Ramadan Pertama Tanpa Sosok Bapak

Pelita hidup yang dulu ada, kini tiada. Dipanggil sang pencipta.

Bulan puasa tinggal beberapa hari lagi, biasanya disambut dengan gembira. Kini rasanya ada nyesek yang mengganjal di dada. Ketika mendengar atau melihat meme tentang ramadan mulai bertebaran, ada tangis yang ditahan. Tahun lalu Bapak pergi, tak bisa bertemu dengan puasa kali ini. Biasa berkumpul bersama, kini hanya harus mengunjungi Bapak di tempat tidur terakhirnya, memanjatkan doa agar beliau bahagia di sana.

Advertisement

Ada yang akan berbeda suasana menjelang sahur dan berbuka. Biasanya terdengar suara Bapak mengaji mungkin kini hanya sunyi, yang biasa Bapak meminta menu makanan kini mungkin makan seadanya. Semangat Ibu yang masih meredup. Ada tangis yang belum mereda, tangisan Ibu sepertinya akan mewarnai hari-hari di puasa tahun ini.

Apa mau dikata semua harus tetap dijalani, sesulit dan sepedih apa pun keadaannya jika diingatkan kehidupan hanya singgah sementara, kita hanya sedang menunggu giliran, semua sudah mendapat nomor antrian.

Saya ingat dulu Bapak menggendong saya ketika masih kecil, beliau berharap puasa saya tamat sampai magrib. Membuatkan mainan, mengajak jalan-jalan, apa pun dilakukan agar anaknya belajar kuat menahan. 

Advertisement

Ketika lebaran tiba, Bapak antusias membelikan baju baru. Hari ini saya menggantikan Bapak untuk menguatkan hati Ibu. Membuatnya bahagia, meski Ibu pasti banyak nangisnya. Entahlah, tak orang yang bisa siap dengan kehilangan, pun bagi Ibu. Beliau harus kehilangan belahan jiwanya. Sementara saya harus kehilangan pedoman dan penunjuk jalan, nasihat-nasihatnya masih selalu saya rindukan.

Doa adalah satu-satunya cara menyayangi dan memeluk mereka yang telah tiada, dari kejauhan. Kehidupan yang sudah berlainan, tak ada satuan jarak tempuh. Tak ada alamat untuk dituju, selain gundukan tanah. Tak lagi ada canda tawa Bapak dan Ibu, tak ada perdebatan baju lebaran. Genap yang kini ganjil.

Advertisement

Bagi siapapun yang tahun ini harus puasa tanpa sosok yang paling kita sayangi. Sabar mungkin sudah muak kita dengar, saya hanya ingin berkata hidup masih harus tetap berjalan, jaga yang kini ada. Karena kita tak pernah tahu kapan kita atau mereka akan pergi dari kehidupan. Jangan ada penyesalan setelah kehilangan, bahagiakan mereka semampunya.

Fase terberat untuk dijalani, fase menyakitkan untuk dilalui. Tapi ketetapan memang haruslah terjadi. Takdir tak bisa diusir, kematian adalah bagian akhir. Awal baru penuh haru.

Semoga mereka yang tiada diberikan ampunan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati hidupmu.

CLOSE