Bolehkah Kita Bercerita tentang Hari Kemarin?

Aku mengingatmu lagi pagi ini. Tadi malam aku bermimpi indah tentangmu. Mimpi itu seperti nyata, sampai-sampai aku masih merasakan jantungku berdebar saat bangun dari mimpi. Ah sial! Kenapa juga alarm itu harus berbunyi disaat yang tidak tepat.

Advertisement

Itu sudah lama sekali ya. Entah kenapa aku merindukan masa-masa itu. Bukan.. bukan aku ingin kamu kembali. Hanya saja kenangan itu terlalu berharga untuk tidak aku simpan dalam memoriku.

Seandainya kita bisa bertemu lagi, entah kapan entah dimana, bolehkah kita duduk berdua saja lalu kita habiskan waktu dengan bercerita tentang hari kemarin?

Waktu itu aku terlalu egois ya? Kupikir kalau sudah menjadi kekasihmu, aku bisa melarangmu ini dan itu. Kupikir aku berhak untuk membatasi pertemananmu dan hobimu. Yang aku tahu saat itu, kalau sudah menjadi kekasihku, maka kamu hanya butuh aku dalam hidupmu. 

Mungkin aku yang terlalu banyak berekspektasi dengan hubungan ini. Bagiku kamu adalah duniaku saat itu. Aku tidak butuh apa-apa lagi untuk melepas rasa penatku, karena bersandar di bahumu saja sudah cukup membuatku kembali bersemangat. Aku tidak butuh siapa-siapa lagi untuk tempat berbagi cerita, karena aku bisa menceritakan apapun padamu.

Advertisement


Tapi tidak denganmu. Ternyata aku tidak cukup untukmu. Saat kamu lelah, yang kau cari bukan aku, tapi hobimu. Saat kau ingin berbagi cerita, yang kau hubungi bukan aku, tapi sahabat-sahabatmu.


Maaf kalau saat itu aku belum bisa memahamimu. Aku masih kalah dengan mereka yang lebih dulu masuk ke kehidupanmu. Maaf juga kalau aku pernah memintamu memilih antara aku dan mereka.

Bodoh sekali aku memberimu pilihan sekonyol itu. Jelas saja kau lebih memilih mereka. Memangnya siapa aku? Aku hanya orang baru yang dengan lancangnya berusaha menggantikan posisi mereka dalam hidupmu.

Advertisement

Kalau suatu saat, entah kapan entah bagaimana, kita bisa duduk berdua dan bercerita tentang hari kemarin, aku juga mau cerita bahwa kau juga cukup egois waktu itu.

Kau kekasihku, tapi kau tidak memberikan aku kesempatan untuk masuk ke dalam duniamu. Kau taruh aku di dalam sangkar yang hanya akan kau temui saat ingin kau beri makan. Ya, kau memang tidak pernah kurang dalam memberiku kasih sayang sampai-sampai aku begitu bergantung padamu. Kau membuatku terbuai dalam sangkar indah itu, sementara kau bebas berkelana entah kemana. Aku tak pernah tahu.

Kalau suatu saat, entah kapan entah bagaimana, kita bisa duduk berdua dan bercerita tentang apapun, aku mau bilang kalau aku bersyukur kau melepaskanku. Sungguh. 

Akhirnya kau melepaskanku dari sarang dimana kau mengurungku untuk dirimu sendiri. Awalnya memang sulit lepas darimu. Kau tahu kan saat itu aku meletakkan semua kebahagiaanku padamu? Dan saat kau membebaskanku, aku harus mencari lagi sumber kebahagiaanku.

Kau tahu? Dulunya kupikir aku tidak akan pernah lebih bahagia daripada saat bersamamu, ternyata aku salah. Ternyata kebahagiaanku bukan ada pada dirimu, bukan juga pada orang lain atau siapapun. Kebahagiaanku ada pada diriku sendiri. Dan sekarang aku sangat bahagia dengan apa adanya diriku.

Terima kasih untuk semua perjalanan ini. Aku tidak menyesalinya sedikit pun. Ku harap kau pun begitu.

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

ketika ucapan tidak mampu menyampaikan isi hati maka tulisan adalah cara paling tepat

CLOSE