#BeraniWujudkanMimpi-Perihal Berkarya adalah Tentang Stop Excuse, Start Execute.

Jangan biarkan masalah yang ada di hidupmu sebagai alasan untuk tidak berkarya.

Menjalani hidup itu ada dua pilihan. Pertama, diam pada satu garis waktu sambil meratapi peristiwa lampau. Kedua, terus melangkah maju dan memanfaatkan lebih banyak peluang untuk wujudkan mimpi. Saya memilih pilihan kedua, demi mewujudkan mimpi-mimpi saya.

Advertisement

Selama 23 tahun hidup di bumi ini, saya mengalami banyak sekali peristiwa penolakan dan kegagalan. Kegagalan itu adalah hal yang sangatlah wajar untuk mereka yang setia untuk terus mencoba.  Maka dari itu kegagalan bukanlah alasan saya untuk berhenti mengejar mimpi. Melalui beberapa kegagalan yang saya lalui justru menjadi titik balik saya semakin #BeraniWujudkanMimpi yang sejak dulu saya idamkan.

Salah satu kegagalan itu adalah gagal menjadi mahasiswa DKV. Dari kecil saya sangat terobsesi dengan dunia desain grafis—bahkan sampai saat ini—dan DKV menjadi salah satu jurusan idaman saya untuk kuliah. Kala itu saya berencana untuk mendaftar ke jurusan Desain Komunikasi Visual di salah satu PTN favorit di Bandung melalui jalur bebas tes. Namun, apa daya skill saya tidak seberapa dan parahnya lagi tidak punya portfolio yang layak sebagai modal untuk mendaftar. Putus asa, akhirnya saya urungkan niat untuk mendaftar ke jurusan DKV berserta niat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Menjadi seorang desainer grafis adalah impian saya sejak kecil. Sedari kecil saya hobi mencorat-coret di buku gambar, mulai dari gambar tokoh kartun, pemandangan dua bukit dengan matahari yang berada di tengah, hingga lukisan abstrak di halaman belakang buku pelajaran. Hampir seperti anak-anak pada umumnya, Matematika menjadi mata pelajaran yang saya benci dan Kesenian menjadi favorit. Karena di mata pelajaran ini saya bisa mengekspresikan diri saya melalui coretan di atas kertas dan biasanya guru saya pun mengapresiasinya—dengan nilai yang tinggi.

Advertisement

Memiliki obsesi yang tinggi nyatanya berbanding terbalik dengan skill saya yang pas-pasan. Tidak adanya portfolio karya saat itu adalah buah dari banyaknya alasan saya menunda-nunda untuk mencoba praktik membuat sebuah karya desain. Mulai dari malas hingga alasan finansial hingga tidak memiliki alat penunjang dalam berkarya. Konklusinya, hingga saya duduk di bangku kelas 3 SMA hanya obsesi saya tentang dunia desain yang terus meningkat, tetapi skill-nya ya masih gitu-gitu aja. Haha.

Akhirnya saya pun pasrah, dan semua berlalu begitu saja. Hingga suatu waktu, akhirnya saya mendapatkan sebuah peluang dapat berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Vokasional di Bogor. Tentunya saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini (lagi). Jurusan yang saya pilih adalah Komunikasi yang masih beririsan dengan DKV. Alasan saya memilih pendidikan vokasi meskipun sebelumnya latar belakang saya adalah SMA, karena persentase praktiknya lebih banyak daripada teori, mencegah mengulangi kesalahan yang sama lebih banyak teori daripada praktik.

Advertisement

Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama saya pun mulai menyusun portfolio karya saya sejak semester 3 mulai dari ikut kepanitiaan, organisasi mahasiswa, lomba dan nyambi jadi freelancer. Portfolio ini tak terbatas dari desain saja, di masa kuliah saya mulai gemar menulis membuat beberapa artikel hingga konten sosial media untuk akun pribadi saya. Pada tahun 2018 saya pun lulus dari kampus ini, dan mulai mencari kerja. Dengan modal portfolio tadi, sayapun mendapatkan pekerjaan di salah satu agensi kreatif sebagai content planner. Untungnya, bidang ini masih berkaitan dengan desain-mendesain. Peranan saya di sini sebagai konseptor konten untuk produk klien alias yang mendesain konsep dari konten yang akan dibuat.

Ujung-ujungnya, pekerjaan saya pun masih terkait dengan desain-mendesain, haha.

Pandemi 2020 ini memang memberikan keterbatasan kepada kita, tetapi itu bukan penghalang untuk kita tidak bisa berkarya. Banyak karya lahir karena keterbatasan, misalnya saja karya teranyar dan menjadi perbincangan saat ini yaitu klip video Youtube Rewind Indonesia hasil karya kolaborasi para konten kreator Indonesia membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya, justru menjadi motivasi untuk terus berkarya.

Intinya ya jangan menjadikan keterbatasan sebagai tembok yang menghalangimu untuk berkarya. Ubah keterbatasan tersebut menjadi sebuah kesempatan. Banyak karya-karya hebat justru lahir karena adanya keterbatasan, mendapat penolakan dan mengalami kegagalan terlebih dahulu, yang terpenting adalah mulai mencoba dan komitmen untuk menjadi lebih baik.

Sejak bekerja di industri kreatif, bukannya surut komitmen saya #BeraniWujudkanMimpi menjadi seorang desainer malah semakin tinggi. Hal itu saya wujudkan dengan berinvestasi pada diri dengan terus belajar tentang dunia desain. Mulai dari membeli buku tentang desain dan dunia kreatif, mengikuti kursus, dan yang terpenting mengeksekusi ilmu yang didapatkan lewat sebuah karya. Seberapa banyak ide desain yang saya miliki, jika tidak disertai eksekusi ya idenya cuma jadi halu aja.

Pepatah sih bilangnya gini:

“Ideas means nothing without execution.”

Pada akhirnya, alasanmu menjadi penghambat kamu mewujudkan impianmu. So, mulai detik ini berhentilah membuat alasan tidak berkarya, mulai eksekusi membuat karya dari ide sederhanamu hingga bisa melampaui dirimu sendiri demi wujudkan mimpi-mimpimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE