Andai Waktu Bisa Kembali, Mungkin Aku Tak Akan Membiarkanmu Jatuh ke Pelukan Orang Lain

Jadi Asing Kembali

Engkau mungkin tak tahu, atau bahkan, tak lagi ingin tahu perihal seberapa hancurnya hari-hari yang dijalani semenjak engkau memilih pergi. Menuju tempat yang membuatmu tak lagi peduli dengan semua rangakaian cerita yang kini hanya tinggal lara. Cerita pedih dan luka dari tetesan tinta yang menyamar sebagai air mata, dari merah darah yang menolak untuk tumpah. Engkau kini menjadi seorang yang hanya bisa kutemui lewat hayalan dan sesekali datang ke dalam mimpi. Lirih pedih masih saja menjadi tema tiap kesepian yang sering kali hadir, bahkan di tempat yang sangat ramai oleh orang-orang.

Ringkih ini masih menolak orang lain untuk datang menyembuhkan, juga aku yang sering kali memintanya kepada Tuhan meski belum juga dikabulkan. Semakin ke sini, engkau semakin menolak dilupakan. Engkau masih menjadi lalu lintas yang sibuk, di kepalaku. Menawarkan kembali bahagia padahal hanya samar duka dalam bentuk lain pada kenyataannya.

Malam-malam yang ramai oleh tawa, hanya memperparah lukanya saja. Dunia maya hanya menjadikanku seorang yang masih mencari tahu perihal kabarmu. Meski saat ini, engkau sudah jarang untuk posting tulisan atau poto kebahagiaan. Engkau diam, dan rindu yang semakin dalam menikam. Aku sering ingin tahu perihal hari-hari yang kau jalani. Apa kau menjalani semua dengan bahagia, atau tetap saja menderita. Sama seperti di awal ketika engkau berkata menerimanya dengan terpaksa.

Tapi, tak usah engkau peduli dengan semua yang aku rasakan sekarang. Aku dan kau sudah tak lagi berhak hanya untuk sekadar mengenang ke belakang. Karena semua yang terjadi, tak akan membuat kita akan kembali seperti angan yang pernah kita rencanakan. Kita sudah bukan lagi menjadi kita, kita telah resmi menjadi orang asing. Bahkan mungkin, aku merasa, kita sudah tak sebumi lagi. Sesekali aku ingin sekali tahu kabarmu, ingin sekali menyapamu lagi. Aku tak pernah ingin kita asing begini, aku tak mengharapkan kita harus saling melupakan. 

Andai waktu bisa diputar, mungkin aku tak akan membiarkanmu jatuh ke pelukan orang lain, andai sedikit saja kau mau menunggu sudah dipastikan aku akan membawamu ke penghulu. Tapi aku tahu, takdir memang tak setuju untuk kisah kita. Ia memberikan kita perpisahan lengkap dengan tangisan. Kau terlanjur menerima pinangan orang lain, meski meronta kau tak pernah bisa lepas dari jeratnya. Sepucuk surat undangan kau layangkan, lengkap dengan isak penyesalan dan saling menyalahkan, ketika ego memainkan peran, aku pun kau tinggalkan. 

Sejak perpisahan itu terjadi, kita menjadi sepasang yang sama-sama menyesal. Terus bertanya, mengapa bisa? Janji-janji yang pernah bersemi kini hanya menyisa hujan dan membasahi pipi, foto-foto yang masih tersimpan itu memedihkan mata, membangunkan lagi luka, harapan-harapan yang pernah kita bayangkan kini jadi bom waktu yang ledakannya mampu membuat rapuh. Kuharap kau bahagia, meski bagiku kau adalah apa yang abadi mengalir pada nadi. Kau masih hal menyebalkan karena berulangkali gagal aku lupakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati hidupmu.