Bagaimana Bisa Aku Melanjutkan Hidup, Ketika Buku Kehidupanku Ada Padanya?

Namanya Kain. Hmm… tidak, sebenarnya bukan itu namanya. Namun sebut saja dia Kain, ya? 

Advertisement

Seseorang dengan tatapan paling teduh yang menenangkan, pemilik genggaman hangat yang menghangatkan, dan pemilik suara paling memabukkan yang pernah ku dengar. Iya. Dia Kain. Si penguasa hati yang berhasil membuat hatiku jatuh sejatuh-jatuhnya.

Jika ditanya kapan aku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, maka akan ku jawab, saat pertama kali aku melihatnya dari atas balkon sekolahku. 

Terekam jelas saat itu, kulihat Kain, berjalan dengan ciri khasnya yang membuatku tak pernah memalingkan tatapan kearahnya. Dia benar-benar terlihat cool. Bahkan sangat. 

Advertisement

Sejak hari itu, aku lebih sering memperhatikannya. Memperhatikan bagaimana cara ia berbicara dengan temannya, tertawa bahkan saling melempar lelucon yang terkadang terkesan tak lucu. Suaranya yang begitu khas saat tertawa sangat menyenangkan untuk diterima dalam kepala. Setiap ucapannya indah untuk dicerna. Lawakan garingnya ketika bercanda berhasil menghipnotisku untuk tak terlena. Sial. Dia benar-benar terjebak di kepalaku. 

Kukira saat itu hanya kekagumanku terhadapnya, namun ternyata salah. Ia berhasil membuat hatiku bergemuruh kencang hingga seluruh energiku terkuras ego yang terik menerpa relung jiwa. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mengaku kalah oleh ego. Aku telah jatuh cinta padanya. 

Advertisement

Tak ada yang mengira, aku dan Kain bagaikan dua tokoh skenario yang ditulis Tuhan untuk saling jatuh cinta, membuat alur untuk terus saling bersama. Kain selalu denganku, dan aku tak pernah tanpanya. 

Walaupun tak semulus yang diharapkan, kala itu, tepatnya April, di tahun 2019, sebuah kejelasan diproklamasikan. Aku dan Kain, terikat menjadi sepasang kekasih, memunculkan perasaan dan harapan baru di hatiku. Harapan untuk terus bersama dengannya. 

Aku semakin jatuh cinta padanya. Perhatianku hanya tertuju pada Kain. Dia berhasil mengambil seluruh duniaku. Dia juga berhasil mengubahku. Dia berhasil membuatku menyukai tiap sajak cinta. 

Dia adalah inspirasiku. Setiap tulisan yang tercipta, setiap bait puisi yang berkedip dibalik spasi dan setiap kalimat yang tertera semua itu berasal darinya. Dia benar-benar kekasih yang namanya ku ukir di setiap relung hati. 

Namun Kain tak pernah tau bahwa ia kujadikan tokoh utama di setiap tulisanku. Bahkan saat ia telah pergi, meninggalkan cerita indahnya denganku yang nyatanya hanya sesaat. Dia tak pernah tau itu. 

Kain juga tak tau bahwa aku pernah melakukan hal manis untuknya. Membuatkan 17 puisi untuk ulang tahun ke 17 nya. Aku hanya pandai menulis puisi cinta untuknya, tanpa tahu membacakannya. 

Namun, kuharap, lewat tulisan ini, Kain tau bahwa aku mencintainya, sangat. Aku tak pernah menyesali hatiku jatuh padanya, tanpa memikirkan tempat dimana hati ini jatuh. Yang kutahu, aku hanya ingin Kain. Kain dengan seluruh yang ada di dalamnya. 

Kepada fajar kuberikan salam kasih untuknya, kepada malam ku titipkan rindu untuknya. Berharap Kain kembali. 

Bahkan tak kupedulikan ketika seseorang berkata agar aku melanjutkan hidupku. Bagaiamana bisa aku melanjutkan hidup sedangkan buku kehidupan ku ada bersama Kain dan kepergiannya. 

Berulang kali aku jatuh tersimpuh, berulang kali memaksa untuk sembuh, namun jatuhku tetap dan hanya untuk Kain. 

Kain, jatuh cinta terbaikku, patah hati terbaikku. Pergimu menjadi duka pada malam itu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Fill your paper with the breathings of your heart

CLOSE