Besutan Salah Satu Warisan Budaya Tak Benda Asal Jombang

Cikal bakal Ludruk

Kota santri adalah karakter dari Kabupaten Jombang yang merupakan daerah kawasan pondok pesantren. Jombang dikenal dengan kawasan santri yang mana seringkali dijadikan rujukan untuk para santri yang memiliki keinginan untuk masuk ke pondok pesantren. Yang menjadi menarik pula adalah dengan adanya tokoh ulama dari Jombang yang membuat wilayah Jombang semakin kental dengan kepercayaan agama Islam. Dalam hal ini, erat kaitannya dengan Islam yang merupakan agama Rahmatan Lil Alamin memberikan kesejukan dan ketentraman kepada makhluk hidup. Begitu pula kepada manusia lain yang bahkan memiliki kepercayaan yang berbeda.

Advertisement

Toleransi untuk manusia lain yang memiliki kepercayaan yang berbeda sangat tinggi dan seperti sesama saudara di dalam kawasan Jombang meskipun mengingat Jombang Kota Santri. Aura kerukunan dalam menjaga peradaban dan perbedaan sangat kental terasa. Di samping itu, Jombang merupakan sebuah kawasan yang memiliki kebudayaan yang tidak luntur di tengah kepercayaan agama Islam yang kuat. Jombang memiliki kebudayaan-kebudayaan yang melekat di masyarakat dan tetap dilestarikan di tengah kepercayaan masyarakat Jombang. Dalam hal ini, masyarakat Jombang tetap berpegang pada keyakinan tanpa melupakan sejarah kebudayaan. Seperti halnya dengan icon dari Kabupaten Jombang yaitu Ringin Contong. Ringin Contong lahir di Jombang sebagai ikonik Jombang yang semakin hari semakin menjadi pusat perhatian dari para turis yang berkunjung ke Jombang.

Bentuk kebudayaan Jombang tidak hanya berbatas pada hal itu saja, masih banyak sekali kebudayaan yang dapat dibedah di Jombang. Jombang memiliki kebudayaan yang dapat dinilai unik dalam aspek perkembangannya di kawasan santri. Di balik keunikan sejarahnya, Jombang juga terkenal karena banyak tokoh-tokoh nasional yang lahir atau berasal dari Jombang. Tidak hantya sampai pada tokoh ulama tetapi Jombang juga memiliki tokoh nasional. Menjelang Indonesia merdeka hingga saat ini banyak tokoh berkali bernasional, seperti KH. HasyimAsy’ari pendiri Nadhlatul Ulama, KH. A. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbullah, Presiden Gus Duratau KH. Abdurrahman Wahid sang guru bangsa, Cak Nuratau KH. Nurcholis Majid, budayawan multitalent Cak Nun atau Emha Ainun Najib, Imam Utomo sang gubernur bertangan dingin, Timur Pradopo jenderal polisi yang sederhana, Muhaimin Iskandar, Wardah Hafidz, MS Hidayat, dan masih banyak lagi lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan Jombang, tokoh-tokoh yang lahir dan mengharumkan nama Jombang tak pernah terlupakan di dalam benak sejarah. Ini merupakan bukti bahwasannya masyarakat tak sepenuhnya tidak peduli dengan adanya sejarah.

Sejarah berupa kebudayaan khususnya, dengan berbagai macam bentuk dan cara penyampaiannya. Kota Santri tidak hanya terbelenggu dengan agama Islam tanpa adanya kebudayaan. Kebudayaan yang ada di Jombang cukup beragam seperti salah satunya adalah Besutan. Awal mulanya diperkenalkan oleh Gondo Durasim atau sering disebut Cak Durasim. Cak Durasim merupakan warga asli Jombang yang lahir tepatnya di Kaliwungu Utara dan juga bertempat tinggal di Kaliwungu Utara. Cak Durasim memperkenalkan Ludruk berawal dengan cara mengamen. Yang paling terkenal dari kisah beliau adalah Parikan “Bekupon Omahe Doro Melu Nippon Tambah Soro” yang artinya bahwa kemerdekaan Indonesia sebenarnya mudah didapatkan jika rakyat Indonesia mau berjuang membentuk negaranya sendiri tanpa harus bergantung pada Jepang.

