#BeraniWujudkanMimpi-Tentang Bagaimana Mimpi yang Tak Perlu Dikejar atau Diraih

Melihat realita dalam spektrum keleluasaan


Kenapa mimpiku tidak terwujud?  Apa yang salah?  Apakah aku kurang berusaha? Atau aku tidak layak mendapatkannya?


Seribu pertanyaan bakal kamu ajukan ketika mimpimu belum menjadi kenyataan. Bahkan bisa saja kamu berlagak blaming, menyalahkan semuanya.  Salah dia, salah mereka, salahku, salah keadaan, salah Tuhan dan semua serba salah. Parahnya kondisi ini tambah membuat kamu stres sementara mimpimu semakin menjauh.

Kenapa seseorang bisa blaming? Jawabannya simpel karena dia tidak melihat realita apa adanya. Kebanyakan orang menafsirkan mimpi sebagai sesuatu yang mesti diraih. 

"Kamu harus mengejar mimpi" 

"Kamu harus berusaha maksimal meraih mimpi" dan sederet kalimat-kalimat motivasi lainnya.

Tapi boleh percaya atau tidak bahwa sebenarnya tidak tercapainya sebuah mimpi lebih didasarkan pada kurang idealnya kita dalam melakukan dream setting di awal. Aku ilustrasikan begini, bayangkan kamu pertama kali melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta.

Kamu tidak tahu jalan sama sekali, maka apa yang kamu lakukan? Tentu dengan kecanggihan teknologi sekarang kamu pasang GPS kan. Nah fungsi GPS itu sebagai penuntun untuk melewati banyaknya alternatif jalan yang ada. 

Lebih efektif dan efisien daripada zaman dulu ketika GPS belum tercipta. Kamu bakal kesulitan karena harus naik turun kendaraan untuk bertanya kepada orang sekitar.


Dream setting sama persis dengan kamu pasang GPS, kamu sudah sampai disana. Tinggal yang kamu lakukan adalah cukup menikmati perjalanan serta menjalankan setiap prosesnya.


Bedanya apa mas bro antara berusaha meraih mimpi dengan menjalankan setiap prosesnya? Bukannya sama-sama berusaha?

Dalam kutipan diatas sengaja aku bold kalimat "kamu sudah sampai disana". Inilah yang membedakan. Banyak orang diluar sana hanya bermimpi namun menganggap sulit diwujudkan manakala mimpinya belum terwujud.

Kemudian karena merasa sulit terwujud akhirnya dia berhenti. Mentalitas seperti ini yang patut kita hindari. Berbeda dengan orang yang sudah sampai di tujuan mimpinya, mau sesulit apapun dia bakal tetap konsisten dan komitmen untuk menjalankan proses.

Oke sekarang bayangkan soal GPS lagi. Pada saat kamu tag tempat tujuan, ada garis yang menghubungkan diri kamu dengan lokasi.

Itulah koneksi kamu dengan tujuan, itulah yang aku sebut dengan "kamu sudah sampai disana". 

Garis GPS terdiri atas beberapa informasi, merah untuk kemacetan, kuning untuk jalan padat dan biru untuk jalan lancar. Ketiga tipe kondisi tersebut sangat mungkin kita alami selama perjalanan. Tidak selalu biru terus, juga tidak selalu merah atau kuning terus. Biasanya ada kombinasi disana. Meskipun kamu lewat jalan tol, bisa saja warnanya merah manakala didepan kamu ternyata ada kecelakaan.

Begitulah kira-kira proses kita dalam mewujudkan mimpi. Ada kalanya perjalanan dalam situasi "red zone" yang mengharuskan kamu memberikan jeda dan rehat sejenak. Mungkin juga sedang "yellow zone" yang membuat kamu harus bersabar.

Sehingga tidak lagi ada pertanyaan kapan sampainya, kenapa kok lama dan sebagainya. Ketika mimpi kamu belum terwujud bisa saja itu karena ada hal-hal lain yang memang perlu kamu persiapkan lebih matang. Tidak membuat kamu berhenti karena ingat kamu sudah terkoneksi dengan mimpimu kok.

Mengejar Mimpi

Dalam konsep pengejaran artinya ada pihak yang mengejar dan pihak lain sebagai yang dikejar. Sekarang begini, coba bayangkan kamu sedang dikejar anjing galak. Yang kamu lakukan berdiam diri ataukah lari ketakutan karena anjing mau gigit kamu?

Jawaban terangnya kamu pasti lari kan. Seperti itulah kalau kita mengejar mimpi. Jadi mimpi itu bukannya mendekat atau terwujud saat dikejar, malahan lari dan semakin menjauh. "Semakin kukejar, semakin kau jauh" (penggalan lirik lagu ciptaan Five Minutes).

Aku bagikan kisah nyata tentang bagaimana mengejar mimpi itu melelahkan. Ceritanya di tahun 2012, istriku ingin sekali menunaikan ibadah Umroh.

Sebagai suami maka tentu saja aku mengiyakan impiannya. Saat itu biaya Umroh sekitar 25 – 30 juta dan kami belum mempunyai tabungan sebanyak itu. Karena keinginan yang menggebu-gebu, kami sepakat untuk menyisihkan sebagian gaji bulanan sebesar 200.000 untuk ditabung.

