Bahagia atau Tidak Saat Ini, Itu Semua Tergantung Pilihanmu, Pastikan Kamu Benar Ketika Memilihnya

Ketidakbahagiaan adalah sesuatu yang kamu pilih sendiri

Mungkin sudah banyak dari kita yang mendefinisikan perihal kebahagiaan. Macam-macam prespektif perihal kebahagiaan menurut pandangan khalayak luas. Tapi pandangan paling umum perihal kebahagiaan adalah di ukur berdasarkan materialisme. Semakin seseorang berlebihan dengan akumulasi materialistis, maka anggapan  paling umum akan mengatakan ia berarti bahagia, tapi apakah benar demikian ?

Kalau kita sudah bicara banyak ukuran kebahagiaan, maka tidak elok rasanya jika kita tidak membicarakan lawannya yaitu ketidakbahagiaan.


Kita bukan mesin yang perlu pergantian


Ketika kita membicarakan perihal ketidakbahagiaan maka tentu saja kita akan melihat nya secara mendasar, biasanya mengapa seseorang tidak bahagia keluhan kebanyakan dari kita, karena terlahir dari keluarga yang kaya raya, makmur, tidak punya akses yang sama dan sebagainya. Kita merasa mengapa itu tidak adil bukan ? Kalau saja kalau kita di lahirkan sebagai anak raja yang berkuasa di suatu negara tentu kita akan bahagia dan makmur.

Tapi kita lupa melihat realitas nya. Apakah dengan pemikiran dari mana kita di lahirkan bisa mengubah kenyataan? Kita bukanlah mesin yang dapat di gantikan. Kita tak membutuhkan pergantian melainkan pembaharuan.

Sudah sewajarnya kita manusia bukanlah mesin, yang dengan muda di gantikan, argumen kita kebanyakan menyalahkan ketidakadilan perihal dimana kita di lahirkan yang memutuskan kita menjadi bahagia atau tidak bahagia. Kita sendiri yang memutuskan kita tidak bahagia, bukan perihal dimana kita di lahirkan dan seolah menyalahkan keadaan yang tidak adil kepada diri kita sendiri dengan gegabah nya.


Pernahkah kau mendengar pepatah tidak ada yang menginginkan kejahatan


Ya tentu saja jika kita bertanya kepada semua orang yang kita temui mereka tentu saja sepakat tidak menginginkan kejahatan, siapa pula yang menginginkan kejahatan di atas bumi ini. Tapi mengapa masih banyak perilaku kejahata? Tak perlu kita ragukan begitu banyak perilaku kejahatan, tapi tak seorang pun, termasuk pembunuh paling kejam sekalipun yang terlibat dalam kejahatan semata-mata kerena ingin terlibat dalam tindakan kejahatan. Setiap penjahat memiliki alasan internal untuk melakukan tindakan kejahatan.

Bisa jadi ia berbuat kejahatan karena membutuhkan uang sehingga ia melakukan kejahatan, atau untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup yang tinggi atau karena tekanan lainnya. kejahatan bagi pelaku itu sesuatu yang dapat di benarkan, dan dapat di nyatakan sebagai pencapaian yang baik dan tentu itu bukan baik secara moral, tapi baik untuk keuntungan pribadi nya.


Baik dan Jahat


Dalam bahasa Yunani baik berarti agathon ( menguntungkan ), dan Jahat berarti kakon ( tidak menguntungkan ). Dunia kita sepanjang peradaban selalu ada ketidakadilan dan kejahatan, walau banyak alternatif di berikan para pemikir besar perihal keadilan, tapi sampai sekarang pun hal tersebut masih sukar di implementasikan pada sebuah negara atau komunitas besar. Namun untuk kejahatan, tidak ada yang menginginkan kejahatan dalam bentuk yang sejatinya, yaitu tidak menguntungkan.


Kau yang memilih untuk tidak bahagia


Di beberapa tahap tertentu kita memilih untuk tidak bahagia, ya kita yang memilih nya sendiri. Tidak ada paksaan dari siapapun untuk kita harus menjadi tidak bahagia, kita pemimpin atas pikiran kita sendiri yang memutuskan kita bisa menjadi bahagia atau tidak, bukan orang lain. Kadang kita yang beranggapan bahwa menjadi tidak bahagia itu baik untuk kita.  Jika kita lepaskan standar yang dunia tetapkan tentang kebahagiaan secara materialisme, tentu kita mempunyai standar kebahagiaan versi kita sendiri. Seperti yang kita ketahui, manusia di bentuk dari lingkungan dan pendidikan dan tentunya gaya hidup kita.

Jika kita berpergian ke suku Baduy di dalam, kita akan melihat bagaimana masyarakat di sana hidup tanpa listrik, tanpa alas kaki, dan tanpa teknologi seperti kita. Mereka menerapkan standar berbeda dengan masyarakat modern pada umumnya. Mereka bercocok tanam, hidup selaras dengan alam sekitarnya dan menjaga kepercayaan lokal yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka.

Bahkan di suku Baduy dalam tidak bersekolah seperti kita masyarakat modern pada umumnya. Mungkin ini masih menjadi pro dan kontra mengapa mereka tidak bersekolah, tapi kepercayaan lokal suku Baduy mungkin beranggapan, buat apa sekolah, toh semua sudah tersedia di alam, mereka mau makan tinggal bercocok tanam, mereka membutuhkan air mereka tinggal pergi ke sungai yang dekat dengan pemukiman mereka. Lalu apa gunakan pendidikan, ketika dari alam semua sudah tersedia.

/Keseragaman itu penuh distorsi

Kita bisa katakan keseragaman itu baik, jika dalam lingkup dan komunitas yang tepat. Karena kita tahu, bahwa setiap masyarakat mempunyai ciri khas masing-masing berdasarkan letak geografis, demografi, sejarah dan sebagainya. Mungkin perkembangan media sosial baik, karena menyatukan kita semua, tapi sadarkah kita bahwa dengan berkembang pesat nya media sosial, kita tentu akan semakin menghilangkan budaya lokal atau kebiasaan masyarakat kita sendiri, mengganti nya dengan gaya hidup yang mungkin tidak sesuai dengan budaya dan kebiasaan masyarakat kita.

Sebagai contoh, misalnya makanan, kita lebih menyukai dan mengagumi makanan dari negara lain ketimbang makanan lokal masyarakat kita yang justru lebih beraneka ragam dan patut kita lestarikan sebagai budaya dan indentitas bangsa kita. Masih banyak lagi gaya hidup yang kita adaptasi dari negara lain, karena pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial dewasa ini.

Mungkin kalau kita tinggal di suku Baduy dalam, tak tersentuh dengan teknologi dan perkembangan zaman di media sosial, kita akan selalu merasa bahagia dengan kesederhanaan yang sudah semua tersedia di Alam, karena alam sudah memberikannya kepada kita dengan penuh kebaikannya.


Ada sebuah pepatah yang filosofis dari suku Baduy yang panjang jangan di potong yang pendek jangan di sambung


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cuma ingin menulis, semoga bermanfaat dan terhibur.