5 Event Budaya Festival Tidore yang Sangat Kental Dengan Prosesi Adatnya

Budaya

Kota Tidore Kepulauan terletak di bagian Timur Indonesia,atau lebih tepatnya sebelah utara di bagian tanah Maluku. Pulau yang menjadi ikon dalam uang seribu tersebut sebentar lagi akan Merayakan Hari Jadinya yang ke 910 tahun pada tanggal 12 april 2018 mendatang.

Advertisement

Festival Tidore 2018 mengangkat tema “Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim”. Bagi masyarakat Tidore,t radisi dan intisari kebudayaan berisi ajaran moral dan etika harus selalu terjaga. Serta aspek kemaritiman (bahari) adalah bagian dari refleksi akan ketegasan membangun identitas jati diri masyarakat Tidore. Festival Tidore berlangsung sejak tanggal 30 maret 2018 sampai dengan acara puncak yakni 12 april 2018.

1. Ritual Rora Ake Dango,

Ritual Ake Dango adalah ritual yang paling sakral dari berbagai macam prosesi ritual yang terdapat dalam acara festival tidore. Dalam bahasa Tidore Rora Ake Dango berarti Air Suci Lima Marga. Ritual ini merupakan pertemuan lima marga untuk mengantarkan air yang yang di ambil dari puncak gunung tidore dan di tempatkan dalam seruas bambudengan menggunakan Rau (mangkuk putih) dan di taburi bunga Manuru. Air tersebut di semayamkan di rumah para Sowohi untuk di doakan selama satu hari karena akan di doakan dalam prosesi ratib Haddad Faraj oleh Imam Syara Kesultanan Tidore. Sowohi adalah penghubung antara kesultanan Tidore dengan para Leluhur.

Advertisement

Dalam ritual ini,anak keturunan Soa Romtoha Tomayou akan melakukan moro-moro dan kabata yang berisikan pesan-pesan leluhur untuk dijaga oleh seluruh masyarakat adat Tidore. Dengan adanya Ritual Ake Dango ini sekaligus membuka dengan resmi Acara Budaya Festival Tidore 2018. Acara ini dilaksanakan pada jum’at (30/03/2018). Pada apukul 20.00 WIT di Sonine Gurua,Gurabunga. Dengan suasana yang sangat khidmat dan gelap yang hanya di terangi obor-obor api dan di sakisikan oleh seluruh masyarakat tidore,wisatawan dalam negri maupun luar negri,dan Mentri Pariwisata Arief Yahya.

2. Ratib Haddad Farraj

Advertisement

Prosesi ritual ini berkesinambung dengan ritual Ake Dango. Prosesi ini ialah prosesi permohonan doa yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi Sultan Tidore, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Mentri) Kesultanan, Bala Rakyat dan Negri Tidore, Negri dan masyarakat Tidore. Prosesi ini di laksanakan pada waktu subuh atau setelah prosesi Rora Ake Dango selsai dan disaksikan oleh para Sowohi Soa Romtoha Tomayou Lainnya.

3. Festival Seni Budaya Moloku Kie Raha,

Dalam falsafah hidup masyarakat Maluku utara, Moloku Kie Raha berarti persahabatan empat gunung. Gunung dalam hal ini bermakna sebagai kerajaan. Sehingga Moloku Ke Raha dapat berarti persaudaraan empat kerjaan. Empat kerajaan tersebut ialah Ternate,Tidore,Jailolo dan Bacan.

Dalam festival ini akan ada Pentas Seni,Dialog Budaya,Pameran Arsip, Karnaval Budaya,Seminar Budaya,dan Karnaval Anak Tidore yang melibatkan anak-anak dari Taman Kanak-kanak yang mempresentasikan budaya Tidore. Festival Seni Budaya Maluku Kie Raha ini dilaksanakan pada tanggal 1-4 april 2018 di Kadato Kie Kesultanan Tidore.

Lufu Kie & Parade Juanga, Lufu Kie adalah ritual mengelilingi pulau Tidore dengan formasi Houngi Taumoi se-Malofo melalui jalur 4, laut dengan menggunakan kapal-kapal Kesultanan dan menyinggahi beberapa tempat keramat sebagai bentuk ziarah terhadap leluhur. Ritual Lufu Kie & Parade Juanga selalu ada setiap menyambut Hari Jadi Kota Tidore Kepulauan. Lufu Kie & Parade Juanga dilaksanakan pada hari Rabu,7 April 2018.

Dahulu pada zaman penjajahan Belanda, saat itu Sultan dan para Bobato melihat gejala alam yang menandai akan terjadinya sesuatu yang mengganggu ketenangan masyarakat. Saat itu juga, Sultan Tidore Yang Mulia Sri Paduka Tuan Sultan Syaifuddin langsung menggerakan armada perang untuk mengusir VOC dari tanah Tidore.

Formasi Lufu Kie terdiri atas Kagunga Sultan (Perahu Kesultanan Tidore) dengan kawalan Juanga Hongi Taumoi se Malofo yang berarti barisan Juanga atau barisan 12 perahu Kora-Kora. Sebelum melaksanakan ritual Lufu Kie, Sultan bersama bobato serta para pengurus kesultanan dan masyarakat adat melakukan pembacaan doa bersama di Kadaton kesultanan Tidore. Lalu kemudian di arak menuju pelabuhan di mana semua perahu (Juanga) sudah dihiasi dengan umbul-umbul,janur,dan bendera untuk masyarakat adat dalam mengiringi Sultan pada Acara Lufu Kie.

Ritual ini di maksud untuk menghindari masyarakat dari berbagai bencana. Selain itu, para rombongan Lufu Kie selalu menyempatkan diri untuk singgah di Pelabuhan Batu Ternate (Dodoku Ali) memberikan salam kepada Sultan Ternate. Ritual Lufu Kie & Parade Juanga selalu dinantikan setiap tahun nya oleh masyarakat sekitar, karena bagi mereka melihat parade juanga mampu mengenang perjuangan Sultan dan para Bobato demi menyelamatkan Tidore.

4. Paji Nyili-Nyili,

Sebelum menyambut acara upacara Perayaan Hari Jadi Kota Tidore (12/14/18), malamnya akan ada ritual Paji Nyili-Nyili (11/4/18). “Paji” dalam bahasa tidore berarti Bendera sedangkan “Nyili” berarti Daerah. Kegiatan dama Nyili-Nyil merupakan simbol semangat sejarah perjuangan Sultan Nuku dan pasukannya.

Paji Nyili-Nyili akan dibawa oleh pasukan,lalu di antar ke masing-masing kelurahan dan di terima. Peserta berjalan kaki dan hanya di terangi oleh lampu obor api. Lampu penerangan jalan pun semua di matikan,penyerahan Paji Nyili-Nyili diiringi dengan lantunan shalawat Nabi sebagai ungkapan rasa syukur. Pada saat Paji Nyili-Nyili selsai di antar di kesultanan Tidore pada waktu subuh, kemudian dilanjutkan dengan Upacara adat puncak Hari Jadi Tidore.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE