Teruntuk Yang Pernah Menjadi Lelakiku

Mungkin kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini, tapi biar. Biarkan aku tetap menulisnya untukmu. aku hanya ingin mengadu, sebab kita tak mungkin bisa bersatu. Pun juga bersua (lagi) layaknya dahulu.

Advertisement

Hari ini seperti biasa, aku menjalani hariku. Bukan kah seharusnya begitu? aku harus terus melangkah, tidak ada atau pun ada kamu. Hidupku harus terus berlanjut. Sedih? tentu, bahkan sampai saat ini, pasca kamu bilang kamu membenciku. Kalau pun saat ini tidak ada kelas, aku mungkin sudah mengurung diri di kamar. Begitu menyedihkankah? ironis ya? Begitu mengetahui kamu membenciku rasanya aku ingin menghilang saja, aku tidak berguna, karena orang yang ku sukai membenciku.

Wahai yang pernah menjadi lelakiku, kalau pun kamu membenciku, percayalah bahwa aku tidak akan pernah bisa membencimu. Aku kecewa, iya sangat kecewa, tapi itu hanya hitungan hari, aku tak bisa berlama-lama berada pada sumur yang memendam kekecewaan padamu. Aku tidak bisa, berulang aku katakan aku tidak bisa bersikap sarkastis. Aku tidak bisa untuk menyakiti orang lain. Biar aku saja yang merasa paling tersakiti. Kalau pun kamu membenciku, tak ada hal yang bisa ku katakan lagi, sisi ironimu yang tak pernah ku ketahui telah kau buka. Kamu bilang silahkan tersiksa dengan perasaan itu, iya aku tersiksa, aku jatuh. Aku patah sepatah patahnya, aku menikmati perasaan yang menyakitkan ini.

Wahai yang pernah jadi lelakiku, maaf aku egois, terlalu mementingkaan egoku untuk terus mempertahankan hubungan ini, padahal aku tau kamu ingin berhenti. Tapi sekarang, pergilah. Aku tidak akan menahanmu, aku tidak akan kembali lagi seperti bulan lalu. Aku tidak akan mengganggumu, silahkan cari penggantiku, yang lebih baik dariku, yang lebih bisa memahami dan mengertimu, jauh lebih bisa menyayangimu, dan tentu yang sejalan denganmu. Tolong jangan minta aku untuk move on, kamu tau hijrah ke hati yang lain itu lebih sulit dari sekedar membalikkan telapak tangan, aku sudah terlanjur menyayangimu, lahir dan batin. Sungguh jangan tanya kenapa, karena aku tidak pernah tau. Aku hanya menyayangimu. Itu saja.

Advertisement

Wahai yang pernah jadi lelakiku. Kamu berhak bahagia, maaf berbulan-bulan telah membuatmu menanggung perasaanku, menanggung bebanku, menanggung hal yang kau sebut itu dosa. Maaf karena perasaanku mengikatmu untuk tidak mencari penggantiku. Tapi percayalah, aku bahagia melihat kamu dapat tersenyum, pun dengan pasanganmu, kelak. Meski aku lara, hingga aku merasa bertubi-tubi hatiku hancur oleh perasaan itu. Perasaan yang masih mencintaimu.


Wahai yag pernah jadi lelakiku. Kau patut bahagia, kamu berhak bahagia, kamu berhak menjemput masa depanmu, kamu berhak membanggakan orang tuamu, dan sekali lagi untuk yang kesekian kalinya aku minta maaf karena (mungkin) aku pernah menjadi penghalang setiap hakmu.

Advertisement

Wahai yang pernah jadi lelakiku, aku masih menyayangimu, aku masih mencintaimu, butakah aku?


Orang bilang, dijauhkan dari lelaki yang pernah menjadi bagian hidupmu itu seharusnya disyukuri. Mungkin belum beruntung saat ini, dan akan diganti kemudian hari. Tapi kenapa aku tidak? Kenapa aku sebenarnya belum ikhlas kamu pergi? Kenapa dengan banyak hal yang semesta tunjukkan dengan kekuranganmu aku tidak bisa membencimu? Kenapa masih saja aku menyayangimu? Haaah, lagi-lagi aku egois.


Wahai yang pernah jadi lelakiku, aku tidak menyesal menyayangimu, aku bahagia, sungguh. Berbahagialah dengan jalan dan pilihan-pilihan hidupmu.


Wahai yang pernah jadi lelakiku, percayalah aku lara di sini, kota ini keras, aku harus mencari timbal balik yang sebanding dengan usahaku, aku ingin berjuang. Mencari hal yang biasa disebut orang pendidikan. Aku ingin sepertimu, pintar. Percayalah sekarang hatiku beku, percayalah tak ada orang yang bisa ku ajak berbagi cerita selain kamu. Sahabatku pun sekarang sedang berjuang mencapai mimpinya.


Wahai yang pernah jadi lelakiku, aku begitu merindukanmu, aku ingin mengatakan aku rindu. Tapi apa guna semua ini pada akhirnya?


Wahai yang pernah jadi lelakiku, aku ingin mencari kesibukan, apa pun itu. Aku ingin berkembang, aku ingin mencari pengalaman. Aku ingin bangkit dari lara ini. Tapi bukan berarti aku melupakanmu, tidak. Kau tau aku tidak bisa untuk itu. Seharusnya kamu tau, hatiku selalu berteriak tidak untuk lelaki lain. Karena jauh sekali aku menerawang membayangkan wajahmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

dan sebagainya dan sebagainya. manusia yang tidak pernah selesai akan diri sendiri.

CLOSE