#BeraniWujudkanMimpi-Mainan Paling Cerdik di Dunia, Menggapai Impian dengan Memahami Filosofis Lego.

Sekali peristiwa, aku bermain dengan seorang teman. Jika aku tidak keliru, ini terjadi saat kami duduk di bangku kelas 5 SD. Dia mengajakku untuk bermain di rumahnya; kami mulai bersenang-senang layaknya anak kecil pada umumnya.

Advertisement

Dia mengambil sebuah tas dari dalam lemari kayu coklat. Ternyata, tas itu berisi kepingan balok lego. Kemudian dia mengambil buku kecil dari sisi tas lainnya; tampak sebuah buku petunjuk.

"Kakakku sudah mengajari beberapa bentuk untuk menyusun lego ini," katanya.

"Misalnya?"

Advertisement

"Sebuah istana."

"Aku belum pernah menyusun kepingan lego. Mau mengajariku?" tanyaku.

Advertisement

"Kita akan belajar bersama dengan buku petunjuk ini."

Kami menyusun kepingan-kepingan lego itu sembari menertawakan hal-hal konyol. Terkadang, kami meruntuhkan "istana setengah jadi" itu, dan mulai menyusunnya kembali untuk menciptakan bentuk yang lebih sempurna. Kami bersenang-senang.

Telah beberapa tahun berlalu, sedikit banyak aku belajar hal berharga dari lego. Barangkali, lego adalah mainan paling cerdik di dunia.

Apa yang unik dari lego? Mereka padat dan kedap. Mereka juga mempunyai "kait" dan "mata kait" sehingga dapat disambung-sambungkan untuk menyusun bentuk apa saja. Sambungan-sambungan itu nanti dapat dilepas lagi sehingga bentuk-bentuk baru dapat disusun dari balok-balok yang sama.

Kenyataan bahwa mereka dapat digunakan berkali-kali itulah yang membuat lego begitu populer.

 

Filosofis Lego

Kepingan balok lego itu seperti potensi-potensi yang ada dalam diri kita. Dan karenanya, untuk bisa mencapai sesuatu (kesuksesan, misalnya) dibutuhkan kemampuan untuk menyusun dan merangkai "balok lego" itu agar saling terikat. Artinya, kita semua diberi "kepingan balok lego" masing-masing oleh Sang Pencipta. Dan kita dapat menyusunnya menjadi apa pun. Dengan kata lain, kita bisa menjadi apa pun dengan syarat kita #BeraniWujudkanMimpi.

Tetapi, kita harus kembali pada fakta, bahwa kita tidak terlahir dengan "kepingan balok lego" yang lengkap. Ada kepingan balok yang hilang. Hanya dengan belajarlah kita dapat menemukan "kepingan balok lego" yang hilang itu. Pembelajaran (dalam hal apa pun) akan memantik potensi-potensi dalam diri kita, dan karenanya "kepingan balok lego" itu semakin lengkap. Dengan "kepingan balok" yang semakin lengkap, kita bisa menyusunnya menjadi bentuk apa pun. Kamu mempelajarinya.

Karenanya aku tidak percaya tentang adanya keberuntungan. Apa yang kita sebut sebagai keberuntungan, menurutku, adalah kombinasi dari kesempatan dan kemampuan kita. Di kala kesempatan ada dan kita memiliki kemampuan/potensi yang cukup, sesuatu bisa menjadi fantastis.

Ironisnya, beberapa orang tidak tahu cara menyusun "kepingan lego" yang ada dalam diri mereka menjadi sesuatu. Maka di sinilah buku petunjuk berperan. Dan apa itu? Adalah kitab suci.


Kitab suci adalah buku petunjuk yang "Sang Pencipta lego" berikan pada kita untuk menyusun "kepingan balok lego" dalam diri kita.


Dalam bermain lego, apa hal yang paling menyenangkan? Benar, yaitu dalam proses menyusunnya. Lego adalah tentang menikmati prosesnya.

Ini mengajariku untuk mengubah caraku melihat langkah-langkah dalam mencapai tujuan, mendemonstrasikan bagaimana langkah-langkah itu bisa menyenangkan, dan pada akhirnya menjadi sebuah makna yang berharga. Dengan setiap langkah kecil, aku telah mencapai sesuatu; meskipun kecil, tapi istana lego itu tersusun dari kepingan-kepingan balok yang kecil.

Begitu pun dalam meraih impian; hal yang gagal kita sadari bahwa, kesenangan dan kebahagiaan itu justru terletak pada proses kita menggapai impian. Dalam konteks lain, kita suka membayangkan puncak gunung yang menawan. Tetapi, kita harus akui bahwa proses pendakian menuju puncak adalah hal yang tak terlupakan.

Uniknya, kita bisa membongkar lego yang telah disusun untuk membuat bentuk yang baru atau barangkali menyempurnakan bentuk sebelumnya dari kepingan balok yang sama. Dan demikian pula dalam perjuangan kita mewujudkan impian. Untuk beberapa alasan, seseorang berulang-ulang gagal dalam mewujudkan mimpinya. Tetapi uniknya, dia bisa memundurkan langkahnya untuk kembali menyusun "kepingan lego" itu.

Ketika aku dan temanku hampir selesai menyusun sebuah istana, kami tidak ragu untuk menyusunnya ulang; karena kami yakin bisa membuat bentuk istana yang lebih baik. Mungkin kamu sudah sampai separuh jalan menuju impian, tapi sampai di separuh jalan dan kembali menuju titik awal bukan berarti kamu salah jalan. 

Di sini kita bisa sedikit belajar, bahwa terkadang, menyerah itu perlu. Ada kalanya kita sudah berusaha sekeras mungkin menggapai impian, tetapi tak kunjung tercapai. Masalahnya, mungkin ada "kepingan lego" yang hilang.

Misalnya aku ingin menyusun kepingan balok lego menjadi sebuah mobil. Tapi karena ada kepingan balok yang hilang, itu tidak memungkinkan aku untuk membuat mobil. Karenanya, aku membongkar lagi kepingan lego itu dan membentuknya menjadi sebuah robot.

Dalam konteks lain, barangkali kamu ingin menjadi seorang dokter. Tapi dalam "kepingan lego" yang kamu miliki tidak memungkinkanmu untuk menjadi seorang dokter. Di sini kamu harus memilih: mencari "kepingan" yang hilang itu atau membentuk sesuatu yang lain dengan "kepingan" yang ada.

Dan dalam kasus itu, kamu harus rela untuk menyerah. Bukan berarti kamu kembali untuk pulang, tapi kamu kembali untuk mengisi bahan bakar.

Memang, kamu bisa membeli mainan lego yang sudah jadi. Kemudian kamu memajangnya di sebuah lemari terbuka agar para tamu bisa melihat keindahannya. Tapi bagaimana kalau seseorang atau kucingmu menjatuhkannya tanpa sengaja (atau mungkin sengaja)? Kamu tak tahu cara menyusun kembali mainan "kebanggaanmu" itu. Mereka sudah hancur berkeping-keping!

Beberapa orang meraih kesuksesan dengan cara yang instan. Mereka memiliki orang dalam atau "menyuap" pihak tertentu untuk menggapainya. Ironisnya, di sini tidak ada yang abadi. Semua yang kita miliki rapuh dan "cacat".

Ketika "kesuksesan" yang mereka miliki hancur berkeping-keping, mereka tak tahu cara menyusunnya kembali. Sungguh malang!


Karenanya saya tak pernah ragu untuk mengatakan, bahwa lego adalah mainan paling cerdik di dunia.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pria membosankan yang tak menyedihkan.

CLOSE