Singkat cerita selama beberapa bulan hingga tahunan, kami sama sekali tidak memiliki tabungan. Hal itu disebabkan kebutuhan yang memaksa kami harus mengambil uang tabungan Umroh. Aku memutuskan untuk tidak lagi menabung gaji karena memang kebutuhan masih harus dipenuhi semua. Selama 6 tahun berjalan tiba-tiba dikantorku ada peluang untuk mengajukan pembiayaan Umroh dengan return sangat rendah.

Akhirnya istriku bisa menunaikan ibadah Umroh di tahun 2018 dan sekarang pembiayaannya juga sudah lunas. Alhamdulillah.

Insight story ku begini, kalau saja aku masih menabung dengan nominal 200.000 per bulan dikali 6 tahun hanya bisa mengumpulkan Rp. 14.400.000,- masih belum cukup untuk Umroh. Namun disaat aku berikan jeda dan bersabar, justru solusi itu datang, mimpi istriku menjadi kenyataan.

Jadi masih mau mengejar mimpi???

***

Lantas apa yang seharusnya kita lakukan agar mimpi dapat terwujud. Nah disinilah aku senang dengan tema blog competition kali ini.

#BeraniWujudkanMimpi

Sebuah kalimat sakti dan ampuh untuk kita merealisasikan mimpi-mimpi. Bukan untuk dikejar, bukan untuk diraih tetapi diwujudkan. Aku menerjemahkan #BeraniWujudkanMimpi kedalam empat fase.

1. Set Goals

Tentukan impian kamu, tentukan tujuan kamu, tag impian kamu ke dalam GPS kehidupan. Tips untuk Set Goals adalah dengan menulis mimpi-mimpi kamu. Tulislah secara detail yang memuat informasi tentang subjek, objek dan waktunya. Misal :

"Saya sudah membeli mobil Toyota Fortuner warna hitam meatlik pada tahun 2023"

"Saya sudah membeli rumah bentuk minimalis ukuran 10 x 18 pada tahun 2021"

Oh ya sahabat Hipwee dimanapun kalian berada.. mumpung sekarang akhir tahun, yuk kita tulis set goals kamu ke dalam Resolusi tahun 2021. Tulis yang rapi ya, lalu tempelkan di cermin, lemari atau tempat manapun yang bisa terlihat, boleh juga jadikan wallpaper android kamu. 

Bagi yang berkenan silahkan tulis resolusi 2021 di kolom komentar artikel ini. Biarkan dunia tahu impianmu dan berikan kesempatan pada alam semesta mendoakan. Dimulai dari aku doakan agar mimpi, keinginan, cita-cita, harapan dan impian kamu semua sudah terwujud, amin.

2. Enjoy The Process

Fase kedua adalah dimana kita menikmati setiap perjalanan dan proses yang harus dilalui. Tidak menutup kemungkinan didalam proses tersebut ada hal-hal menantang. Tetaplah kuat untuk menghadapi kawan.

Kunci utama menikmati proses adalah ketekunan, komitmen dan konsistensi. Tiga hal tersebut menjadi pilar utama sehingga dalam keadaan apapun kita masih tetap bergerak dan anti mengeluh. Percayalah bahwa keluhan tidak akan membawa manfaat apapun.

3.Just Do it

Fase selanjutnya adalah lakukan saja apa yang menjadi intuisi kamu. Tidak perlu banyak berpikir dan pertimbangan karena biasanya orang yang kebanyakan mikir sulit untuk bergerak. Selalu saja ada keraguan dan kekhawatiran dalam melakukan sesuatu, inilah salah satu faktor yang dapat menghambat kamu dalam mewujudkan impian.

Hidup selalu penuh dengan pilihan-pilihan. Tugas kita adalah memilih salah satu kemudian menjalani dengan senang. Ketika ada risiko kita terima dan hadapi saja karena kan sudah menjadi pilihan. Sisi positifnya adalah kita sudah bergerak melangkah just do it daripada berhenti atas nama keraguan.

4. Let it go

Fase terakhir dari #BeraniWujudkanMimpi adalah yang saya sebut dengan mentalitas kerelaan. Hal ini menjadi penting karena mimpi itu tidak akan melekat didalam diri kita.

Lawan mentalitas kerelaan adalah mentalitas kemelekatan. Artinya sebuah perilaku yang terlalu berlebihan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu baik berwujud maupun tidak. Misalnya kamu lagi jatuh cinta sama wanita. Ketika kamu punya mental kemelekatan, maka saat dia tidak berbalik mencintai bisa mejadikan kamu stres. Padahal wanita lain diluar sana masih banyak.

Beda halnya dengan orang yang memiliki mental kerelaan. Segala sesuatu ditempatkan serta dimaknai sebagaimana mestinya. Pun demikian juga dengan impian kamu. Sah-sah saja kita bermimpi setinggi-tingginya namun ingat selama kita terlepas dari mental kemelekatan dan mengedepankan mental kerelaan. 

Jadi ketika mimpi kamu belum terwujud, kamu masih terus menjalani dan menikmati prosesnya bukan untuk berhenti layaknya seorang pecundang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Proffesional Executive, Hypnotist, Hypnotherapist, Penulis, Praktisi Mind Technology, Motivator