Bahaya Gadget pada Anak, Siapa yang Seharusnya Melindungi?

Semua itu dapat dimulai dari lingkungan keluarga kita sendiri.

Indonesia termasuk peringkat 5 besar negara pengguna gadget, khususnya smartphone. Data yang diambil oleh Kementerian Informasi dan UNICEF pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pengguna aktif smartphone adalah sekitar 47 juta orang, atau sekitar 14% dari seluruh pengguna smartphone di Indonesia. Ironisnya, Persentase penggunaan smartphone pada usia anak-anak dan remaja di Indonesia sangat tinggi yaitu mencapai 79,5%.

Advertisement

Tingkat popularitas gadget di kalangan anak-anak dan remaja tidak terlepas dari karakteristik gadget yang memang menarik. Gadget menyajikan dimensi-dimensi gerak, suara, warna, dan lagu sekaligus dalam satu perangkat. Selain itu, informasi yang disajikan sangat variatif. Anak dapat mengakses informasi sekaligus hiburan di dalam gadgetnya, sehingga mereka dengan senang hati memakai gadgetnya tanpa henti.

Pada usia dini, anak seharusnya menghabiskan waktu mereka dengan bermain bersama teman-temannya, mulai bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungannya, bukan malah berjam-jam menghabiskan waktunya di depan layar smartphone.

Bahkan sebaiknya anak tidak perlu dikenalkan gadget atau smartphone pada usia dini karena hal tersebut dapat membuat anak lebih pasif dan juga merusak kesehatan mata serta tubuhnya. Namun, orang tua tidak juga dibenarkan melarang anak menggunakan smartphone ketika anak sudah mulai bersekolah.

Advertisement

Seperti yang kita ketahui pendidikan di Indonesia masa kini lebih banyak mengharuskan para siswanya untuk mencari informasi dari internet dan berbagai sumber elektronik lainnya. Jika orang tua dapat memantau penggunan smartphone atau gadget apapun pada anak, masalah penggunaan gadget ini tidak akan menjadi masalah yang serius dan mengurangi tingkat resiko pengunaan smatphone yang mungkin terjadi.

Pengunaan gadget dapat menjadi masalah ketika anak-anak dan remaja sudah mulai ‘kecanduan’ gadget karena gadget menjadi pintu utama dalam mengakses informasi yang belum tentu baik bagi kalangan tertentu seperti anak-anak. Bayangkan jika seorang anak berusia 5 tahun sudah menyaksikan gambar maupun video kekerasan di gadget-nya, bukankah hal itu dapat memicu anak tersebut untuk melakukan hal yang sama?

Advertisement

Norton Online Family Report tahun 2010, pada anak-anak usia 10-17 tahun di beberapa kota di Indonesia, menunjukkan bahwa 55% anak telah menyaksikan gambar kekerasan dan pornografi, 35% anak mengaku dihubungi orang yang tidak dikenal, dan 28% anak pernah mengalami penipuan.

Tentu saja data ini belum termasuk kasus-kasus penculikan atau perdagangan anak, bullying, dan pornografi pada anak yang muncul akibat penggunaan internet melalui gadget. Tentunya masalah ini harus diperhatikan oleh masyarakat terutama para orang tua, bahkan Negara, sudah seharusnya berpartisipasi dalam pengawasan serta penyelesaian masalah ini. Sesuai dengan yang tertulis pada Undang-Undang nomor 23 Tahun 2003 pasal 23 ayat (1) yang berbunyi :

“Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak”

Dapat disimpulkan bahwa tidak hanya orang tua dan masyarakat sekitar yang berkewajiban melindungi anak dari berbagai ancaman seperti yang ada pada gadget.

Pada penggunaannya, gadget memang memiliki banyak manfaat bagi semua orang tanpa terkecuali anak-anak, namun akan lebih baik jika anak-anak dijauhkan dari gadget mengingat orang tua tidak bisa sepenuhnya mengontrol penggunaan gadget oleh anak, tidak terkecuali untuk anak yang sudah memasuki usia remaja.

Bagi anak yang sudah memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap gadget, maka dapat dilakukan hal-hal seperti membatasi waktu penggunaan smartphone, juga mengajak anak bermain atau mengobrol sehingga anak punya kegiatan lain selain memakai gadgetnya. Sebagai bagian dari masyarakat, tentunya kita harus lebih aktif mensosialisasikan dampak penggunaan smartphone pada masyarakat terutama anak-anak mengingat banyaknya kasus akibat gadget yang sudah terjadi.

Semua itu dapat dimulai dari lingkungan keluarga kita sendiri dengan membantu pemantauan penggunaan smarthone pada saudara kita di rumah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE