Sebelum Semuanya Selesai dan Kita Hanya Penuh dengan Penyesalan

Sebelum semuanya terlambat

Alvin Sanjaya remaja berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA ini bercita-cita ingin menjadi seorang konselor. Hal yang melatarbelakangi keinginannya itu dikarenakan kondisi keluarganya yang kurang harmonis. Dia berpikir cukup dirinya saja yang menjadi korban broken home, dia ingin membantu teman sebayanya agar tidak depresi. Pagi itu setelah sarapan Alvin berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah.

Advertisement

Sesampainya di sekolah, seperti biasa para sahabatnya sudah setia menunggu kelas dimulai. Namun, berbeda dengan Alvin yang hampir setiap hari dia terlambat.

"Woy bro tumbenan lu gak telat." ucap salah satu sahabatnya, posturnya tinggi mukanya agak seram, nakal tapi pintar, Ardi namanya.

"Lah emang gua pernah telat?" tanya Alvin yang tidak sadar diri.

Advertisement

"Iyadah terserah lu aja Vin, lu mah paling rajin." ejek Ardi.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09.15 itu artinya waktu istirahat sudah kelewat 15 menit. setelah diperbolehkan keluar untuk istirahat seperti biasa Alvin langsung bergegas ke bangku pojok di kantin sekolahnya, disana sudah ada rombongan sahabat Alvin yang berbeda kelas dengannya.

Advertisement

"Yon bahas apaan sih? Tegang banget kaya debat capres." tanya Alvin penasaran sambil membawa es jeruk dan gorengan.

Rombongan Alvin itu sering dianggap pembuat onar di sekolah. Dion hobinya berantem, Reza alias codet alias sang panglima tawuran, Ardi tukang tidur di kelas, dan Alvin si tukang terlambat.

"Ini Vin si Dion tadi dihadang sama anak-anak STM." jawab codet sambil menyantap batagor kesukaannya. Kriiiinggggg…….. Bel tanda masuk berbunyi, 

"Sialan belom juga kelar ceritanya udah masuk aja gegara Pak Kumis nih jadi kurang kan istirahatnya." ketus Alvin.

Mereka pun memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan tadi sepulang sekolah di warung Mbok Minah. Belum dimulai pembahasan hp Alvin berbunyi menampilkan nama Adek sayang di layar langsung saja dia mengangkat telepon tersebut.

"Halo bang, cepetan pulang, ibu dipukulin bapak lagi." tanpa pikir panjang Alvin langsung mematikan sambungan telepon itu dan segera pulang ke rumahnya yang membuat semua sahabatnya keheranan.

"Woy, lu mau kemana anjim." teriakan itu tak digubris oleh Alvin.

Sesampainya di rumah ibu dan adik Alvin menangis sambil berpelukan. Ayahnya sudah pergi entah kemana. Tak berapa lama setelahnya (tok tok), 

"Permisiii assalamu'alaikum," seru Ardi yang langsung masuk rumah Alvin, dengan otomatis ibu Alvin langsung menyeka air matanya dan memilih untuk masuk ke kamar.

"Eh anjim lu emak gua lagi ada masalah tadi main masuk aja lu." omel Alvin yang hanya dibalas tawa oleh Ardi.

Kemudian Ardi mengingat tujuan awalnya datang ke rumah Alvin adalah untuk memberitahukan acara sahur on the road yang akan dilaksanakan pekan depan bersama teman-teman yang lainnya.

"Eh cuy buat masalah Dion tadi gak usah lu pikirin ya gak usah diperpanjang soalnya pekan depan kita mau ada sahur on the road gak enak kalo ada masalah sama orang tu ntar jadi bahaya buat kita juga." jelas Ardi buru-buru takut ucapannya dipotong oleh Alvin. 

