Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain, Setiap Orang Punya Zona Waktunya Sendiri

Sama seperti peta waktu dunia, zona waktu setiap orang berbeda-beda.


“Yaampun umur gue udah segini, tapi kok masih gini-gini aja ya,” kata suara di kepalamu setelah melihat feeds Instagram seorang teman yang seangkatan.

Advertisement

“Produktif banget deh, pinter manage waktunya, gue kok kayak gak ngapa-ngapain gini?”


Lagi-lagi suara dari kepalamu setelah melihat unggahan seorang teman dengan update kegiatan sehari-harinya. Merasa familiar dengan situasi tersebut? Terkadang tanpa kita sadari, kita seringkali membanding-bandingkan diri dengan orang lain, entah dengan sirkel pertemanan lingkungan paling terdekat, atau bahkan dengan orang yang hanya kita ketahui dari media sosial seperti Instagram.

Mulai dari pencapaian di umur yang tidak beda jauh atau istilahnya “seangkatan”, hingga mungkin pada penampilan visual. Yang seringkali terlewat dari kita adalah, apa yang kita lihat dari media sosial, hanya memperlihatkan seujung jari kehidupan seseorang. Begitu pula dengan kehidupan teman sebaya yang berbagi cerita dengan kita. Banyak orang cenderung menampilkan kebahagiaan dan hal-hal baik di halaman Instagram mereka, tetapi cerita di baliknya, siapa yang tahu?

Advertisement

Setiap orang lahir dengan porsi gagal dan porsi berhasilnya masing-masing.

Mungkin ini hanya perihal waktu, kapan porsi gagal tersebut dihabiskan, dan kapan keberhasilan akan tercapai. Ada seseorang yang baru di usia ke 40 tahun sukses berwirausaha, ada yang sejak usia 16 tahun telah memulai karier sebagai penyanyi. Apakah seseorang di usia 40 tahun tersebut dikategorikan gagal karena di usia yang ke 16 tahun mungkin saja dia belum menghasilkan apa-apa?

Advertisement

Seperti yang terjadi di muka bumi ini, ratusan negara memiliki zona waktu yang berbeda-beda, selisih perbedaan waktu dari yang hanya beberapa menit hingga terpaut jauh sampai berbeda tanggal dan hari. Misalnya, perbedaan waktu Indonesia dengan Amerika Serikat yang terpaut 660 menit. Tertera bahwa Jakarta lebih cepat 11 jam daripada Washington DC. Tetapi, apakah ini menandakan Washington lebih lambat dan terlambat daripada Indonesia?

Terkadang kita melihat hidup seperti sebuah perlombaan, siapa yang paling cepat, ia yang lebih unggul. Seseorang akan terlihat seolah dia jauh sekali di depan mata kita, dan terkadang kita akan merasa, kita tertinggal jauh di belakang mereka dan tidak beranjak kemana-mana.

Tetapi, sesungguhnya setiap orang telah memiliki linimasanya masing-masing, dan linimasanya berbeda dengan linimasamu. Ada yang perlu mendaftar 7 kali audisi, baru lolos diterima di percobaan ke 8. Ada yang ditolak sekolah A, tetapi ternyata dapat berkembang lebih baik di sekolah B. Penghabisan porsi gagal dalam hidupmu perlu dihadapi dengan semangat pantang menyerah, setelah jatuh sebanyak 7 kali, siapa yang tahu ketika kamu memutuskan bangkit di kesempatan ke 8 kamu akan menuai porsi keberhasilan? Bayangkan, apabila kamu memilih tenggelam bersama rasa sedih dan kecewa, lalu kamu memutuskan berhenti untuk melakukan percobaan ke 8 kalinya. Mungkin, jalan ceritanya akan berbeda.

Apabila dengan melihat pencapaian orang lain dapat membangkitkan semangat dan gairah hidup untuk terus berkarya dan berkembang, mungkin itu menjadi keuntungan yang positif. Tetapi, apabila hal ini malah semakin menekan kamu dan membuat kamu mendorong diri terlalu keras untuk berusaha produktif, mungkin sudah saatnya untuk kembali merenungkan dengan diri sendiri, apakah cara ini sehat untuk mentalmu? Atau cara ini telah menjadi sesuatu yang toxic bagi dirimu?

Melakukan sesuatu secara tergesa-gesa dan tanpa persiapan yang matang, hanya akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Jangan jadikan keberhasilan orang lain sebagai patokan atau target bagimu. Kamu juga perlu menyadari kemampuan yang kamu miliki, dan tetap bersyukur atas apa yang telah kamu punyai sekarang. Buat targetmu, bangun mimpi-mimpimu setinggi mungkin, tetapi berekspektasilah serendah-rendahnya.

Bahkan setiap orang memiliki kategori berhasilnya masing-masing. Ada seseorang yang mendapatkan nilai sempurna di kelasnya lalu ia merasa sudah berhasil mencapai targetnya, ada seseorang yang berhasil menyelesaikan tugasnya secara tepat waktu dan sudah merasa cukup. Keberhasilan tidak selalu berpaut dengan angka yang semakin tinggi semakin bagus, keberhasilan juga mungkin bukan berupa seberapa banyak pengalaman yang tertera di data profilmu. Sesuatu yang menurutmu bukan suatu pencapaian keberhasilan, mungkin saja di mata orang lain, merupakan target yang ingin mereka capai. Dan begitu pula sebaliknya, sesuatu yang menjadi tujuanmu menuai keberhasilan, bisa jadi bukan sesuatu yang dikategorikan suatu keberhasilan bagi orang lain.

Rayakan keberhasilan-keberhasilan kecil yang dapat kamu lakukan hari ini. Seperti, berhasil menjadi pendengar yang baik bagi seorang teman yang bersedih hari ini, berhasil menyelesaikan tugas yang dikejar tenggat waktu tanpa perlu mengorbankan jam tidur. Dengan begitu, kamu beralih dari membanding-bandingkan diri memaksa ia menjadi seseorang yang mungkin bukan kamu, menjadi lebih menghargai dan mengapresiasi dirimu sendiri. Setiap orang sudah mempunyai “arena balap”-nya masing-masing, dan mereka berlari dengan kecepatan mereka, tidak ada yang terlalu lambat maupun terlampau cepat, ini hanya perihal waktu yang tepat untuk bertindak.

Setiap orang telah memiliki zona waktunya masing-masing. Jadi berhenti membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Bercokol dengan hati iri dan dengki hanya mengakibatkan kamu overthinking dengan dirimu sendiri. Terus mempertanyakan diri tanpa mulai bertindak sesuatu, hanya akan menghabiskan waktumu dengan sia-sia. Mulai buat perencanaanmu, mulai buat karyamu, habiskan porsi gagal, dan jangan mudah menyerah untuk menuai porsi-porsi keberhasilanmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Jurnalistik angkatan 2019 Universitas Padjadjaran