#BeraniWujudkanMimpi-Ceritaku Menempuh Sarjana dengan Beasiswa, Kamu Juga Pasti Bisa!

Tinggal di kota besar kedua di Indonesia bukan hal yang mudah untuk seorang remaja yang hanya lulusan jenjang Sekolah Menengah Atas. Kehidupan yang keras dan tuntutan orang tua membuatnya harus bekerja setelah lulus dari sebuah SMK Negeri dengan bekal seadanya yang dia punya. Meski saat itu ia telah mendapatkan tawaran pekerjaan yang cukup mudah karena pengalaman yang dia dapatkan sebelumnya sewaktu sekolah, ia pun menerima tawaran pekerjaan itu sebagai Pelatih ekstrakulikuler Sekolah Menengah Pertama. Ia adalah aku, dan aku bernama Aisha. Sebut saja itu hahaha…

Advertisement

Saat itu aku ingin sekali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di sebuah sekolah kedinasan milik pemerintah, karena godaan kualitas SDM yang pastinya berkualitas dan penempatan pekerjaan di bagian Pemerintahan, aku tergoda mengikuti seleksi untuk masuk sekolah kedinasan itu. Dengan biaya pendaftaran yang cukup besar aku mengikuti tes seleksi masuk Sekolah Kedinasan itu. Susah payah aku belajar mempersiapkan diri, namun hasil yang aku dapatkan masih belum sesuai harapan. Aku gagal tes dan tidak bisa lanjut untuk masuk di sekolah kedinasan itu. Mungkin restu orang tua tidak kudapatkan karena jika lolos nantinya aku harus berjauhan dari orang tua, dan keluarga tidak menginginkan itu. Aku harus mengubur dalam-dalam impian itu.

Tidak menyerah begitu saja, aku mengikuti Tes Seleksi SBMPTN untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Kota ku. Sisa-sisa kekuatan belajar yang telah kulakukan, ku tumpahkan dalam tes ini karena aku ingin sekali melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri. Berbekal beasiswa dari Pemerintah, kali ini aku tak perlu membayar untuk mengikuti tes ini. Kesempatan gratis ini aku manfaatkan sebaik mungkin agar aku bisa lolos. Saat pengumuman tiba, senang rasanya aku ternyata bisa lolos ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kotaku.

Namun jarak yang terlampau jauh membuatku harus kembali mengubur hidup-hidup impian itu. Lagi-lagi restu orang tua menghambatku saat aku hanya tinggal melakukan registrasi ulang di kampus negeri impianku. Dengan berat hati, Pembatalan di atas materai harus kulakukan demi menuruti keinginan orang tua ku agar aku tidak terlampau jauh berkuliah. Akhirnya aku memutuskan untuk bekerja saja. Bekerja di sebuah pabrik makanan besar dekat dengan tempat tinggalku. Sembari mengumpulkan dana karena tahun depan, mau tidak mau aku harus berkuliah, jauh maupun dekat. Aku tidak peduli itu.

Advertisement

Satu tahun berlalu, sambil bekerja menjadi pelatih dan karyawan pabrik. Aku tak lupa mempersiapkan diri untuk bertempur dalam tes SBMPTN tahun ke-2 ku. Angan-angan kuliah selalu timbul saat kesibukanku bekerja. Dengan tekad dan semangat benar-benar menyala aku mengikuti tes seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Dan akhirnya impian itu tergapai. Aku lolos di Perguruan Tinggi Negeri yang bahkan lokasinya tidak jauh dari rumahku, hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan kendaraan motor kesayanganku. Berkat doa orang tua di kampus ini aku pun mendapat beasiswa penuh dari pemerintah, bahkan setiap bulannya diberi uang saku untuk kebutuhan sehari-hari saat berkuliah.

Memasuki dunia perkuliahan, butuh penyesuaian diri dan mental. Berbekal pengalaman organisasi yang sudah banyak kudapatkan saat di jenjang sekolah dulu, aku menjadi cukup mudah untuk beradaptasi dan menjalin koneksi dengan teman-teman seangkatanku, bahkan kakak tingkat yang jauh di atasku. Menginjak semester ke 6 di kala sibuk-sibuknya dengan kelas kuliah, aku terpilih menjabat sebagai wakil presiden yang memimpin seluruh mahasiswa di kampus yang mendapat beasiswa sepertiku. Di tengah kesibukan yang semakin menjadi, aku juga berhasil menyelesaikan tugas akhir skirpsi disaat aku masih menginjak semester 7. Predikat 3,5 tahun yang diimpikan semua mahasiswa ada ditanganku saat ini. Mengikuti Wisuda yang bukan seangkatanku, lagi-lagi aku mendapat predikat dengan menjadi sarjana dengan beasiswa terbaik saat itu.

Terima kasih kepada Allah yang selalu memiliki cara dan skenario tersendiri pada hamba-Nya. Terima kasih kepada orang tua yang selalu mendoakan yang terbaik untukku, dan terima kasih kepada seluruh orang-orang yang ku kenal dan mengenalku. Berkat semua, aku bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya. Karena #BeraniWujudkanMimpi itu dengan melangkah, meski tak pasti, tapi pasti Allah Meridhoi, Amin.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Putri Pertiwi Indonesia, Dedikasi saya untukmu...

CLOSE