Advertisement

Parikan tersebut awalnya tidak diketahui oleh Jepang karena Jepang tidak tahu bahasa yang digunakan dalam parikan tersebut.Tetapi, akhirnya Jepang mengetahui makna dari parikan tersebut entah darimana. Setelah Jepang mengetahui makna parikan tersebut akibatnya Cak Durasim ditangkap oleh Jepang dan ditahan selama beberapa hari. Setelah Cak Durasim keluar dari penjara, beliau merantau ke Surabaya. Terdapat beberapa pendapat bahwa kepindahan Cak Durasim ini karena alasan finansial atau karena ingin mengembangkan Besutan ke Surabaya. Besutan merupakan kebudayaan otentik Jombang yang merupakan cikal bakal dari ludruk dan perkembangan dari Lerok yang mana bisa disebut sebagai ludruk ngamen. Besutan merupakan teater tradisional yang erat dengan kearifan lokal di Jombang. Dengan menggunakan struktur yang memiliki simbol, tanda dan pelambangan membuat Besutan memiliki makna untuk membangun karakter yang baik.

Karakter yang baik ini dimaksud seperti pada makna dalam pertunjukkan Besutan yaitu bersih. Tujuannya dengan adanya Besutan ini dapat membangun karakter masyarakat yang menonton menjadi lebih baik karena tontonan yang memiliki makna baik. Besutan dimainkan oleh beberapa tokoh pemeran. Besutan sendiri berasal dari kata Besut yang merupakan salah satu tokoh dari seni pertunjukkan Besutan. Adapun beberapa tokoh pemeran dari Besutan yaitu Rusmini, Mad Gondok dan beberapa pemain untuk pemeran pendukung. Besutan menceritakan kisah dari Rusmini dan Cak Besut yang merupakan pasangan yang saling mencintai. Tetapi terhalang oleh Mad Gondok yang ingin sekali memperistri Rusmini. Sering kali Besut memanggil panggilan Dek Rusmini dan Rusmini memanggil Besut dengan panggilan Cak Besut dengan nada yang lembut membuat kesan romantis di dalamnya. Di dalam pertunjukkan Besutan yang paling melekat adalah parikan dari Cak Besut. Parikan yang dibawanya memiliki maksud di dalamnya. Dan di dalam pertunjukkan Besutan ini diiringi dengan permainan gamelan. Gamelan sering berbunyi ketika pergantian karakter atau pergantian tempat kurang lebih sama dengan pertunjukkan ludruk. Hal ini dikarenakan Besutan merupakan cikal bakal dari ludruk yang mana dapat memiliki kesamaan. Dan kesamaan yang lainnya adalah dengan adanya lelucon yang dibawakan. Yang menjadi pembeda disini lebih banyak aksi yang ditampilkan seperti pada pertentangan antara Cak Besut dan Mad Gondok.

Di dalam pertentangan tersebut terdapat perkelahian di antara keduanya. Tetapi setelahnya terdapat makna yang dibawakan untuk para penonton dari perkelahian antara keduanya. Besutan sendiri memiliki berbagai versi yang beredar. Mulai dari nama pemain yang berbeda sampai pada alur ceritanya. Besutan sendiri dewasa ini sering dipertontonkan dengan versi yang berbeda-beda pula. Meskipun demikian makna yang dibawa Cak Besut untuk membangun karakter yang baik tidak sampai hilang. Terhitung 3 abad berjalan setelah muncul nama Besutan yang merupakan sebuah salah satu kebudayaan. Tepat pada tahun 2019 besutan telah menjadi salah satu budaya yang di akui sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Sangat gembira dihati masyarakat kebudayaannya telah diakui sebagai warisan budaya. Dan hal ini cukup memberikan bantuan kepada tiap-tiap masyarakat yang memiliki ketertarikan kepada budaya Jombang untuk dapat memperkenalkan dan melestarikan budaya asal Jombang. Suatu kebanggan Besutan dapat menjadi salah satu warisan budaya tak benda dan akan sangat melekat di masyarakat seni pertunjukkan Besutan ini. Dengan begitu, pelestarian kesenian salah satu dari Jombang dapat terealisasi dengan baik. Masyarakat dapat mengenang Besutan tidak hanya pada lelucon dan tampilannya saja tetapi pada makna yang ada di dalamnya terutama mengingat Besutan telah menjadi warisan budaya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE