matching, dandanan yang menor, atau gaya bicara yang medok dan lucu sering kita jadikan bahan penilaian. Padahal sejak dulu kita sudah tahu, menilai hanya dari penampilan sebenarnya merampas kesempatan kita mengenal pribadi seseorang yang sebenarnya. Pertanyaan yang lebih jauh lagi adalah:

Adilkah kita menilai orang hanya lewat apa yang terlihat saja?”

Menilai orang dari luar adalah salah satu hal termudah di dunia. Padahal jangan lupa, kita “diprogram” untuk mampu mengerti berbagai macam nuansa

jangan lihat penampilan

jangan lihat penampilan via pixgood.com

Tak dapat dipungkiri, saat bertemu bertemu orang lain cara pertama yang paling mudah dilakukan untuk memberi penilaian adalah dengan melihat penampilannya. Ketika melihat perempuan yang keluar hanya dengan menggunakan hot pants. kita bisa jadi dengan mudah melabelinya dengan sebutan “murahan” (!). Apalagi jika perempuan tersebut terlihat punya banyak teman pria, penilaian negatif pun dengan mudah kita lekatkan pada orang yang bersangkutan.

Advertisement

“Penilaian jadi jatuh pada apa yang orang lain kenakan, dan bukan apa yang mereka lakukan.”

Kebiasaan ini mungkin tanpa sadar kerap kali kita lakukan. Kita yang katanya muda dan berpikiran terbuka, menilai orang lain hanya dari sekilas pandang. Mungkin sebagai manusia kita lupa, bahwa setiap manusia punya sisi berbeda. Dengan hanya menggantungkan kemampuan indera pengelihatan, kita bisa dengan gampangnya memberi tanggapan.

Padahal kepribadian seseorang hanya bisa dimengerti hati. Ia terlalu “tinggi” untuk bisa ditangkap mata

Advertisement
berheni lihat kemasan

berheni lihat kemasan via cassiescottphotography.tumblr.com

Meskipun Tuhan memberikan kita kedua belah mata yang sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya, tapi mata tetaplah mata yang hanya bisa melihat sisi permukaan saja. Mata kita bukan alat bor yang bisa menelusuri sisi terdalam dari orang lain. Indera pengelihatan kita yang satu ini memiliki keterbatasannya sendiri. Isi hati dan kepribadian seseorang adalah sisi yang tidak bisa ia telusuri.

Karena itu rasanya terlalu cepat bila kita menilai orang lain hanya dari pertemuan singkat. Tanpa bermaksud menggurui, memberi penilaian dengan hanya menggantungkan pada penampilan terasa terlalu dini. Kita butuh waktu untuk mendalami sisi personaliti seseorang. Mereka yang dari luar terlihat dingin bisa jadi memiliki ketulusan yang belum terselami. Sebaliknya, orang yang dari luar terasa menyenangkan mungkin saja di dalamnya punya sifat yang sebetulnya menjengkelkan. Kita bukan malaikat yang tahu semua hal ‘kan?

Mengkotak-kotakkan manusia hanya dari apa tertangkap oleh mata membuat kita kehilangan kesempatan untuk mengenal orang tersebut sebaik-baiknya

kehilangan kesempatan

kehilangan kesempatan via mojok.co

Televisi kita pernah diramaikan dengan Menteri Susi yang saat itu tertangkap kamera sedang merokok. Pemberitaan bertambah heboh ketika perempuan nyentrik satu ini juga kedapatan memiliki tato di bagian tubunya. Berbagai komentar pun terlontar. Mulai dari yang pro hingga yang kontra berlebihan. Kebanyakan kalimat yang terlontar berkisar:

Ih perempuan kok bertato sih?”

Sudah perempuan, merokok lagi.

Kita yang jelas-jelas tidak mengenal Ibu Susi dengan serta melemparkan cemooh, komentar, bahkan hanya ledekan. Jangankan untuk mencari tahu seperti apa sih sepak terjang ibu tiga anak ini, berpikir logis seperti “Apa hubungannya jenis kelamin sama etika merokok?” atau “Apa hubungannya tato dengan kapasitas seseorang sebagai menteri?” mungkin tidak terbersit dalam pikiran kita. Hanya dengan melihat penampilan luar saja, kita dengan mudah memberi berbagai penilaian.

Harus diakui sulit memang kita melepaskan sepenuhnya kebiasaan melihat dari orang lain dari penampilan. Selalu ada masa di mana kita menumpukan pendapat dari sesuatu yang bisa terlihat. Akan tetapi, ada baiknya sebelum kita memberi penilaian, luangkan waktu terlebih dahulu mengenali orang dari bagian lainnya. Mulailah melatih diri untuk mau menyelami sisi terdalam dari seseorang.

Ketika kita membiasakan diri untuk tidak terpaku menilai orang lain dari sisi luarnya saja, sesungguhnya akan ada banyak keuntungan yang kita dapatkan. Keuntungan tersebut adalah kesempatan untuk mengenali orang secara lebih dalam. Selalu ada kejutan yang kita dapatkan ketika memutuskan untuk mengenal orang lain secara lebih mendetail . Seseorang yang pada awalnya kita nilai biasa-biasa saja, bisa jadi justru memiliki sisi yang begitu istimewa di dalam sana.

Mungkin sekarang kita harus lebih banyak menggunakan hati. Karena hal-hal terbaik di dunia justru tak bisa terlihat oleh mata

Mengubah cara pandang jelas bukan sesuatu yang gampang. Tapi, bukan berarti tidak bisa kita lakukan. Dengan kemauan yang kuat, pelan-pelan kita dapat merubah arah pemikiran. Dari yang tadinya sibuk menilai orang dari kemasan luar menjadi lebih detail dengan sisi terdalam.

Kuncinya? Tantang dirimu. Ketika kamu menyimpulkan sesuatu, tanyakanlah pada diri sendiri: “Benarkah kesimpulan yang baru aku buat ini? Logiskah alur pemikiranku? Atau semua itu hanya prasangka dan aku sudah tak sengaja menjadikan orang lain korbannya?”

Selalu ada sisi baik dari setiap insan meski penampilan luarnya tidaklah menyenangkan. Kamu, saya, dan mereka memiliki porsi yang sama untuk dinilai dengan lebih baik lagi. Tuhan itu luar biasa; dan tidak ada manusia yang diciptakan-Nya dengan sederhana.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Travel addict...

CLOSE