Seminggu berlalu, Alvin dan teman-temannya sudah bersiap untuk acara sahur on the road, mereka berkumpul di rumah Dion. Setelah semuanya lengkap mereka langsung menuju ke alun-alun untuk membagikan nasi bungkus kepada tukang becak dan tukang ojek yang masih mangkal di sekitaran alun-alun. Ekspresi mereka yang senang menerima nasi itu menciptakan ukiran senyum di wajah manis Alvin.

Setelah membagikan nasi bungkus mereka memutuskan sahur di depan minimarket yang buka 24 jam. Tiba-tiba ada segerombolan orang yang ternyata mereka gerombolan anak STM yang pernah menghadang Dion. Dengan sigap Codet menghalau gerombolan itu dengan menggunakan sabuknya hingga mereka mundur dan memberi kesempatan teman-temannya untuk kabur.

Tak berhenti di situ saja segerombolan orang tadi balik mengejar geng Alvin menggunakan motor. Alvin yang saat itu berlari sendirian karena memang mereka berpencar naasnya malah Alvin yang dikejar sampai tiba-tiba "bugh" tongkat baseball mendarat di bagian belakang kepala Alvin, dia terjatuh, tubuhnya lemas, dan penuh darah. Sebelum matanya benar-benar gelap Alvin melihat bahwa teman-temannya melawan dengan cara apapun demi menolongnya sampai suara sirine polisi membubarkan tawuran tersebut. 

Alvin bangun dan berlari lalu memberhentikan ojek.

"Pak tolong saya, antarkan saya pulang." selama perjalanan Alvin tak henti-hentinya bercerita sambil menangis.

"Pak saya ini gak ikut tawuran, saya cuma bagiin nasi buat sahur terus tiba-tiba saya diserang begini pak, tolong nanti bantu saya ngomong ke ibu bapak saya ya pak, saya takut mereka kecwa sama saya hikss hiksss."

"Iya dek kamu tenang dulu namamu siapa?" tanya si bapak ojek tadi.

"Saya Alvin pak, Alvin Sanjaya, bapak siapa?" Alvin balik bertanya.

"Panggil aja Bang Alif" jawab si tukang ojek yang dibalas

"Oh iya pak" oleh Alvin sambil menunjukkan jalan ke rumahnya.

Terlihat bendara kuning terpasang di depan rumah Alvin

"Pak stop saya turun disini aja." Alvin langsung berlari ke rumahnya.

Bang Alif heran dengan kelakuan Alvin yang minta turun di depan gang padahal dia sendiri yang minta diantar sampai rumah dan dibantu untuk bicara ke orang tuanya. Bang Alif akhirnya megejar Alvin dan betapa kagetnya dia melihat Alvin sudah tegeletak tak bernyawa, langsung saja ia mengatakan apa yang baru saja terjadi. 

"Pak, Bu maafin den Alvin ya dia anak baik, dia tadi cuma bagi-bagiin nasi tapi tiba-tiba diserang." ungkap Bang Alif.

"Bapak siapa? Iya kami sudah memaafkan anak kami pak. Seharusnya kami yang minta maaf karena tidak bisa menjaga anak dengan baik." jawaban dari ayahnya Alvin yang sambil menahan air matanya yang sudah hampir turun.

"Saya tadi diberhentikan sama anak muda ngakunya nama dia Alvin Sanjaya terus dia minta dianter kesini. Dia cerita panjang lebar pak minta tolong ke saya buat bantu jelasin ke ibu sama bapak." ungkap Bang Alif menjelaskan.

"Terima kasih ya pak sebelumnya karena sudah mau mengantar Alvin sampai ke rumah. Mungkin Alvin pengen nyampein sesuatu dan ternyata bapak orang yang dipilih. Saya sangat menyesal pak selama hidupnya Alvin kurang mendapat perhatian. Saya orang tua yang jahat pak." ucap Pak Anto, ayah Alvin, sambil tak henti-hentinya menangis karena menyesali akan perbuatannya selama ini. Tukang ojek tadi pun berpamitan untuk pulang. Alvin dimakamkan pada keesokan harinya di pemakaman keluarganya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE