Apa Kabar Kamu? Bolehkah Aku Merindukanmu Sekali Lagi?

Belajar menerima kehilangan memang dilakukan seumur hidup.

Bolehkah aku merindukanmu sekali lagi?

Advertisement

Kamu apa kabar? Ah rindu sekali rasanya, sudah lama kita tak pernah lagi saling sapa. Kita seolah lupa bahwa pernah sama-sama khawatir jika salah satu dari kita tiba-tiba tiada. Kita kini saling asing, saling sapa dalam diam, di malam-malam yang sunyi kau kembali menjelma belati yang menusukku berungkali.

Pertemuan pernah jadi kabar yang paling membuatmu bahagia sekaligus kesal karena harus menunggu kedatanganku. Masih ingatkah itu? Tak apa jika sudah lupa. Aku tahu, kita sudah berpisah sejak beberapa tahun yang lalu, tapi kenangannya masih terukir jelas pada ingatan. Ia menjelma prasasti yang menolak untuk dihapus begitu saja. 

Kita telah lama berpisah, alasannya tidak masuk akal karena pada dasarnya kita memiliki doa yang sama. Kita bahkan telah merencanakan segalanya sebelum takdir memberikan jawaban perpisahan. Kau lebih dulu menemui penghulu dan aku memberanikan datang saat itu untuk mewujudkan permintaan terakhirmu.

Advertisement

Jika berandai-andai harusnya perpisahan itu tak perlu terjadi, andai kau pun mau menunggu sebentar lagi. Tapi kini, segalanya sudah terlanjur jadi cerita yang sesekali masih menyebabkan luka. Ada saat-saat tertentu kebahagiaan berubah haru, ketika ada hal yang mengingatkan segala tentangmu. 

Melupakan dan mengingatmu seperti menggenggam sembilu, yang semakin aku genggam darah semakin banyak tumpah. Semakin aku lepasakan sembilu itu, semakin kenangan menyerbu dengan peluru melubangi setiap inci dadaku. Membuatnya semakin sesak ketika tiba-tiba terdengar kau masih saja terisak karena sadar sudah tak lagi berhak membicarakan kelak.

Advertisement

Setiap hari, waktu membawamu semakin jauh dari jangakuan lengan yang dulu aku gunakan untuk menopang setiap sedu sedihmu. Karena melihatmu baik-baik saja ialah apa yang begitu membuatku benar-benar lupa kepedihan yang pernah terjadi sebelumnya.

Kini, kesedihan dan kerapuhan kau titipkan kepadaku yang membuat perjalanan pergimu begitu kencang melaju. Meninggalkanku yang hanya bisa menyaksikan apa yamg sebelumnya tak pernah terbayangkan. Ketika aku berniat menikahi dengan aamiin yang begitu sungguhan. Namun takdir angkuh tak setuju, takdir pula yang akhirnya mempertemukanmu dengannya. Dan membiarkanku mengenali rasa pedih untuk bekal kehidupan ke depan.

Doa semoga lekas bahagia kau ucapkan begitu meyakinkan, dia yang sekarang denganmu kemudian begitu kencang mengaminkan. Menyuruhku menyaksikanmu di pelaminan, menyuruhku menyerah untuk tak pernah lagi mengharapkan.

Ya, ikhlas memang pilihan terbaik meski begitu mudah diucapkan namun begitu sesak ketika harus dilakukan. Di sini aku sekarang, bersama serpihan perasaan yang masih berantakan dan belum sempat aku rapikan. Studiku sekarang telah selesai, mari kita menikahkan kenangan agar lekas bahagia tanpa perlu lagi menyesali apa yang akhirnya tidak terjadi.

Aku sering ingin tahu yang ada dalam perasaanmu setelah hujan menyapa halaman. Masihkah namaku menjadi doa rahasia agar lekas bahagia?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati hidupmu.

CLOSE