Belajar dari Kisah Abu Luqman dan Keledainya

Belajar dari kisah Abu Luqman dan keledainya



Terlalu peduli dengan omongan orang, atau selalu ingin terlihat sempurna di mata orang kadang bisa membuat beban untuk diri sendiri.


Tapi, di lain sisi, menjadi pribadi yang cuek rasanya belum tentu bisa dijalankan oleh semua orang. Pilihan yang sulit, kadang ada beberapa orang bersikap cuek dan lain sebagainya tapi entah ada beberapa orang merasa terbebani. Rasa kebahagiaan mungkin jadi hal yang tidak bisa kamu rasakan karena kamu selalu khawatir akan apa yang terjadi nanti.

Jangan pernah terpaku harus bisa ini itu, orang yang cuek, masa bodo terhadap kesempatan dan pengalaman baru. Orang yang mempunyai karakter cuek ditawari pekerjaan yang belum tentu dikuasai atau bukan merupakan bidangnya. Contoh seseorang punya basic pemrograman ditawari pekerjaan yang berhubungan dengan public relation, kalo sifat cuek gak ada pasti ada beban dan pikiran, aku bisa tidak ya, nanti sulit tidak ya.

Hal itu terkadang menimbulkan konflik antara iya atau tidak. Padahal di kemudian hari kita tidak tahu bahwa kita bisa sukses di bidang yang memang bukan basic kita. Di kehidupan contohnya, kita mungkin menerima banyak ejekan, kritikan, atau bahkan perilaku yang kurang pantas. Hal itu jika kita masih terpaku dan tidak mau bangkit kita akan terus dihantui dengan ejekan yang orang lain sampaikan. 

Kita merasa apa yang kita buat salah di mata mereka. Atau bahkan fisik, ada kisah seorang pemuda kurus kering diejek oleh teman sebaya, “kok badan kurus kaya tongkat, melihara cacing atau apa”. Setelah 5 tahun tidak bertemu pemuda itu bertemu temannya lagi dan diejek “5 tahun tidak bertemu seperti daging berjalan saja kau ya”. Kurus salah gemuk juga salah, terkadang sifat cuek dan masa bodo lah yang harus digunakan agar kita lebih bahagia. Ada contoh kisah tentang ayah anak dan seekor keledai, mungkin banyak beberapa versi tapi lebih efektif kisah abu lukman:

Kisah Lukman Al Hakim, Anaknya dan Keledai

Abu Luqman hendak mengajari anaknya tentang kehidupan ini, maka suatu hari ia mengajak anaknya untuk pergi ke pasar. Untuk itu ia menyuruh anaknya menyiapkan seekor keledai bagi mereka. Kemudian mereka berangkat. Abu Luqman menaiki keledainya dan menyuruh anaknya berjalan kaki mengikuti di sampingnya. Selang beberapa waktu kemudian mereka berpapasan dengan rombongan musafir dan orang-orang itu berkata,


“Dasar orangtua yang mau enaknya sendiri, anaknya disuruh berjalan kaki sedangkan ia naik di atas keledai”.


Mendengar itu kemudian Abu Luqman pun turun dan menyuruh anaknya naik ke atas keledai. Anaknya naik keledai dan Abu Luqman pun berjalan kaki mengikuti di sampingnya. Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan kafilah yang lain lagi dan mendengar orang-orang di kafilah itu bergumam,


“Dasar anak tidak tahu diri, orangtuanya disuruh berjalan kaki sedang ia enak-enak saja di atas keledai.”


Mendengar itu, Abu Luqman pun kemudian menghentikan keledainya dan kemudian ikut naik bersama anaknya di atas keledai. Dan mereka kemudian berpapasan dengan rombongan musafir yang lain lagi. Abu Luqman dan anaknya mendengar orang-orang dalam kafilah itu berkata,


“Dasar ayah dan anak yang tidak punya rasa kasihan, keledai kurus kering begitu dinaiki berdua.”


Kemudian Abu Luqman turun dari keledai dan menyuruh anaknya juga turun. Mereka akhirnya berjalan kaki menuntun keledainya. Sesampainya di pasar, orang-orang mentertawakan mereka sambil berkata,


“Lihat, lihat, dasar orang-orang bodoh, membawa seekor keledai yang kuat tetapi tidak dinaiki bahkan mereka berjalan kaki menuntunnya.”


Pelajaran yang kita dapat adalah selalu percaya pada diri sendiri dan jangan pernah pedulikan orang lain yang berkomentar, jika memang mempedulikan harus di filter, dan selalu belajar dari kesalahan dan tetap melangkah agar engkau selalu bahagia.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini