Belajar Menghadapi Ketakutan Ala Moon Gang Tae, Tokoh Utama Its Okay to Not be Okay

Gang Tae Its Okat Not to be Okay

Serial It's Okay to Not be Okay cukup memberikan perhatian warganet di berbagai negara. Apalagi tokoh utamanya dibintangi oleh aktor tampan yang kabarnya mendapat gaji sebesar 2,4M per episodenya. Kim Soo Hyun berperan sebagai Gang-tae, yaitu perawat di rumah sakit jiwa yang juga memiliki kakak bernama Sang-tae dengan gangguan Autism Spectrum Disorder. Hal ini membuat jiwa caregiver melekat dalam diri Gang-tae.

Advertisement

Sebagai sosok yang menemani Sang-tae sejak ibunya meninggal, membuat Gang-tae tumbuh menjadi individu yang selalu memprioritaskan kakaknya. Setiap musim semi tiba, Gang-tae selalu berpindah tempat karena Sang-tae memiliki trauma terhadap kupu-kupu yang seringkali muncul saat musim semi.

Perpindahan ini terkadang membuat Gang-tae lelah, tetapi ia merasa harus menjaga kakaknya dan menghindar dari kupu-kupu. Selalu memprioritaskan Sang-tae diatas kepentingannya juga membuat Gang-tae merasa tidak ada waktu untuk memikirkan dirinya sendiri. Terlihat baik-baik saja dari luar tetapi dalam hatinya begitu rapuh, itulah yang menggambarkan diri Gang-tae. Sampai akhirnya Gang-tae bertemu dengan sosok wanita yang disukainya sedari kecil, yaitu Ko Mun-yeong.

Berkebalikan dengan Gang-tae yang seringkali memendam perasaan demi menjaga perasaan orang sekitarnya, Ko Mun-yeong merupakan sosok yang sangat blak-blakan terhadap perasaannya. Ko Mun-yeong hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak memiliki empati. Sifat yang kontradiktif ini membuat mereka belajar satu sama lain dan tanpa sadar berproses untuk bertumbuh dari luka masing-masing. Awal-awal bertemu dengan Ko Mun-yeong, Gang-tae masih sering dipenuhi ketakutan karena teringat penolakan dari Ko Mun-yeong saat mereka masih kecil.

Advertisement

Gang-tae merasa bahwa lebih baik menghindar daripada terluka. Namun bagi Ko Mun-yeong, Gang-tae bukan menghindar tetapi lari karena ketakutan. Seiring berjalannya waktu, Ko Mun-yeong dengan ucapannya yang sangat blak-blakan membuat Gang-tae tersadar bahwa selama ini Gang-tae hanya lari dari ketakutan dan membiarkan dirinya terluka tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Gang-tae memilih untuk menekan perasaannya daripada menghadapinya. Represi merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri. Menurut Freud, ketika ego terancam oleh impuls id yang tidak diinginkan, ia melindungi dirinya sendiri dengan menekan impuls tersebut dengan memaksa perasaan yang mengancam ke alam bawah sadar (Feist & Feist, 2009). Setiap kali Gang-tae merasa tidak baik-baik saja, ia selalu berusaha baik-baik saja di depan semua orang. Sayangnya saat ia sendirian, segala kerapuhan itu tergambarkan dalam wajah sedihnya. Selalu memprioritaskan kebahagiaan orang lain membuat Gang-tae sulit mengenal dirinya sendiri. Gang-tae rela tidak mempedulikan kebahagiaannya demi kebahagiaan Sangtae. Padahal Gang-tae sebenarnya juga memiliki impian dalam hidupnya.

Advertisement

Salah satu hal yang menyadarkan Gang-tae untuk berani mengakui dan mengekspresikan perasaannya adalah ketika seorang pasien dari Rumah Sakit Jiwa OK kabur bersama Ko Mun-yeong. Kwon Gi-do yang mengidap gangguan mania tampil di tengah-tengah kampanye ayahnya yang mencalonkan diri sebagai Dewan Perwakilan Daerah. Kwon Gi-do naik ke atas panggung dan mengungkapkan isi hatinya tentang perlakuan orangtuanya dan apa yang dihadapinya hingga ia masuk ke rumah sakit jiwa OK. Hal ini tentu saja mengacaukan acara kampanye ayahnya dan membuat orangtuanya kecewa.

Gang-tae yang melihat hal ini sejenak terdiam dan flashback tentang apa yang dilakukan ibunya saat ia masih kecil. Ia menyadari bagaimana ibunya terlihat lebih menyayangi kakaknya dan menuntutnya untuk selalu menjaga kakaknya. Ternyata hal ini sangat berdampak hingga Gang-tae dewasa. Gang-tae kehilangan makna tentang dirinya sendiri dan merasa dilahirkan hanya untuk menjaga sang kakak. Oleh karena melihat apa yang dilakukan Kwon Gi-do, Gang-tae ingin sekali pergi bermain untuk belajar membahagiakan dirinya sendiri.

Belajar membahagiakan diri sendiri tentu saja bukan hal yang mudah baginya. Bagaimanapun ia memiliki Sang-tae yang juga bergantung padanya. Saat ia pergi bermain bersama Ko Mun-yeong, sang kakak justru kecewa karena merasa Gang-tae sudah mengabaikannya. Akhirnya, Sang-tae mengungkapkan kekecewaan yang selama ini dipendamnya.

Tentu saja hal ini membuat Gang-tae merasa bersalah. Namun selalu ada hal baik di balik setiap permasalahan. Tak disangka, lewat kejadian ini secara perlahan hubungan mereka dipulihkan. Sebelumnya, setiap kali bertengkar dengan sang kakak, Gang-tae selalu mengalah dan menyimpan kekecewaannya. Perlahan Gang-tae mulai bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya sekalipun hal itu membuat ia bertengkar dengan sang kakak, yang awalnya sangat ia hindari. Ternyata hal ini justru membuat Gang-tae jauh lebih lega dibanding merepres seperti biasanya. Proses inilah yang membuat Gang-tae perlahan mampu menghadapi ketakutan dan mengungkapkan perasaannya.

Ko Mun-yeong merupakan salah satu orang yang paling berpengaruh dalam proses Gang-tae menghadapi ketakutannya. Perlahan Gang-tae belajar untuk menghadapi ketakutan yang selama ini membelenggunya. Keberaniannya menghadapi ketakutan dan mengungkapkan perasaannya membuat ia semakin bertumbuh dari jiwa anak-anaknya yang selama ini tertidur lelap. Perlahan, ia menjadi dewasa dengan jiwa yang bertumbuh. Ia berhasil menemukan jati dirinya. Akhirnya, ia berani memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan mengejar impiannya, yaitu sekolah.

Melihat perjalanan Gang-tae, berapa banyak dari kita yang tanpa sadar mengurung diri dan menghindar dari luka masa lalu? Berapa banyak dari kita yang akhirnya memilih untuk memendam semuanya hingga jiwa ini tidak bertumbuh? Menghadapi ketakutan memang bukan suatu hal yang mudah.

Menghindar seringkali menjadi pilihan yang diambil. Sayangnya, ketakutan akan terus mengikuti walau kita terus berusaha berlari sekencang dan sejauh mungkin. Sampai akhirnya, kita mampu menghadapi dan berdamai dengan ketakutan tersebut. Sebelum membahagiakan orang lain, ada baiknya untuk melihat diri sendiri terlebih dahulu apakah kita sudah cukup mampu menghadapi dan membahagiakan diri sendiri.


“Jangan lupakan semua itu. Ingatlah dan hadapi. Jika tak dihadapi kau hanya selalu menjadi anak kecil dengan jiwa yang tak bertumbuh.” – Episode 1 Its Okay to Not Be Okay


Selamat berproses 😊

Sumber:

Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed.). New York: McGraw-Hill Higher Education.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE